Bahasa Arab Berpeluang Jadi Bahasa Dunia


SEMINAR INTERNASIONAL. Rektor Unismuh Makassar Abdul Rahman Rahim (paling kiri), memberikan kata sambutan pada pembukaan Seminar Internasional Bahasa Arab, di Auditorium Al-Amien, Kampus Unismuh Makassar, Selasa, 03 Januari 2017. (ist)  




---------
Selasa, 03 Januari 2017


Bahasa Arab Berpeluang Jadi Bahasa Dunia


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Bahasa Arab sangat berpeluang menjadi bahasa dunia atau bahasa pergaulan internasional, karena Al-quran menggunakan bahasa Arab dan semua orang Islam di dunia membaca Al-qur’an. Bacaan-bacaan shalat juga menggunakan basaha Arab dan semua orang Islam wajib mendirikan shalat.
“Bagi saya, bahasa dunia yang akan datang adalah bahasa Arab, karena Al-quran menggunakan bahasa Arab dan semua orang Islam di dunia membaca Al-qur’an,” kata Rektor Unismuh Makassar, Dr H Abdul Rahman Rahim SE MM, pada pembukaan Seminar Internasional Bahasa Arab, di Auditorium Al-Amien, Kampus Unismuh Makassar, Selasa, 03 Januari 2017.
Unismuh Makassar, katanya, membina lembaga bahasa Arab yang diberi nama Ma’had Al-Birr, serta Fakultas Agama Islam (FAI) yang membuka beberapa program studi, yakni Pendidikan Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Hukum Ekonomi Syari`ah (Mu`amalah), Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah), Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Ilmu Agama Islam.
Keberadaan Ma’had Al-Birr dan Fakultas Agama Islam, katanya, menunjukkan betapa Unismuh Makassar telah menyiapkan kader umat dan kader bangsa yang siap menyongsong bahasa dunia masa depan yakni bahasa Arab.
Rektor Univerity of Bakht Alruda, Sudan, Prof Dr Gadalla Abdalla El Hassan, yang tampil sebagai salah seorang pembicara, juga mengemukakan optimismenya tentang Bahasa Arab yang akan menjadi bahasa dunia.
“Bahasa Arab punya peluang menjadi bahasa pergaulan internasional, tetapi ini perlu dukungan dari umat Islam di seluruh dunia,” katanya melalui seorang penerjemah.
Pada kesempatan tersebut, Gadalla Abdalla juga mengungkapkan kekagumannya kepada masyarakat Makassar yang dinilainya sangat ramah.
Hussam Dueramae, pemateri dari Thailand, mengemukan bahwa di negaranya, ada 400 pesantren tradisional. Para santri belajar bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
“Lulusan pesantren tradisional ini tidak diberi ijazah (saat tamat, red), tapi ilmunya sangat banyak,” ungkap Hussam.
Pembicara lain pada seminar tersebut, yaitu Dr H Abdul Rahim Razak (Wakil Dekan I FAI Unismuh), Dr Ilham Muchtar MA (dosen FAI Unismuh Makassar), dan Dr Bahtiar Syamsuddin Lc MA (dosen Pendidikan Bahasa Ara, Universitas Negeri Makassar). (jia)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama