Konservatif tapi Tidak Kaku


BIJAKSANA. “Beliau (Prof Idris Arief) itu orangnya konservatif, penuh pertimbangan, tegas tetapi tidak kaku. Beliau tetap sering bersikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.”
- Prof Basri Wello (Guru Besar Bahasa Inggris UNM/Mantan Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi)







---------
PEDOMAN KARYA
Senin, 31 Agustus 2015


Konservatif tapi Tidak Kaku


Tentang kepedulian Prof Idris Arief terhadap dunia pendidikan, Basri Wello teringat pada kasus pembukaan program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) oleh beberapa kampus di Tana Toraja, Palopo, dan Jeneponto.

“Mereka sudah mengurus ke Dikti, tetapi izin pembukaan prodi belum keluar. Celakanya, mereka sudah terlanjur menerima mahasiswa prodi PGSD. Karena sudah terlanjur menerima mahasiswa tetapi izin belum keluar, akhirnya mereka datang ke UNM untuk meminta bantuan menyelamatkan para mahasiswa tersebut,” paparnya.

Pengelola perguruan tinggi yang dari Tana Toraja dan dari Jeneponto terlebih dahulu menemui Prof Basri Wello sebelum menghadap kepada Prof Idris Arief sebagai Rektor UNM, tetapi pengelola perguruan tinggi dari Palopo langsung menemui Rektor UNM.

Kepada mereka, Basri Wello menjelaskan bahwa UNM tidak mungkin langsung meluluskan para mahasiswa tersebut, karena mereka harus mengikuti standar input, standar proses, dan standar output.

“Saya katakan, kalau mereka bersedia mengikuti standar tersebut, maka UNM bersedia membantu. Setelah mereka setuju, maka saya pun melapor kepada Pak Rektor dan UNM kemudian membantu mereka,” tuturnya.

Adapun pengelola kampus dari Palopo tidak menemui Prof Basri Wello sebagai wakil Rektor III dan langsung menemui Prof Idris Arief sebagai Rektor UNM, akibatnya mereka ditolak.

“Setelah ditolak oleh rektor barulah mereka menemui saya. Saya bilang, ya sudah, mau diapa lagi, tidak mungkin rektor menganulir keputusannya,” katanya.

Sikap Prof Idris Arief tersebut dinilai sebagai sikap peduli pendidikan, tegas, tetapi arif dan bijaksana.

“Beliau itu orangnya konservatif, penuh pertimbangan, tegas tetapi tidak kaku. Beliau tetap sering bersikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan,” ungkap Basri Wello yang sempat menjabat Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi (2009-2013) dan kini kembali mengajar sebagai dosen dan Guru Besar Bahasa Inggris di UNM. (asnawin)


@copyright Majalah PEDOMAN KARYA, Edisi 1, Vol. I, Juli 2015

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama