Sejarah dan Asal-usul Kata Bantimurung

BANTIMURUNG berasal dari kata benti merrung (Bahasa Bugis halus) yang berarti air bergemuruh. Nama tersebut diusulkan Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa (Simbang adalah salah satu kerajaan dalam distrik adat Gemenschaap dan berada dalam wilayah Kerajaan Maros). Berawal dari kata bentu merrung itulah kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung. (Foto: wikipedia.ord)



----------------

PEDOMAN KARYA

15 September 2015

 

 

Mengenal Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (2):

 

 

Sejarah dan Asal-usul Kata Bantimurung

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

(Wartawan)

 

Sebelum berbicara lebih jauh tentang kawasan wisata Bantimurung atau Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung, ada baiknya kita tengok sedikit sejarah dan asal usul kata Bantimurung.

Sejarah dan asal usul kata Bantimurung dimulai sejak masa Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669) saat Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda. Ketika itu, wilayah kerajaan Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati).

Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng Arung atau Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar "karaeng."

Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang. Dia mulai mengukuhkah kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancar.

Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Sayangnya, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.

Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara dan mencari tahu dari mana suara bergemuruh itu berasal.

Setelah melakukan perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng Simbang. Namun sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya.

“Aga ro merrung?,” tanyanya. (Bahasa Bugis; yang berarti: "apa itu yang bergemuruh?")

“Benti, puang (air, tuanku)," jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah bahasa bugis halus atau tingkat tinggi untuk air)

Merasa penasaran, Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air bergemuruh tersebut. Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung.

“Makessingi kapang narekko iyae onroangnge' diasengi benti merrung! (mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh)," ujar Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa.

Berawal dari kata benti merrung itulah kemudian berubah bunyi menjadi bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malahan, daerah di sekitar air terjun dijadikan  sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang Kepala Kampung bergelar "Pinati Bantimurung." (bersambung)

 

----------------

 

Sumber referensi:

-- http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/3105

-- http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm

-- http://bantimurung.maroskab.go.id/sejarah-bantimurung

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bantimurung_Bulusaraung

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Russel_Wallace

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Stalaktit

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia

-- http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia_Baru

-- http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

-- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan

-- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konsenvasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Itemid=169

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=525%3Athe-kingdom-of-butterfly&catid=74%3Abranding&Itemid=171

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=62&Itemid=171

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=524%3Athe-spectacular-tower-karst&catid=74%3Abranding&Itemid=179

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=122&Itemid=183

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=118&Itemid=191

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=158&Itemid=208

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121&Itemid=209

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=519&Itemid=218

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=520&Itemid=219

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=521&Itemid=220

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=522&Itemid=221

-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=523&Itemid=222

-- http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/14/03/09/n26epa-taman-bulu-saraung-kembangkan-tujuh-objek-wisata

3 Komentar

  1. Mohon dimaafkan, Sejarah dan Asal usul kata Bantimurung yang diurai tersebut KELIRU dan harus diluruskan...
    Secara data dan fakta nama Bantimurung sudah dikenal jauh sebelum masa pemerintahan Karaeng Simbang (1923):

    A. Catatan harian Puatta Raja Bone XVI MatinroE ri Nagauleng :

    Tahun 1699
    30 Jul/1 Saffar, Kamis : Kulao ri Maruq.
    10 Agt/12 Saffar, malam Istnain : Kulattuq ri bolaE.
    11 Agt/13 Saffar, Tsalasa : Na engka Arung Pattiro polE ri Ugi.
    15 Agt/17 Saffar, Sabtu : Kilao cemmE ri Bantimurung.

    B. Catatan harian Puatta Raja Bone XXII MatinroE ri Mallimongeng :

    Tahun 1756
    1. 20 Oktober 1756 saya ke Bantimurung bersama To MarajaE melihat Bendungan
    2. 6 November 1756 M/12 Shafar 1170 H Mulai digali pengairan
    3. 12 November 1756 M/18 Shafar 1170 H Saya ke Solojirang ketemu BukoroE. Air dari Bantimurung sudah sampai di Marampesu.

    C. Catatan Gubernur VOC JG.Loten :

    Ketika menjabat sebagai Gubernur VOC di Makasar (1744-1750), Joan Gideon Loten (1710-1789) pada Agustus 1745 melancong ke Maros bersama keluarganya. Mereka menunggang kuda ke hutan dan melihat air terjun Bantimurung. Pada Agustus dan September 1750, Dia mengunjungi air terjun Bantimurung untuk terakhir kalinya. Selama perjalanan, Dia ditemani Jean Michel Aubert (1717-1762) sang juru gambar dan surveyor VOC.

    Pada tahun 1771, setelah melihat gambar-gambar milik Loten, naturalis Inggris Thomas Pennant (1726-1798) mengatakan bahwa “Air terjun (baca air terjun Bantimurung) Pulau Sulawesi itu terkenal karena pemandangan yang menakjubkan”. Selain air terjun Bantimurung, beberapa gambar lainnya yang dikaitkan dengan Loten saat kunjungannya ke Maros, yakni Bulu Sipong (bukit tunggal) dan Leang Lambatorang...

    Intahiy....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iye', silakan dibuat juga tulisan berdasarkan data dan fakta yang dimiliki, terima kasih...

      Hapus
    2. Muhammad riza Kalau boleh tau dimana kita bisa dapat sumber yg disebutkan di atas?? Khususnya catatan gubernur VOC sumbernya dari manan?

      Hapus
Lebih baru Lebih lama