Politisi Itu Harus Bisa Tega


“Ada pimpinan parpol tingkat kabupaten kota yang sudah lama didorong maju pilkada, bahkan diumumkan sebagai calon tunggal. Sudahmi lagi deklarasi internal dan mendapat dukungan dari semua pimpinan kecamatan dan pimpinan kelurahan,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng Tompo’.
“Eh, tiba-tiba diganti oleh calon lain dari luar partainya,” ungkap Daeng Nappa’.





--------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 19 Januari 2018



Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’ (82):


Politisi Itu Harus Bisa Tega


“Pernah ada profesor bilang, menjadi politisi itu harus bisa tega, dan harus bisa hari ini bilang A besok bilang B,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat keduanya ngopi pagi di teras rumah Daeng Tompo’.
“Apa lagi judulna ini kah?” tanya Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Ada pimpinan parpol tingkat kabupaten kota yang sudah lama didorong maju pilkada, bahkan diumumkan sebagai calon tunggal. Sudahmi lagi deklarasi internal dan mendapat dukungan dari semua pimpinan kecamatan dan pimpinan kelurahan,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng Tompo’.
“Eh, tiba-tiba diganti oleh calon lain dari luar partainya,” ungkap Daeng Nappa’.
“Bagaimanakah prosedur penentuan penunjukanna, kenapa bisa tiba-tiba diganti?” tanya Daeng Tompo’.
“Itumi juga yang saya tidak tau, tapi biasanya ‘kan pimpinan pusat yang menentukan. Biar sudahmi na umumkan si A calon tunggal, bisa saja langsung diganti kalau ada pertimbangan lain,” tutur Daeng Nappa’.
“Jadi tidak peduli orang tersakiti, dan tidak peduli kemarin bicara A hari ini bicara B?” tukas Daeng Tompo’.
“Tidak peduli. Itumi kubilang tadi, menjadi politisi itu harus bisa tega, harus bisa hari ini bilang A besok bilang B, tapi bukan saya yang bilang itu nah, itu ucapan dari seorang profesor,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.

Makassar, Ahad, 29 Oktober 2017
-------
@Obrolan 81:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/01/pemuda-zaman-now-juga-hebat-tawwa.html

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama