Kita’ Tau Itu Kisah Hidupna I Tolok?


JAGOAN, Pertunjukan Drama I Tolok di Makassar. I Tolok adalah seorang jagoan yang bersama beberapa anggotanya merampok harta para penjajah Belanda dan orang pribumi kaya yang bekerja untuk penjajah Belanda, kemudian membagikan hasil rampokannya kepada anggota-anggotanya dan kepada orang-orang miskin. (int)





------
PEDOMAN KARYA

Jumat, 07 Desember 2018


Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:


Kita’ Tau Itu Kisah Hidupna I Tolok?


“Kita’ tau itu kisah hidupna I Tolok?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi sore di warkop terminal.

“Biasaji kudengar-dengar ceritana. Kalau tidak salah, kisah I Tolok di Makassar itu mirip-miripki kisah hidupna Robin Hood di Inggris,” kata Daeng Tompo’.

“Kita’ tau’ji to, bahwa I Tolok itu seorang jagoan yang bersama beberapa anggotanya merampok harta para penjajah Belanda dan orang pribumi kaya yang bekerja untuk penjajah Belanda, kemudian membagikan hasil rampokannya kepada anggota-anggotanya dan kepada orang-orang miskin,” tutur Daeng Nappa’.

“Baa, begitu memang yang saya dengar,” timpal Daeng Tompo’.

“Jadi kita’ tau juga bagaimana akhir hidupna I Tolok?” tanya Daeng Nappa’.

“Yang saya dengar, dia ditangkap sama penjajah, kemudian tubuhnya diikat dan diseret keliling kota dengan menggunakan kendaraan mobil,” papar Daeng Tompo’.

“Pertanyaannya, kenapa bisa I Tolok ditangkap, padahal dia punya banyak anggota yang bisa melindunginya dan dia tau dimana tempat bersembunyi yang aman, sehingga tidak akan didapat oleh penjajah Belanda?” tanya Daeng Nappa’ lagi.

“Yang saya dengar, dia tertangkap justru karena ada anggotanya yang berkhianat,” kata Daeng Tompo’.

“Betul, begitulah yang terjadi. Berarti sejak dulu, memang selalu ada orang yang berkhianat demi kepentingan pribadi atau karena ketakutan,” kata Daeng Nappa’.

“Tapi kenapaki’ tiba-tiba tanyakangi ini soal I Tolok?” tanya Daeng Tompo’.

“Tidakji, kebetulanji kuingatki, kebetulan juga hampirmi ini Pilpres,” kata Daeng Nappa’.

“Apa hubunganna Kisah I Tolok dengan Pilpres?” tanya Daeng Tompo’ lagi.

“Kan kalau dekat-dekat mi Pilpres, biasatong itu ada teman yang berkhianat. Tadinya mendukung Capres A, tiba-tiba beralih mendukung Capres B, padahal pernahmi najelek-jelekkan Capres B,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum.

“Bukanji tawwa berkhianat itu, kebetulanji na alihkangi dukunganna," kata Daeng Tompo’ juga sambil tersenyum.

“Oh, begitukah?” gumam Daeng Nappa’ lagi-lagi sambil tersenyum. (asnawin)

Jumat sore, Jumat, 07 Desember 2018

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama