SD Borong Makassar Bikin ToT Hak Anak


Puluhan murid SD mengikuti ToT Hak Anak, di SD Borong Makassar, Ahad, 27 Mei 2018, hingga 6 Juni 2018. (ist)




----
Rabu, 30 Mei 2018

SD Borong Makassar Bikin ToT Hak Anak


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Sejatinya, para siswa mampu menjadi bagian dari upaya perlindungan anak di sekolahnya. Keyakinan ini dimiliki Kepala SD Negeri Borong, Dra Hj Hendriati Sabir MPd, sehingga sekolahnya mengadakan Training of Trainers Hak Anak bagi murid-murid kelas 2-5.

TOT Hak Anak ini diikuti sebanyak 30-an orang, yang dimulai Ahad, 27 Mei 2018, hingga 6 Juni 2018.

"Sebenarnya, pelatihan dilakukan tidak setiap hari. Hanya saat hari libur atau hari Minggu saha. Itupun cuma selama kurang lebih 3 jam, karena anak-anak berpuasa. Biar mereka tidak terlalu capek," jelas Hendriati Sabir, kepada wartawan, di sekolahnya yang berada di Kecamatan Manggala, Makassar, Rabu, 30 Mei 2018.

Ditambahkan, peserta TOT utusan dari berbagai kelas inilah yang nanti mensosialisasikan hak-hak anak kepada teman-temanya. Hal ini bagian dari penerapan hak partisipasi anak agar anak-anak diajak ikut berperan dalam pemberian pemahaman dan upaya-upaya pencegahan persoalan anak di lingkungan sekolah.

"Jadi kami menggunakan metode pendidikan teman sebaya. Karena kalau sesama mereka menjelaskan, dalam bahasa anak-anak, akan lebih mudah dipahami," jelas Bu Indri, sapaan akrab Hendriati.

Harapan Kepala Sekolah SDN Borong ini bakal terwujud mengingat telah ada kelompok-kelompok anak di sekolahnya. Misalnya, Dokter Kecil (Dokcil), Kelompok Adiwiyata, Kelompok Anak Kreatif (Kelopak) dan Kelompok Anak Cinta Literasi (Kancil). Masih ada lagi, kelompok anak pengelola Majalah Dinding, kelompok pengelola Teras Pustaka, dan lain-lain.

TOT Hak Anak ini materi dan fasilitatornya dibawakan oleh Rusdin Tompo dari LISAN, yang memang memiliki rekam jejak pada isu anak hampir dua dekade. Mantan pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulsel itu mengungkapkan bahwa metode yang digunakan lebih banyak berupa games, bermain peran, menggambar dan bercerita.

"Melalui metode-metode itulah materi-materi disampaikan dan diskusi dilangsungkan dengan anak-anak. Biar lebih segar dan lebih ringan diterima anak-anak," jelas Rusdin yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Selatan.

Ketika mengawali materinya, Rusdin menggali pengalaman anak-anak melalui metode menggambar anatomi. Menariknya, metode tentang sayangi tubuhku ini, merupakan bagian dari pemetaan tentang seberapa rentan anak-anak terhadap kekerasan.

"Jadi ada anak yang diminta berbaring sebagai relawan untuk digambar mengikuti lekuk badannya. Anak-anak sendiri yang sepakati, siapa yang di antara kelompoknya mau berbaring, siapa yang bagian menggambarnya," papar Rusdin terkait kegiatan yang dilakukan Minggu (27/5/2018) lalu.

Materi ini nanti dilanjutkan pada pertemuan berikut, di mana anak-anak mebggambar tentang kisah hidupnya melalui metode my river life. Metodenya, anak-anak menggambar momen-momen penting yang diingat dalam hidupnya, baik itu yang menggembirakan maupun yang membuat dirinya sedih atau kecewa.

Materi lainnya, yang sudah dilaksanakan pada hari Selasa (29/5/2018), yakni memperkenalkan konsep gender dan hak-hak mereka sebagai anak, sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak (KHA) dan UU Perlindungan Anak.

Masih ada lagi, materi manajemen konflik, yakni belajar mengelola persaingan secara sehat dengan tetap menjunjung tinggi sportivitas dan nilai-nilai kejujuran. Pada materi yang menggunakan metode permainan dan bercerita ini, anak-anak juga ditanamkan pembelajaran pentingnya kekompakan sebagai sebuah tim, saling percaya, tanggung jawab dan semangat pantang menyerah bila ingin meraih kesuksesan.

"Materi tentang partisipasi anak dan perlindungan anak merupakan materi intinya. Hanya saja pendekatan yang digunakan tidak dogmatis. Metodenya lebih banyak bermain dan bernyanyi, sesuai dengan dunia anak," kata Rusdin Tompo. (rt/win)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama