Yusup Habta, Bekerja Tulus sebagai Pendidik


TULUS. Meskipun sudah menjadi pejabat, yakni Koordinator Pengawas (Korwas) TK, SD, dan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba, Yusup Habta tetap tampil sederhana dan tak canggung naik sepeda motor dinas (plat merah) pada hari-hari kerja. Itu menunjukkan ketulusannya bekerja sebagai pendidik dan abdi negara. 




--------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 25 Februari 2017


Yusup Habta, Bekerja Tulus sebagai Pendidik


Tahun 1990, saya bersama ratusan mahasiswa IKIP Ujungpandang (sekarang Universitas Negeri Makassar / UNM) mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terpadu (Angkatan XXI, Tahun Akademik 1990/1991), di Kabupaten Bone.
Saya dan belasan teman lintas jurusan (sekarang disebut Program Studi) ditempatkan di Desa Masago, Kecamatan Salomekko.
Saat pemilihan Koordinator Desa (Kordes), kami sepakat memilih Yusup Habta, karena kelihatannya beliau percaya diri dan rupanya memang mempersiapkan diri untuk itu.
Itulah awal perkenalan saya dengan beliau. Saat Seminar Evaluasi Program Kerja KKN IKIP Ujungpandang tingkat Kecamatan Salomekko, Yusup Habta tampil di mimbar mewakili kami sekaligus menyampaikan garis-garis besar Program Kerja mahasiswa KKN di Desa Masago (hasil koordinasi dengan Kepala Desa Masago).
“Nama saya Yusup Habta. Bahasa kampungnya Yusupu Hattabe,” kata Yusup yang langsung disambut tawa dan tepuk-tangan meriah.
Nama Yusupu Hattabe kemudian menjadi terkenal di kalangan mahasiswa KKN IKIP Ujungpandang se-Kecamatan Salomekko dan sepanjang berlangsungnya KKN selama dua bulan ketika itu.
Dari interaksi selama dua bulan itu, kami tentu saja jadi akrab satu sama lain, apalagi beliau rupanya berupaya akrab dengan saya karena sedang “jatuh hati” kepada sepupu saya, Nurlinda, yang juga kuliah di IKIP Ujungpandang dan satu jurusan (Bimbingan dan Penyuluhan, Fakultas Ilmu Pendidikan) dengan Yusup (afwan ustadz, saya bongkar rahasianya, tidak apa-apaji to?, ha..ha..ha..).
Ternyata beliau benar-benar serius dengan cintanya dan akhirnya menikah dengan sepupu saya, Roslindah (kalau tidak salah pada tahun 1992). Pernikahan antara Yusup yang orang Palopo/Wajo, dengan Linda yang orang Bulukumba, telah membuahkan lima anak.
Keduanya kebetulan juga bekerja sebagai guru PNS di Bulukumba dan hingga kini tetap mengabdi dengan tulus di “Butta Panrita Lopi.”
Yusup terangkat menjadi guru PNS dan ditempatkan di SMP Negeri 3 Ujungloe, kemudian pindah ke SMP Negeri 1 Bulukumba, lalu ke SMP Negeri 2 Bulukumba, dan kini jadi pengawas (dulu disebut Penilik). Isterinya, Roslindah, jadi Guru SMP Negeri 2 Bulukumba sejak terangkat jadi PNS akhir 80-an hingga kini.
Intensitas pertemuan kami memang boleh dibilang kurang, karena saya menetap di Makassar, sedangkan Yusup bersama isteri dan anak-anaknya menetap di Bulukumba, tapi kami tetap sering berkomunikasi dan kerap bertemu, terutama kalau ada acara keluarga.
Pada saat seperti itulah kami saling menanyakan kabar masing-masing, termasuk masalah pekerjaan dan anak-anak.
Yang berkesan dari seorang Yusup Habta yaitu kesederhanaannya. Beliau selalu tampil sederhana dan apa adanya. Meskipun sudah punya mobil dan tabungannya juga mungkin sudah lumayan (bagi dong, ha..ha..ha..), penampilannya tetap sederhana, bahkan beliau tidak canggung naik sepeda motor dinas (plat merah) pada hari-hari kerja sebagai pengawas dalam lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba.
Naik sepeda motor dinas plat merah dalam bekerja sebagai Koordinator Pengawas (Korwas) TK, SD, dan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba, juga menunjukkan ketulusannya bekerja sebagai pendidik dan abdi negara. Selamat bekerja kawan, tetaplah bekerja tulus serta tampil sederhana dan apa adanya. (Asnawin Aminuddin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama