Aisyiyah Minta Pemprov Sulsel Peduli Tuberculosis


Momentum ulang tahun ke-346 Sulsel, adalah waktu yang tepat untuk mendorong Sulsel sebagai pilar utama akselerasi pembangunan di bidang kesehatan, termasuk dalam penanggulangan penyakit Tuberculosis.









-----------


Aisyiyah Minta Pemprov Sulsel Peduli Tuberculosis


- Aisyiyah Sulsel Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-346 Sulsel

Makassar (Pedoman Karya), 19 Oktober 2015.
Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulsel mengucapkan selamat ulang tahun ke-346 Sulawesi Selatan dan memberi apresiasi kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel dan masyarakat Sulsel pada umumnya atas berbagai keberhasilan prestasi yang telah diraih.

Sehubungan dengan HUT ke-346 Sulawesi selatan itu pula, Community Tuberculosis (TB) Care ‘Aisyiyah juga menyampaikan apresiasi serupa dan berharap Sulsel dapat menjadi pilar utama pembangunan nasional.

“Selamat Ulang Tahun ke-346 Sulsel, semoga dapat menjadi pijakan untuk mewujudkan Sulsel sebagai pilar utama pembangunan nasional,” tandas Kepala Program penanggulangan TB ‘Aisyiyah Sulsel, Junaeda Rasyad, di Kantor ‘Aisyiyah Sulsel, Jl Jend M Yusuf, Senin, 19 Oktober 2015.

Momentum ulang tahun Sulsel, katanya, adalah waktu yang tepat untuk mendorong Sulsel sebagai pilar utama akselerasi pembangunan di bidang kesehatan, termasuk dalam penanggulangan penyakit Tuberculosis.

"Kami meminta Pemprov Sulsel peduli terhadap penyakit tuberculosis dengan cara membuat regulasi, menyiapkan anggaran pencegahan dan pengobatan, serta memberi berbagai kemudahan kepada para penderita penyakit tuberculosis," kata Junaeda.

Saat ini, lndonesia berada di urutan keempat penyumbang TB di dunia. Menurut WHO, pada tahun 2012 terdapat 460.000 kasus TB di lndonesia dengan kematian akibat TB sebesar 67.000 kasus/tahun atau 186 orang/hari (Kementerian Kesehatan, 2014).

“Tahun 2013, jumlah penderita TB di Sulsel mencapai angka 12.176, yang terdiri atas 7.182 laki-laki, dan 4.994 perempuan. Jumlah yang cukup besar tersebut tidak membuat Pemerintah merasa penting untuk membuat regulasi dalam pengendalian penyakit mematikan ini,” jelas dosen Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makassar ini.

Jawa Tengah punya Perda. DKI Jakarta punya Pergub. Sulsel belum punya regulasi. Dalam pandangan Aisyiyah Sulsel, untuk menjadi pilar nasional akselerasi pembangunan kesehatan, Sulsel juga harus menjadi daerah terdepan dalam menyusun regulasi pengendalian Tuberculosis,” sambungnya.

Salah satu bentuk kepedulian Pemerintah yang dianggap perlu ditingkatkan adalah penanganan terhadap kasus TB MDR (Multi Drug Resistence/ TB Kebal Obat). Selama ini, penanganan pasien TB MDR hanya dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji, padahal pasien ini juga sudah cukup banyak di daerah.

“Pasien miskin yang tidak memiliki keluarga di Makassar akan mengalami kerepotan, bahkan cenderung menolak berobat, karena tidak ada akses akomodasi. Oleh karena itu, kami menyarankan agar disediakan fasilitas pengobatan TB MDR di setiap Kabupaten, atau setidaknya untuk sementara Pemerintah memberikan jaminan transportasi dan rumah singgah bagi pasien dari daerah yang dirujuk ke Makassar,” kata Junaeda. (win/r)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama