Akar, Singa, dan Sapi


AKAR, SINGA, SAPI. Akar gigih mencari air, menembus tanah yang keras demi sebatang pohon. Akar tetap sembunyi di dalam tanah, ketika pohon tumbuh berbunga dan berbuah, serta mendapat pujian. Singa si Raja Hutan, selalu menerkam, mencabik, dan memangsa yang lemah, namun kini populasinya semakin berkurang. Sapi tumbuh berkembang turun-temurun tak ada habis-habisnya, padahal setiap saat disembelih untuk keperluan manusia.











-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 02 Januari 2017


Surat Pembaca:

Akar, Singa, dan Sapi


Betapa indahnya dunia ini bilamana penghuninya menyadari bahwa mereka hidup dan beranak-pinak sebagai tamu, bukan sebagai pemilik. Pemilik sesungguhnya adalah Sang Pencipta Alam Semesta, dan Dia juga yang meniupkan roh ke dalam diri kita saat umur kita 120 hari dalam rahim ibu kita.
Saya pun bersyukur karena di hari pertama tahun 2017, selesai menunaikan sujud dua rakaat sebagai wujud pengabdian hamba kepada Sang Khalik (Pencipta alam jagad raya) pada subuh pertama.
Ada sms (pesan singkat melalui handphone) dari kakak saya, Hengky Selitubun yang kini bertugas di Timika, Papua, memberi wejangannya seperti ini. “Adik, teruslah berkarya. Teruslah berikhtiar demi orang banyak, dan jangan sekali-sekali berkeluh-kesah, karena di ujung sana ada kebaikan dan kemuliaan menunggumu.”
“Adik, tengoklah pohon yang ada di pinggir jalan atau bunga di taman-taman. Ambillah pelajaran dari akar pohon itu. Jadilah seperti akar, yang gigih mencari air, menembus tanah yang keras demi sebatang pohon.”
“Ketika pohon tumbuh berdaun rimbun, berbunga indah, menampilkan elok pada dunia, menghasilkan oksigen untuk pernafasan makhluk lain. Pohon mendapat pujian, tapi akar tak pernah iri, ia tetap sembunyi dalam tanah.”
“Adik, tengok juga cara hidup singa si Raja Hutan. Hidupnya selalu menerkam, mencabik, dan memangsa yang lemah, namun kini populasinya semakin berkurang. Bahkan bisa dikatakan hampir punah, padahal sudah dibuatkan peraturan untuk melindungi.”
“Bandingkan dengan sapi, yang luar biasa tumbuh berkembang turun-temurun tak ada habis-habisnya, padahal setiap saat disembelih untuk keperluan manusia.”
“Itulah makna dari ketulusan. Semoga keiklasan, kesabaran, dan ketulusan selalu menghiasi hati kita. Semoga di tahun 2017 ini, lebih iklas, dan lebih tulus dalam memainkan peran sebagai hamba.”

Makassar, 1 Januari 2017

Muhammad Said Welikin

(Warga Kota Makassar)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama