Fakultas Pertanian Unibos Dampingi Petani Pangkep


JAGUNG HIBRIDA. Universitas Bosowa mendapat amanah oleh Kementerian Pertanian melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan pendampingan petani jagung hibrida di Kabupaten Pangkep dan tersebar di berbagai kecamatan. (int)





--------
Selasa, 21 Juni 2016


Fakultas Pertanian Unibos Dampingi Petani Pangkep


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Universitas Bosowa (Unibos), Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Muhammadiah (Unismuh) Makassar, dan Universitas Islam Makassar (UIM), mendapat amanah oleh Kementerian Pertanian melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan untuk melakukan pendampingan petani jagung hibrida di daerah Sulawesi Selatan.
Masing-masing perguruan tinggi diberikan luas lahan tertentu yang petaninya akan didampingi. Universitas Bosowa mendapat jatah 500 hektar lahan dengan lokasi yang terpusat di Kabupaten Pangkep dan tersebar di berbagai kecamatan.
Pelaksanaan kegiatan yang merupakan program nasional ini, diawali dengan pengadaan bimbingan teknis pendampingan, pengembangan, dan peningkatan Jagung Hibrida di Hotel Singgasana, pada 3 Juni yang lalu.
Di Sulawesi Selatan sendiri, terdapat 3000 hektar lahan yang tersebar di berbagai daerah yang petaninya akan didampingi dalam pengelolaan jagung hibrida.
Universitas Bosowa melibatkan dua dosen selaku pendamping dan 15 mahasiswa yang mayoritas adalah mahasiswa program studi Agroteknologi.
Dekan Fakultas Pertanian, Dr Syarifuddin, menunjuk Ketua Program Studi Agroteknologi, Dr Ir Abri sebagai penanggung jawab lapangan, dan didampingi oleh Dr Arief Nasution. 
“Proyek kerja sama ini merupakan peluang bagi mahasiswa kita untuk belajar langsung di lapangan. Baik itu dari masyarakatnya, maupun dari segi teknologi yang digunakan,” ungkap Syarifuddin.
Program pemerintah ini, katanya, merupakan strategi untuk menjaga ketersediaan pangan. Jagung, lanjutnya, bukan lagi hanya menjadi kebutuhan manusia semata, melainkan juga menjadi kebutuhan dalam bidang peternakan, sehingga ketersediaan jumlah jagung harus dijaga.
“Produksi dalam negeri kita saat ini masih terbilang kurang. Padahal lahan kita cukup luas,” tegas Syarif, seraya menambahkan bahwa jika pengoptimalan pengelolaan lahan bisa dilakukan maka kuantitas impor jagung bisa ditekan.
Dia mengatakan, selain memberikan manfaat bagi masyarakat sebagai upaya untuk berkontribusi lebih, program ini juga menjadi sarana mahasiswa untuk menambah pengalaman dan pengetahuan atas kondisi sosial yang nyata di masyarakat. (jia/r)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama