Gerakan “1000 Buku dan School Kit” untuk Anak-anak Korban Gempa Palu


Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Selatan mengadakan Gerakan “1000 Buku dan School Kit” untuk anak-anak korban gempa Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah.








-----
Sabtu, 27 Oktober 2018


Gerakan “1000 Buku dan School Kit” untuk Anak-anak Korban Gempa Palu


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Sulawesi Selatan mengadakan Gerakan “1000 Buku dan School Kit” untuk anak-anak korban gempa Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah.

“Kami sedang mengumpulkan buku untuk adik-adik korban gempa di Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah, untuk mendukung kegiatan pendampingan psikososial, khususnya untuk sekolah-sekolah darurat,” Ketua PW Nasyiatul Aisyiyah Sulsel, Sumarni Susilawati, kepada wartawan di Makassar, Sabtu, 27 Oktober 2018.

Dia mengatakan, anak-anak korban gempa di Palu, Sigi, dan Donggala sangat butuh bantuan pendampingan psikologis dan juga butuh hiburan, antara lain dengan pengadaan buku.

“Buku sangat berarti buat adik-adik kita di sana. Mereka sudah kehilangan keluarga mereka. Jangan biarkan mereka kehilangan ilmu pengetahuan juga. Mari sama-sama merangkul untuk kebangkitan Palu, Sigi, dan Donggala,” kata Sumarni.

Untuk donasi Gerakan “100 Buku dan School Kit” tersebut, pihaknya menawarkan harga Rp200.000 per paket.

Masyarakat yang ingin berdonasi school kit dalam bentuk uang, kata Sumarni, bisa mengirim via rekening Bank Syariah Mandiri No. 7777703077, atas nama Lazismu Sulsel, dengan menampilkan kode digit terakhir 3, misalnya 200.003, sedangkan donasi buku dapat dikirim ke Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Jl Perintis Kemerdekaan Km.10, No 38 Makassar, 90245.

Donasi School Kit berupa uang dan buku, kiranya bisa dikonfirmasi kepada sdri Anti, nomor WA/Hp: 0823-4868-4757, dengan mengirimkan bukti transferan atau resi pengiriman.

“Ini kesempatan yang sangat baik bagi kita semua untuk membantu meringankan beban korban gempa Sulawesi Tengah, khususnya anak-anak yang masih usia sekolah dan pra-sekolah,” kata Sumarni. (kia)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama