In Memoriam Sahabatku Djalaluddin Mulbar



Saking lamanya kami berdua bertugas di Humas, teman-teman Humas Kemenristek-Dikti menganggap kami berdua sebagai “suhu” atau istilah kerennya mungkin senior. Dengan posisi seperti itu, ketika saya masih aktif sebagai Kepala Humas Unhas, bersama Pak Djalal sebagai Humas UNM, merupakan dua sosok yang selalu dicari teman-teman di tempat pertemuan jika kami belum kelihatan batang hidungnya. - HM Dahlan Abubakar -




-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 11 Oktober 2018


In Memoriam Sahabatku Djalaluddin Mulbar


Kita Berdua Selalu Dicari

                    
Oleh: HM Dahlan Abubakar
(Mantan Humas Unhas, Makassar) 

Di antara ribuan korban gempa, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018, terdapat sahabat kental saya, Djalaluddin Mulbar. Dia termasuk salah seorang korban keganasan bencana alam itu, bersama istrinya Nurdiana, dan menantunya.

Mayatnya ditemukan di reruntuhan Hotel Roa-roa yang rata dengan tanah. Jenazahnya sudah dikebumikan di tanah tempat mereka menghembuskan napasnya yang terakhir, Palu. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Almarhum dilahirkan di Belawa, Wajo 18 November 1954, sementara istrinya Nurdiana dilahirkan di Surabaya 29 September 1961. Pasangan ini meninggalkan lima orang anak (Dian Andriana, 38, Eva Novayanti, 36, Erika Juliana,33, Novia Maulidya, 30, dan Muhammad Gatra Pratama, 27), serta sepuluh cucu.

Jumat (28/9) siang, Djalaluddin Mulbar sempat menjadi protokol pada acara pengukuhan dua guru besar Universitas Negeri Makassar (UNM) di Menara Pinisi, almamaternya dan dipimpin Rektor UNM Prof.Dr.Husain Syam. Hari itu almarhum bekerja sejak pagi hingga usai acara pengukuhan maha guru tersebut.

Masih mengenakan jas yang melekat di tubuhnya saat acara. pada pukul 12.00, kakek 10 cucu ini mohon pamit menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Hari itu, dia akan menghadiri pernikahan keluarganya di Palu.

Selain Pak Djalal, begitu kami biasa menyapanya jika bertemu di pertemuan Humas PTN/Kopertis se-Indonesia, juga ada istrinya Nurdiana dan salah seorang menantunya. Ternyata sudah ada mobil menunggu di depan Menara Pinisi ketika dia turun dari lokasi acara.

Sopir mobil dinas Rektor UNM sempat menyaksikan tiga kali Pak Djalal membalikkan badannya. Pandangannya menyapu Menara Pinisi. Agaknya, isyarat dia minta pamit pada almamaternya, yang setelah musibah gempa baru tanda-tanda ini terjawab.

Selalu Dicari

Pak Djalal selain menjadi dosen matematika di Fakultas MIPA UNM, juga menjabat sebagai Kepala Humas UNM beberapa lama. Dia kerap terlihat menjadi protokol dalam berbagai acara penting di almamaternya, keterampilan yang hingga hari terakhir hidupnya masih dia lakukan Jumat (28/9) siang itu. Penampilannya memang sangat tidak diragukan. Neces dan rapi dengan rambut tersisir rapi. Terkesan selintas, dia seperti Kak Seto Mulyadi.

Sebagai dosen matematika, dalam beberapa dekade dia dipercayakan sebagai pembawa acara Matematika Dasar di TVRI Sulsel. Pak Djalal juga kerap menjadi juri dalam berbagai lomba matematika, terutama Olimpiade Sains Nasional (OSN), baik yang dilaksanakan di Sulsel, maupun tingkat nasional.

Makanya, tidak heran Pak Djalal sering tidak segera kembali ke Makassar usai Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kehumasan PTN/Kopertis se-Indonesia yang beberapa tahun silam juga saya ikuti. Dia langsung mengikuti acara OSN yang dilaksanakan di salah satu kota saat itu.

Pak Djalal dan saya, termasuk pejabat Kepala Humas PTN terlama di Indonesia. Saya menempati posisi itu selama 24 tahun di Universitas Hasanuddin (Unhas), sementara Pak Jalal hingga akhir khayatnya tetap menjalankan tugas itu, meskipun ada Burhanuddin yang juga sering menggantikannya dalam berbagai pertemuan Humas PTN/Kopertis di Jakarta atau di kota lainnya.

Saking lamanya kami berdua bertugas di Humas, teman-teman Humas Kemenristek-Dikti menganggap kami berdua sebagai “suhu” atau istilah kerennya mungkin senior. Dengan posisi seperti itu, ketika saya masih aktif sebagai Kepala Humas Unhas, bersama Pak Djalal sebagai Humas UNM, merupakan dua sosok yang selalu dicari teman-teman di tempat pertemuan jika kami belum kelihatan batang hidungnya.

“Mana Pak Djalal?” kalimat ini mungkin terdengar membosankan dan klise muncul dari mulut teman-teman jika belum menemukan Pak Djalal. Namun, pertanyaan itu menandakan betapa dia begitu melegenda di komunitas Humas PTN/Kopertis selama beberapa dekade.

Beberapa waktu lalu, Makassar menjadi tuan rumah Pertemuan Humas PTN/Kopertis. Tempat acara waktu itu di Hotel Sahid Makassar. Usai sesi sore, Pak Djalal menyampaikan ke beberapa teman Humas agar menyediakan waktu untuk menikmati suasana Kota Makassar malam hari.

Saya ikut mendampingi beberapa teman Humas sekaligus mengangkutnya ke suatu tempat di pinggir pantai (kini jadi lokasi Rumah Sakit Siloam). Di situ teman-teman yang jumlahnya puluhan menikmati kuliner khas Makassar, ikan bakar sampai-sampai tuan rumah kewalahan melayani rombongan sebanyak itu dalam waktu simultan. Teman-teman kembali ke hotel setelah menikmati sajian khas Kota Daeng tersebut.

Dalam perjalanan pulang ke hotel, di dalam mobil, saya menyampaikan ke beberapa Humas PTN, antara lain Pak Widodo dari UNS dan Devy Rahmawati dari UI, jika hendak melihat Pulau Kayangan, saya bersedia menjadi fasilitatornya.

Keesokan harinya, hanya lima orang teman Humas yang memanfaatkan ajakan saya tersebut. Saya mencarter satu speedboat untuk mengantar teman-teman menikmati pemandangan melihat daratan Pulau Sulawesi dari arah barat, Pulau Kayangan.

Ketika informasi awal musibah yang menimpa Pak Djalal ini saya unggah di Grup WA Humas Satker Ristekdikti, teman-teman merespons dengan ucapan belasungkawa disertai doa. Al-fatihah buat almarhum. Setelah kepastian pemakaman almarhum bersama istri dan iparnya di Palu, saya kembali merilis berita dari salah satu koran yang dimuat oleh salah satu WAG di Makassar.

Munawir, yang belum lama ini diangkat sebagai salah seorang pejabat di Lembaga Layanan (LL) Dikti IX mengatakan, Pak Djalal masih ada di Grup WA Humas Satker Ristekdikti, maksudnya nomor kontaknya.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemristekdikti Nada Marsudi mengirim catatan pendek dalam bahasa Inggris.

He will go to Heaven, Insha Allah.. we, the younger ones, will learn from his and your experiences Pak dear2101953. Salute,” tulis adik kandung Retno Marsudi, Menlu RI tersebut “meningkahi” kalimat pendek saya, “jika ada Rakornas Humas, Pak Djalal dan saya selalu dicari teman-teman.”

Selamat jalan sahabat. Saya tidak sempat menyapa lagi, setelah entah berapa lama saya meninggalkan gelanggang tempat kita selalu bertemu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama