Petasan Lebaran Ramai Dijual di Pinggir Jalan di Bulukumba


PETASAN. Tiga hari menjelang lebaran Idul Fitri 1440 H, tepatnya Ahad, 02 Juni 2019, petasan dan kembang api tampak ramai dijual di sejumlah ruas pinggir jalan raya di pusat kota Kabupaten Bulukumba. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)





----
Ahad, 02 Juni 2019


Petasan Lebaran Ramai Dijual di Pinggir Jalan di Bulukumba


BULUKUMBA, (PEDOMAN KARYA). Tiga hari menjelang lebaran Idul Fitri 1440 H, tepatnya Ahad, 02 Juni 2019, petasan dan kembang api tampak ramai dijual di sejumlah ruas pinggir jalan raya di pusat kota Kabupaten Bulukumba.


Petasan dan kembang api berbagai macam jenis itu dijual bebas di pinggir jalan raya, namun pantauan Pedoman Karya, masyarakat belum antusias membeli petasan. Dari beberapa ruas jalan yang kami pantau yang ada penjual petasannya, tak ada satupun yang terlihat melakukan transaksi.


Seorang ibu rumah tangga yang kami mintai tanggapannya dengan banyaknya petasan dan kembang api yang dijual bebas di pinggir jalan raya tersebut, menyatakan sangat menyesalkan hal tersebut.


“Sebenarnya ini sangat disayangkan, karena kita sudah berpuasa selama sebulan, kita sudah mendengar ceramah tarwih selama sebulan, kita sudah menabung amal, kita sudah memohon ampun atau magfirah dari Allah, bahkan kita juga berharap didatangi malam lailatul qadar, tapi kenapa justru di akhir Ramadhan kita rusak amalan-amalan kita dengan perbuatan sia-sia, perbuatan mubazir,” tutur ibu setengah baya saat dimintai tanggapannya di sekitar Pasar Sentral Bulukumba, Ahad sore, 02 Juni 2019.


Seorang warga lainnya yang ditemui seusai shalat magrib, juga menyesalkan maraknya penjual petasan tersebut, apalagi dijual bebas di pinggir jalan raya tanpa ada teguran atau larangan dari pemerintah.


“Bulukumba ini pernah dikenal sebagai daerah religi, bahkan Bulukumba pernah menjadi daerah percontohan penerapan Perda Syariat Islam, tapi itu hanya terjadi di jaman Pak Patabai Pabokori jadi bupati. Tidak ada pesta kembang api, apalagi pada malam takbiran. Setelah Pak Patabai diganti jadi bupati, barulah bermunculan pesta kembang api dan sangat disayangkan itu terjadi pada malam takbiran,” tutur warga tersebut. (met)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama