Jangan Klaim Diri Paling Benar


WORKSHOP FKUB. Bupati Enrekang, Muslimin Bando (ketiga dari kiri) didampingi Kabag TU Kemenag Sulsel H Rappe (kedua dari kiri), Ketua FKUB Sulsel Prof Rahim Yunus (kedua dari kanan), membuka Workshop Peningkatan Wawasan Multikultural Bagi Guru dan Muballigh untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama, di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Enrekang, Senin, 14 Desember 2015. (ist)





--------
Kamis, 17 Desember 2015


Jangan Klaim Diri Paling Benar


ENREKANG, (PEDOMAN KARYA). Untuk mewujudkan kerukunan antar-umat beragama, maka yang pertama-tama harus dilakukan adalah mewujudkan kerukunan internal setiap umat beragama, jangan ada yang mengklaim diri paling benar atau paing besar.
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam terbesar di Indonesia misalnya, tidak boleh saling mengklaim diri paling besar, karena klaim tersebut dapat memicu perbedaan dan dapat mengganggu kerukunan intern umat beragama Islam.
“Mari kita bersama-sama mewujudkan kerukunan intern umat beragama, seperti dicontohkan Muhammadiyah dan NU, yang meskipun besar, tetapi keduanya tidak ada yang mengklaim diri sebagai yang terbesar atau paling benar,” tutur Bupati Enrekang, Muslimin Bando.
Di hadapan 150 guru dan muballigh se-Kabupaten Enrekang, pada acara Workshop Peningkatan Wawasan Multikultural Bagi Guru dan Muballigh untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama, di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Enrekang, Senin, 14 Desember 2015, ia mengatakan, banyak hal-hal kecil di sekitar kita yang perlu diselesaikan bersama-sama.
Dengan menyelesaikan hal-hal kecil itu, katanya, maka persoalan-persoalan besar pun dapat dengan mudah diatasi.
‘’Kerukunan umat beragama, menjadi tugas kita bersama-sama, serta komponen umat beragama secara keseluruhan untuk menghindari konflik yang tidak diinginkan,’’ tandas Muslimin.
Kabupaten Enrekang yang penduduknya dominan beragama Islam, katanya, termasuk daerah yang rawan konflik, karena berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja yang penduduknya dominan beragama Kristen, tetapi berkat kerjasama dan saling pengertian, serta terbangunnya dengan baik toleransi antar-umat beragama, maka konflik tersebut dapat terhindarkan.
 Workshop Peningkatan Wawasan Multikultural Bagi Guru dan Muballigh untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama, turut dihadiri Kakanwil Kemenag Sulsel diwakili Kabag Tata Usaha, H Rappe, Ketua Forum Kerukunan Umar Beragama (FKUB) Provinsi Sulsel Prof Abdul Rahim Yunus, dan Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Enrekang, H Kamaruddin SL.
Ketua Panitia, H Syawal, melaporkan bahwa kegiatan diikuti 150 peserta, terdiri atas 75 guru madrasah dan 75 muballigh se-Kabupaten Enrekang. (dir)

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama