Rakyat Miskin di Bulukumba 127.000 Orang


SEMINAR. Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Makassar (UNM), menggelar Seminar Pembangunan Daerah, di Ruang Pola Kantor Bupati Bulukumba, Selasa, 09 Mei 2017. (ist)







-----
Jumat, 12 Mei 2017


Rakyat Miskin di Bulukumba 127.000 Orang


BULUKUMBA, (PEDOMAN KARYA). Salah satu tantangan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bulukumba adalah dari jumlah penduduk 438 ribu lebih, masih ada 127 ribu masyarakat miskinnya. Untuk itulah, Pemkab Bulukumba mengambil kebijakan penganggaran dengan menerapkan standar minimal sharing dana desa sebanyak 10 persen, sehingga rata-rata total dana desa yang diterima pemerintah desa menjadi sebesar Rp1,5 miliar.
Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria, saat tampil sebagai pembicara pada Seminar Pembangunan Daerah yang digagas mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Universitas Negeri Makassar (UNM), di Ruang Pola Kantor Bupati Bulukumba, Selasa, 09 Mei 2017.
“Hal lain yang perlu diminimalisir adalah kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin atau besarnya gini ratio. Untuk itu, kami mengambil kebijakan penganggaran dengan menerapkan standar minimal sharing dana desa sebanyak 10 persen, sehingga rata-rata total dana desa yang diterima pemerintah desa sebesar 1,5 milyar. Diharapkan dengan kebijakan pengangkatan tersebut, roda ekonomi di Bulukumba lebih merata,” tutur Tomy.
Tentang seminar yang digagas mahasiswa Prodi Administrasi FIS UNM, Wabup Bulukumba menyatakan memberi apresiasi dan mengharapkan lahir produk gagasan atau diskursus untuk pengembangan daerah.
“Pembangunan daerah, harus didasarkan pada potensi yang dimiliki daerah dengan kebijakan yang berfokus pada pro poor, pro job, pro growth, dan pro gender,” kata Tomy.

Potensi dan Karakteristik

Pemateri lain pada seminar tersebut, Dr Aslinda, mengemukakan kalau saat ini terjadi pergeseran paradigma manajemen pembangunan.
“Terkait isu kesempatan kerja, konsep lama menyebut semakin banyak perusahaan semakin banyak kesempatan kerja, namun konsep baru sekarang ini mengharuskan perusahaan fokus pada pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah,” papar Aslinda.
Tentang potensi atau keunggulan daerah, Aslinda mengutip teori Basic Export dari Douglas N North (1955) yang mengatakan bahwa strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi lingkungan (keunggulan komparatif) yang dimiliki.

Turun ke Daerah, Bukan ke Jalan

Ketua Prodi Ilmu Administrasi FIS UNM, Dr Muhammad Guntur mengatakan, dengan adanya perubahan kurikulum, pihaknya dituntut oleh Kementerian Ristek-Dikti untuk melakukan berbagai best practice yang menggabungkan antara konsep dan teori dengan praktek di lapangan.
Diungkapkannya, alasan memilih Bulukumba sebagai lokasi pelaksanaan seminar karena daerah ini dinilai sangat potensial yang didukung oleh sumber daya alam yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahannya dinilai bagus karena telah mendapatkan penghargaan dari Kemendagri yang memiliki kinerja terbaik 11 nasional
“Sebagai ketua prodi, saya mengajak mahasiswa untuk turun ke daerah, bukan turun ke jalan” ujar Guntur, seraya menambahkan bahwa program studi yang ia pimpin memiliki peminat yang banyak, yakni mencapai 846 pendaftar, sedangkan kuota yang akan diterima hanya 60 orang.
Di akhir seminar yang mengusung tema “Optimalisasi Fungsi dan Peran Pemerintah Dalam Pemerataan Pembangunan di Daerah Bulukumba”, Muhammad Guntur menyerahkan cinderamata kepada kedua narasumber. (ulla)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama