Bagaimana Kalau Tamunya Orang Syiah?


Kita’ ini ‘kan sama-samajaki’ bukan ahli agama, tapi pernah ada ustadz yang bilang, kalau mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang yang bertakwa. Kalau dikhawatirkan kedatangannya membawa misi tertentu dan dapat merusak aqidah kita’, tentu perlu dipertimbangkan dulu,” ujar Daeng Nappa’.



------------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 06 Februari 2018


Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’ (119):


Bagaimana Kalau Tamunya Orang Syiah?


“Tidak gampang tong orang jadi pemimpin, kadang-kadang serba salahki,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngobrol-ngobrol sambil ngopi malam di pos ronda.
“Serba salah bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Pemimpin, katakanlah rektor perguruan tinggi Islam, itu ‘kan sering banyak tamunya, tentu tidak mungkin ditolak, apalagi kalau tamu itu dari mancanegara untuk membangun kerjasama,” tutur Daeng Tompo’.
“Betul, karena dalam agama juga disebutkan, barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya,” tukas Daeng Nappa’.
“Bagaimana kalau tamunya itu orang syiah atau komunis?” tanya Daeng Tompo’.
“Kita’ ini ‘kan sama-samajaki’ bukan ahli agama, tapi pernah ada ustadz yang bilang, kalau mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang yang bertakwa. Kalau dikhawatirkan kedatangannya membawa misi tertentu dan dapat merusak aqidah kita’, tentu perlu dipertimbangkan dulu,” ujar Daeng Nappa’.
“Tapi ingatki’, kampus itu ‘kan punya kebebasan akademik, otonomi mimbar, dan otonomi keilmuan,” jelas Daeng Tompo’.
“Aih, ampunma’, tidak beranima’ bicara kalau itu yang kita sebut. Pulangmaki’ deh, tengah malammi juga,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Ayo’mi padeng,” balas Daeng Tompo’ juga sambil tersenyum, lalu keduanya berjalan meninggalkan pos ronda. (asnawin)

Selasa,02 Januari 2018
-----
@Obrolan 118:
http://www.pedomankarya.co.id/2018/02/apa-bedanya-parpol-dengan-sekolah.html

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama