Tidak Bisami Kubedakan antara Penyair dan Ustadz


“Penyair itu bebas mengarang, bebas menulis puisi, bebas menulis lagu, tanpa harus pakai dalil,” kata Daeng Nappa’.
“Kalau ustadz?” tukas Daeng Tompo’.
“Kalau ustadz ceramah di mimbar masjid, tidak boleh mengarang. Mereka harus menyandarkan isi ceramahnya kepada Al-qur’an dan hadits,” papar Daeng Nappa’. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)





--------

PEDOMAN KARYA
Kamis, 30 Mei 2019


Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:


Tidak Bisami Kubedakan antara Penyair dan Ustadz



“Tidak bisami kurasa kubedakan antara penyair dan ustadz,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngobrol-ngobrol di masjid sambil menunggu adzan ashar.

“Kenapaki’ bilang begitu?” tanya Daeng Tompo’.

“Penyair itu bebas mengarang, bebas menulis puisi, bebas menulis lagu, tanpa harus pakai dalil,” kata Daeng Nappa’.

“Kalau ustadz?” tukas Daeng Tompo’.

“Kalau ustadz ceramah di mimbar masjid, tidak boleh mengarang. Mereka harus menyandarkan isi ceramahnya kepada Al-qur’an dan hadits,” papar Daeng Nappa’.

“Terus apa hubunganna ini sampai bilangki’ tidak bisamaki’ bedakangi antara penyair dan stadz?” tanya Daeng Tompo’.

“Tadi malam ustadz yang ceramah tarwih menyebut ada beberapa ciri orang bertaqwa, tapi tidak ada satu pun ayat atau hadits yang dia bacakan,” ungkap Daeng Nappa’.

“Jadi?” tukas Daeng Tompo’.

“Jadi itumi kubilang tidak bisami kubedakan antara penyair dan ustadz,” kata Daeng Nappa’.

“Atau jangan-jangan ustadz yang ceramah tarwih tadi malam itu memang pujangga atau penyair,” ujar Daeng Tompo’ sambil tersenyum.

“Aduh, menyedihkannya itu,” kata Daeng Nappa’ sambil tersenyum pahit. (asnawin)

Gowa, Kamis, 30 Mei 2019

-------
Baca juga:

Jamaah Tarwih di Mesjidta' Sepertinya Mengalami Kemajuan 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama