Pembangunan Sumber Daya Alam Sering Tidak Berkelanjutan


BAHAS SDA. Adam Kurniawan SIP, perwakilan Balang Institut Bantaeng, tampil  membawakan kuliah tamu di hadapan puluhan mahasiswa program studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Bosowa (Unibos) Makassar, di Ruang 303 Lantai 3 Gedung I Kampus Unibos, Makassar, Kamis, 22 Desember 2016. (ist)



--------------
Ahad, 25 Desember 2016


Pembangunan Sumber Daya Alam Sering Tidak Berkelanjutan


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Pengolahan sumber daya alam (SDA) di tingkat lokal kabupaten, sering kali berhadapan dengan konflik dan model pembangunan yang tidak berkelanjutan. Kondisi tersebut tentu saja membutuhkan pemetaan hambatan guna mendorong kebijakan yang berpihak kepada masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Adam Kurniawan SIP, perwakilan Balang Institut Bantaeng, saat tampil  membawakan kuliah tamu di hadapan puluhan mahasiswa program studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Universitas Bosowa (Unibos) Makassar, di Ruang 303 Lantai 3 Gedung I Kampus Unibos, Makassar, Kamis, 22 Desember 2016.
“Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pembangunan dalam tingkatan lokal. Dalam hal ini, termasuk regulasi yang memungkinkan masyarakat terlibat dalam mengolah sumber daya alam, memahami aktivitas dalam kontribusi pembangunan dan pengolahan, serta mengenali relasi dan hambatan terkait pembangunan itu sendiri,” tutur Adam.
Perwakilan dari Balang Institut Bantaeng yang memiliki beberapa jejaring kerja dengan lembaga internasional, mengajak dan mendorong mahasiswa agar membentuk kembali skema pembangunan pemberdayaan sumbr daya alam.
“Pembangunan sumber daya alam membutuhkan pemetaan hambatan yang mendorong lahirnya kebijakan yang berpihak kepada masyarakat,” kata Adam Kurniawan.
Dosen HI Fisipol Unibos, Asyari Mukrin SIP MA, menjelaskan bahwa kegiatan kuliah tamu tersebut dimaksudkan untuk berbagi pengetahuan kepada mahasiswa terkait isu-isu yang menjadi topik pembahasan.

“Pembahasan kali ini memang lebih kepada skema yang bersinergi dengan regulasi pembangunan dari berbagai tingkatan. Ini dilakukan supaya mahasiswa lebih mengerti bagaimana membangun cara pandang yang sistematis dari sisi Hubungan Internasional untuk mengetahui proses pengambilan kebijakan dari tingkatan lokal yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat,” tutur Asyari. (zak)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama