Banyak Wartawan yang Tidak Kompeten


CENDERA MATA. Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, Marah Sakti Siregar (kiri), menerima cendera mata berupa buku dari Ahmadi Haruna (wartawan SKU Tegas), disaksikan Ketua Panitia Uji Kompetensi Wartawan (UKW), M Dahlan Abubakar, pada penutupan UKW yang digelar oleh Kelompok Bersama Wartawan Indonesia, di Hotel The One, Jalan Gunung Latimojong, Makassar, Ahad malam, 25 Oktober 2015. (Foto: Asnawin)




-------------


Banyak Wartawan yang Tidak Kompeten


Makassar, (Pedoman Karya), 26 Oktober 2015.
            Meskipun sudah memiliki kartu pers dan sudah bertahun-tahun melakukan peliputan, ternyata banyak wartawan yang tidak kompeten. Mereka tidak mampu menulis berita dengan baik, tidak memahami dan tidak menaati Kode Etik Jurnalistik, atau tidak bisa menulis tajuk rencana/editorial bagi wartawan yang menjabat Pemimpin Redaksi.
            Itu terbukti dengan banyaknya wartawan yang nilainya di bawah standar ketika mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diadakan oleh Dewan Pers.
“Kelemahan mereka terutama masalah etik, kejujuran, misalnya melakukan plagiat. Karya jurnalistik orang lain diambil dan diklaim sebagai karyanya. Ini sangat tidak etis jika dilakukan oleh wartawan,” kata Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, Marah Sakti Siregar, kepada “Pedoman Karya”, seusai penutupan UKW yang digelar oleh Kelompok Bersama Wartawan Indonesia, di Hotel The One, Jalan Gunung Latimojong, Makassar, Ahad malam, 25 Oktober 2015.
UKW tersebut sebenarnya diikuti 21 peserta, terdiri atas tujuh peserta UKW Utama, tujuh peserta UKW Madya, dan tujuh peserta UKW Muda. Namun empat peserta tidak hadir hingga hari pelaksanaan. Setelah sehari penuh dilakukan uji kompetensi, dari 17 peserta, ternyata hanya lima orang yang dinyatakan kompeten.
“Peserta UKW Utama misalnya, mereka itu kan para pemimpin redaksi atau wartawan senior yang sudah melalui proses dari bawah, tetapi ternyata mereka kesulitan menulis tajuk rencana. Mereka tidak tahu kaidah penulisan tajuk,” ungkap Marah.
Sehubungan dengan itulah, dia mengimbau para wartawan agar terus-menerus belajar dan meningkatkan kualitas diri, meningkatkan profesionalisme.
“Kalau ikut UKW, sesuaikanlah dengan kemampuan dan kapasitas diri masing-masing. Kalau merasa diri lebih cocok mengikuti UKW Muda, jangan paksakan diri ikut UKW Madya. Begitu pula kalau kemampuannya baru sebatas UKW Madya, jangan ikut UKW Utama. Yang penting kompeten dulu. Soal nanti mau naik kelas dari UKW Muda ke UKW Madya, atau dari UKW Madya ke UKW Utama, itu urusan nanti,” tutur Marah.
Ketua PWI Sulsel Zulkifli Gani Ottoh saar memberikan sambutan pada acara pembukaan mengatakan, semua wartawan harus ikut UKW untuk membuktikan bahwa mereka memang benar-benar wartawan yang kompeten dan tidak diragukan lagi kemampuannya.
“Guru Taman Kanak-kanak saja marah kalau tidak diikutkan uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikasi, apalagi wartawan,” katanya.
Ketua Panitia UKW, M Dahlan Abubakar, mengaku bersyukur karena UKW tersebut akhirnya terlaksana, setelah tiga kali tertunda pelaksanaannya.
“UKW ini merupakan bagian dari program kerja PWI Sulsel untuk menambah anggotanya yang telah mengikuti UKW dan dinyatakan sebagai wartawan yang kompeten,” ungkapnya.
Pada UKW ini, PWI Pusat mengutus tim yang terdiri atas empat orang, yakni Marah Sakti Siregar, Uyun Achadiat, Firdaus Baderi, dan Elly Sri Pujianti.
Turut hadir pada UKW tersebut, Ahli Pers dari Dewan Pers Yonathan Mandiangan, Anggota DKD PWI Sulsel Usamah Kadir, wartawan senior dari RRI Makassar/mantan Kepala Stasiun RRI Tual, Burhanuddin Mampo, Pemimpin Redaksi Majalah Akselerasi Mahmud Salli, Pemimpin Redaksi SKU Tegas Dahlan Kadir, Pemimpin Redaksi Tabloid Lintas Hasan Kuba, serta beberapa undangan lainnya. (win)




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama