Sejarah Suku Tionghoa di Indonesia


Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. 
- Sulaiman Gosalam -






-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 06 September 2019


Sejarah Suku Tionghoa di Indonesia



Oleh: Sulaiman Gosalam (Go Tjie Kiong)
(Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia / PITI Sulsel, Dosen Universitas Hasanuddin Makassar)


Suku Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul leluhur mereka berasal dari Tiongkok / China (Selatan). Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkian), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). 

Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: 唐人, "orang Tang") atau lazim disebut Huaren (Hanzi Tradisional: 華人 ; Hanzi Sederhana: 华人) . 

Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok Selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, Hanyu Pinyin: Hanren, "orang Han"). 

Dinasty Tang atau disebut Thang 唐 yang paling kokoh dan lama di Tiongkok dari tahun 618 sampai 907. Selama 289 tahun dipimpin oleh 21 Raja saat itu, Tiongkok terkenal negara yang jaya di dunia. Maka orang Tionghoa diindentikkan sebagai orang Tang 唐人.

Sedangkan 漢族 atau  Suku Hang, dapat dikategorikan kesatuan semua suku di Tiongkok.

Untuk kelompok Etnis Perpaduan antara Tionghoa dan Pribumi Nusantara, disebut Orang Peranakan.

Rata-rata Komposisi Penganut Agama Suku Tionghoa di Indonesia, yaitu Agama Kristen Katolik 35%, Protestan 9%, dan Budha 50% (= Total 94%, data sebelum agama Konghucu diakui di Indonesia), sisanya adalah sebagian kecil menganut Kong Hu Cu dan Islam (Hui Jiao).

Kelompok etnik terdekat yang ke Indonesia adalah dari mayoritas suku Han dan minoritas suku Hui di Tiongkok.

Perbedaan penggunaan Tiongkok dan Tionghoa, China dan Cina, serta RRT dan RRC.

Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. 

Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. 

Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

Budaya Bahasa

Ada empat kelompok utama bahasa Tionghoa di Indonesia, yaitu Hokkian (Min Selatan; Min Nan), Mandarin, Hakka, dan Kantonis. 

Selain itu, orang-orang Teochew berbicara dengan dialek mereka sendiri yang memiliki tingkat pemahaman yang sama dengan Hokkian. Namun, perbedaan antara keduanya menonjol di luar wilayah asalnya. 

Ada sekitar 2,2 juta penutur asli dari pelbagai varietas bahasa Tionghoa di Indonesia pada tahun 1982. Sebanyak 1.300.000 penutur varietas Min Selatan (termasuk Hokkien dan Teochew), 640.000 penutur bahasa Hakka, 460.000 penutur bahasa Mandarin, 180.000 penutur bahasa Kanton, dan 20.000 penutur dari varietas Timur Min (termasuk dialek Fuzhou). 

Selain itu, sekitar 20.000 berbicara dengan dialek bahasa Indonesia yang berbeda.

Busana Baju Koko 

Baju koko (Xiongdi Jiemei) merupakan baju model Tiongkok yang kerahnya bulat tertutup, modelnya seperti piyama. Biasanya digunakan oleh Muslim Tionghoa.

Cheongsam

Cheongsam merupakan busana tradisional (perempuan) Tionghoa. Pakaiannya dicirikan oleh kerah berdiri, membuka sisi kanan, pas pinggang, dan tergelincir bawah, yang sepenuhnya dapat memicu keindahan bentuk tubuh perempuan. Cheongsam berasal dari chèuhngsāam (Hanzi:.. 长衫 / 長衫, 'kemeja panjang / baju')

Seni Pertunjukan Barongsai

Barongsai adalah tari tradisional Tionghoa dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan.

Wayang Potehi

Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Tiongkok bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia. Potehi berasal dari kata pou 布 (kain), te 袋 (kantong), dan hi 戯 (wayang). 

Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Tiongkok.

Festival Qingming

Festival ini merupakan ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu. Festival tradisional Tionghoa ini dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada tanggal 5 April atau 4 April pada tahun kabisat.

Imlek

Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan Tahun Baru Imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama (Tionghoa: 正月; Pinyin: zhēng yuè) di tarikh Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh 十五暝 元宵節 pada tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). 

Malam tahun baru Imlek dikenal sebagai Chúxī 除夕 yang berarti "malam pergantian tahun". Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan penyulutan kembang api. 

Referensi: dari berbagai sumber

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama