Pemkot Makassar Jangan “Berselingkuh” dengan Kapitalis




“SELINGKUH”. Dosen sosiologi Unismuh Makassar, Dr Muhammad Nawir, mengatakan, Pemerintah Kota Makassar tidak boleh pilih kasih atau “berselingkuh” dengan kelompok masyarakat tertentu (kapitalis) atau penganut budaya ekonomi modern, demi untuk meraih keuntungan popularitas, ekonomi, dan politik yang bersifat jangka pendek, lalu kemudian mengorbankan kelompok masyarakat lain (nonkapitalis) dengan pasar tradisionalnya, dengan ruang tak terdesain dan bersifat informal atau penganut budaya ekonomi tradisional.






------
Selasa, 06 September 2016


Pemkot Makassar Jangan “Berselingkuh” dengan Kapitalis



MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Pemerintah Kota Makassar tidak boleh pilih kasih atau “berselingkuh” dengan kelompok masyarakat tertentu (kapitalis) atau penganut budaya ekonomi modern, seperti pasar modern, sistem kapitalisme, ruang terdesain atau yang formal saja demi untuk meraih keuntungan popularitas, ekonomi, dan politik yang bersifat jangka pendek, lalu kemudian mengorbankan kelompok masyarakat lain (nonkapitalis) dengan pasar tradisionalnya, dengan ruang tak terdesain dan bersifat informal atau penganut budaya ekonomi tradisional.
Penegasan tersebut diungkapkan dosen sosiologi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr Muhammad Nawir, kepada “Pedoman Karya”, di Makassar, Selasa, 6 September 2016.
“Pemerintah Kota Makassar harus berada pada titik tengah, tanpa harus condong ke salah-satu kelompok masyarakat tertentu (kapitalis atau nonkapitalis) untuk menghidupkan ekonomi masyarakat yang bermartabat dan berkeadilan,” katanya.
Oleh karena itu, kata Nawir, regulasi yang dibuat dan diterapkan oleh Pemkot Makassar haruslah regulasi yang berkeadilan, yakni memberikan kesempatan dan perhatian yang sama terhadap dua kelompok masyarakat yang berbeda, yaitu kapitalis dan nonkapitalis, ruang abstrak dan ruang diferensial, ruang terdesain dan ruang tak terdesain, formal dan informal, legal dan illegal, serta budaya ekonomi modern dan budaya ekonomi tradisional.
“Karena faktanya, kedua kelompok tersebut ternyata dapat hidup bersama-sama dan berdampingan atau koeksistensi, tanpa saling mengganggu dan saling mematikan. Kedua model atau cara tersebut juga masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Nawir.
Pria kelahiran Tosora, Wajo, 31 Desember 1975, mengaku berani mengemukakan saran tersebut kepada Pemkot Makassar, karena dirinya telah melakukan penelitian langsung di lapangan, yakni di Pasar Grosir Daya Modern (PGDM) dan sekitarnya, termasuk sebagian Pasar Tradisional Niaga Daya (PTND) Kota Makassar.
“Di kawasan komersil Pasar Grosir Daya Modern dan Pasar Tradisional Niaga Daya, kedua kelompok tersebut (kapitalis dan nonkapitalis) ternyata tidak saling mendominasi. Kedua pengguna moda produksi tersebut justru saling memanfaatkan dan menguntungkan,” ungkap Nawir.
Ketika kapitalis menggunakan moda produksinya, maka serta merta nonkapitalis melakukan penetrasi, baik di dalam maupun di sekitar moda produksi kapitalis, untuk memanfaatkan pengunjung yang datang.
Demikian pula sebaliknya, banyak pengunjung yang datang ke pasar karena kebutuhannya sebahagian ada pada pengguna moda produksi nonkapitalis.
Dalam kondisi seperti ini, nonkapitalis bisa eksis karena berada di sekitar pengguna moda produksi kapitalis, sebaliknya kapitalis bisa tambah kuat karena di sekitarnya banyak pengguna moda produksi nonkapitalis,” tutur Nawir.

Raih Doktor Sosiologi

Menyinggung penelitian yang dilakukannya di Pasar Grosir Daya Modern (PGDM) dan Pasar Tradisional Niaga Daya (PTND) Kota Makassar, Nawir mengatakan, penelitian itulah yang mengantarkannya meraih gelar doktor dalam bidang sosiologi, pada Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM), Kamis, 18 Agustus 2016.
“Saya meraih gelar doktor sosiologi di UNM setelah melakukan penelitian tentang penguasaan ruang kota dan koeksistensi sosial perkotaan di Pasar Grosir Daya Modern, Makassar,” paparnya.
Nawir yang lulus dengan IPK 3,92, memilih judul disertasi:  “Penguasaan Ruang Kota dan Koeksistensi Sosial Perkotaan (Studi Kasus Pasar Grosir Daya Modern dan sekitarnya di Kota Makassar).”
Ujian promosi doktornya ketika itu dipimpin Prof Jasruddin Malago (Direktur PPs-UNM), dengan anggota Prof Darmawan Salman (promotor), Prof Tommy SS Eisenring (ko-promotor), M.Sidan, Dr Batara Surya, Dr Imam Mujahidin (penguji eksternal), dan Ir Ria Wikantari R MArch PhD. (win)

2 Komentar

  1. http://pedomanrakyat.blogspot.co.id/2016/09/pemkot-makassar-jangan-berselingkuh.html

    BalasHapus
  2. https://unismuh-makassar.blogspot.co.id/2016/09/dosen-unismuh-pemkot-makassar-jangan.html

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama