Sarapan Bersama Aziz Qahhar Mudzakkar



SARAPAN. Sederhana dan bersahaja. Begitulah kesan yang timbul saat bertemu, ngobrol-ngobrol, dan sarapan bersama Anggota DPD RI asal daerah pemilihan Sulawesi Selatan, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, di kediaman pribadinya, di Kompleks Pondok Pesantren Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Sabtu, 08 Juli 2017. (Foto: Ahmad Ali)




-----
PEDOMAN KARYA

Sabtu, 08 Juli 2017


Sarapan Bersama Aziz Qahhar Mudzakkar


Sederhana dan bersahaja. Begitulah kesan yang timbul saat bertemu, ngobrol-ngobrol, dan sarapan bersama Anggota DPD RI asal daerah pemilihan Sulawesi Selatan, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, di kediaman pribadinya, di Kompleks Pondok Pesantren Hidayatullah, Depok, Jawa Barat, Sabtu, 08 Juli 2017.
Saat tiba di rumahnya pada sekitar pukul 07.30 WIB, saya tidak langsung masuk, tetapi melihat-lihat rumah pribadi yang ia tempati bersama isteri dan anak-anaknya. Rumah berlantai satu itu sangat sederhana untuk ukuran seorang pejabat negara sekelas Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).
Rumah yang luas tanahnya hanya sekitar 10 kali 15 meter, berdekatan dengan Masjid Ummul Quro yang ada di pondok pesantren. Di depan masjid dan di depan rumahnya terdapat sebuah lapangan yang cukup luas.
Di halaman rumahnya terdapat semacam ruang baca terbuka dan perpustakaan kecil. Di garasi mobilnya juga terlihat ada rak buku lengkap dengan sejumlah buku-buku bacaan.
Aziz menyambut kedatangan kami dengan ucapan salam sambil memberi senyum hangat. Saat datang ke rumahnya, saya ditemani Ahmad Ali, anak saya yang kini kuliah sebagai mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta.
Pria kelahiran Palopo, 15 Desember 1964 itu memakai baju kemeja putih bergaris lengan pendek dan memakai sarung, tanpa songkok atau kopiah. Kami langsung dipersilakan masuk di ruang tamu yang di atas meja tamu terdapat beberapa toples berisi kue.
Setelah berbasa-basi, kami memulai obrolan ringan sebelum berbicara tentang Pemilihan Gubernur Sulsel, karena Aziz Qahhar akan maju sebagai bakal calon Wakil Gubernur berpasangan dengan HAM Nurdin Halid.
Saat sedang ngobrol, salah seorang anak laki-lakinya muncul dari ruangan dalam sambil membawa cangkir berisi teh dan juga kue roti mantao, serta susu kental putih pada sebuah piring kecil.
“Roti mantao ini dibawa dari Makassar. Kebetulan anak-anak suka makan roti mantao,” katanya.
Kami kemudian terlibat obrolan ringan dan kemudian menjurus kepada pembicaraan tentang alasan mengapa dirinya menerima “lamaran” HAM Nurdin Halid sebagai bakal calon Wakil Gubernur Sulsel periode 2018-2023.
Saat sedang asyik ngobrol-ngobrol, isterinya (Dra Hj Sabriati Azis MSi) muncul dari ruangan dalam lalu menyapa dan kemudian mengajak kami menemani Aziz Qahhar sarapan. Kami pun sarapan sambil tetap melanjutkan obrolan.
Menu sarapan yang disajikan yaitu nasi ketan (dalam Bahasa Bugis dan Bahasa Makassar disebut songkolo’), kelapa parut mentah, ikan goreng, ikan goreng kering, dan sambel. Juga ada buah salak sebagai pencuci mulut.
Ruang makannya bersambung dengan ruang tengah. Aziz Qahhar hanya makan bersama saya, karena Ahmad Ali (anak saya) masih puasa syawal. Selesai makan, kami kembali ke ruang tamu melanjutkan obrolan dan tak lama kemudian kami pun pamit, namun sebelum pamit kami sempat foto bersama di teras rumahnya. (Asnawin Aminuddin, Wartawan Majalah PEDOMAN KARYA)

1 Komentar

  1. Tulisan ini menarik karena narasumber yang diwawancarai adalah tokoh calon wakil gubernur Sulsel berpasangan Nurdin Halid, yang beberapa tahun sebelumnya juga maju sebagai calon wakil gubernur Sulsel berpasangan Ilham Arief Sirajuddin, mantan Walikota Makassar. Saya jadi akrab dengan beliau (Azis Qahhar) karena saya adalah salah satu anggota pengacara tim Jakarta, saat sidang sengketa Pilkada Sulsel di MK. Beliau bersama istri yang aktif hadir ikut sidang di MK. Sayangnya kalah di Pilkada dan gugatannya di MK. Semoga Pilkada Sulsel mendatang, Dewi Fortuna memihak kepada beliau. Amin.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama