Tidak Boleh Ada Pimpinan yang Tidur


SILATURRAHIM. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (berdiri di depan, kedua dari kanan), foto bersama Ketua Muhammadiyah Sulsel Prof Ambo Asse (berdiri di depan, paling kanan), Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto (ketiga dari kiri), Wakil Ketua Muhammadiyah Sulsel Dr KH Alwi Uddin (kedua dari kiri), dan Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel Syamsuriadi, pada acara Silaturrahim Keluarga Besar Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Unismuh Makassar, Sabtu, 16 Juli 2016. (Foto: Asnawin Aminuddin) 






-------
Senin, 18 Juli 2016


Prof Ambo Asse:

Tidak Boleh Ada Pimpinan yang Tidur


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Orang yang mendapat amanah sebagai pimpinan harus menyadari amanah yang diembannya. Mereka harus bertanggungjawab atas amanah yang diembannya. Tidak boleh ada pimpinan yang tidur agar Indonesia maju.
“Indonesia harus maju. Sulawesi Selatan harus maju supaya Indonesia maju. Makassar dan semua kabupaten kota di Sulsel harus maju, agar Sulawesi Selatan maju. Semua daerah di Sulsel harus maju bersama Muhammadiyah,” tandas Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Prof Ambo Asse.
Hal tersebut disampaikan pada acara Silaturrahim Keluarga Besar Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Unismuh Makassar, Sabtu, 16 Juli 2016, yang dihadiri Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Anggota DPD-RI Iqbal Parewangi, Gubernur Sulsel, Kapolda Sulsel, Pangdam VII/Wirabuana, Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Rektor Unismuh Makassar Irwan Akib, Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Sulsel, pimpinan amal usaha Muhammadiyah se-Sulsel, sejumlah undangan, serta ratusan kader dan simpatisan Muhammadiyah.
Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah, kata Ambo Asse, adalah masih banyaknya orang yang tidak mengenal Muhammadiyah dan akhirnya salah persepsi mengenai Muhammadiyah.
“Dianggapnya Muhammadiyah membawa paham baru, padahal Muhammadiyah membawa ajaran Islam berdasarkan al-qur’an dan hadits,” tegasnya.
Tantangan lain yang dihadapi Muhammadiyah yaitu banyaknya muballigh yang ceramahnya bukan didasarkan pada al-qur’an dan hadits, melainkan berdasarkan apa yang ingin disampaikannya secara pribadi.
“Bukan al-qur’an dan bukan hadits yang disampaikan, tapi menyampaikan menurut apa maunya. Ini adalah tantangan bagi Muhammadiyah,” kata Ambo Asse. (kia)
  

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama