Janji Allah Berupa Furqan kepada Orang Bertaqwa


Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS 8 / Al-Anfâl: 29). (int)





-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 03 Juli 2020


Al-Qur’an Menyapa Orang-orang Beriman (48):


Janji Allah Berupa Furqan kepada Orang Bertaqwa


Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)


 
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)-mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS 8 / Al-Anfâl: 29)


Pada uraian-uraian ayat-ayat tentang sapaan Allah terhadap orang-orang beriman yang telah lalu begitu terasa bimbingan Allah SWT, mulai dari membina kehalusan jiwa, menjaga sumber kehidupan yang halal, taat hukum, mengendalikan diri, dan menjadi dermawan karena Allah.

Juga bertransaksi menurut syari’at, menghindarkan diri dari perilaku yang membahayakan diri dan orang lain, memilih pimpinan panutan, istiqamah dalam kebenaran, membina pribadi yang tangguh, hingga pada dorongan ghirah orang-orang beriman untuk tidak mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan tidak mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya.

Dapatlah dirasakan kini bahwa semua itu adalah pendidikan dari Allah SWT kepada orang-orang beriman untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Dalam buku Suluh Ramadhan 1440 H/ 2019 M yang bertajuk “Agar Kamu Bertaqwa”, dalam menjelaskan ayat 29 Surah Al Anfal ini, penulis menggaris-bawahi bahwa ayat ini menunjukkan jalan supaya manusia selaku hamba Allah dapat menentukan sikap sebagai pegangan guna menghalau kebimbangan, yaitu ‘bertaqwa’ kepada Allah.

Bertaqwa kepada Allah dengan jalan berupaya secara sungguh-sungguh bertindak sesuai perintah-Nya, dan menghindari larangan-Nya, dan yang tak kalah penting adalah memohon petunjuk lalu berserah diri kepada-Nya.

Sikap ini penulis sebut sebagai ‘spontanitas ketaqwaan’ atau ‘akhlak taqwa’,yang perlu dilatihkan oleh tiap-tiap hamba agar menjadi kebiasaannya.

Dengan memerhatikan kata in tattaqullah (jika kamu bertaqwa kepada Allah), kata ‘in’ yang bermakna ‘jika’ pada kalimat ini menunjukkan bahwa spontanitas ketaqwaan itu merupakan syarat diberikannya keutamaan oleh Allah bagi seorang hamba-Nya.

Jadi jika spontanitas ketaqwaan ini sudah dapat menjadi sikap bagi seorang hamba, maka Allah SWT menjanjikan akan memberikan keutamaan berupa: (1) Furqan, yakni kemampuan menarik garis pemisah yang sempurna dalam menghadapi ‘pilihan yang sulit’ untuk menentukan sesuatu itu benar atau salah (haq atau batil).

(2) Allah akan menutup kesalahan-kesalahan hamba-Nya, yakni tidak ditampakkan di dunia ini dan ditutupi pula di akhirat kelak, sehingga Allah SWT tidak menuntut pertanggung-jawaban hamba-Nya di hadapan-Nya.

Manusia yang menuntut dosa kita akan diberi ganti oleh Allah dan digerakkan hatinya agar dia rela dan redha, demikian keterangan yang diberikan oleh Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah.

 (3) Allah akan mengampuni dosa-dosa hambaNya yang berakhlak taqwa ini. Ampunan atas dosa-dosa adalah anugrah besar dari Allah SWT, karena orang yang diampuni berarti terbebas dari beban. Bahkan atas karunia Allah SWT maka Dia dapat memberikan lebih dari sekedar menutupi kesalahan (takfir) dan penghapusan dosa (magfirah), bahkan Allahpun dapat memberikan bimbingan dan kekuatan lahir batin sehingga hamba-Nya dapat mengisi sisa jatah usia hidupnya dengan memaksimalkan amal kebajikan. Demikian disalinkan kembali dari Buku Suluh Ramadhan 1440 H itu.

Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa pemberian Allah kepada orang-orang beriman berupa keutamaan-keutamaan sebagaimana disampaikan pada uraian sebelumnya, maka tiap-tiap keutamaan itu lebih baik dari dunia dan isinya.

Pertama,furqan, yaitu ‘ilmu dan hidayah yang dengannya pemikiran orang-orang beriman dapat membedakan antara petunjuk dengan kesesatan, kebenaran dengan kebatilan, halal dengan haram, serta dapat membedakan antara orang-orang yang bahagia dengan orang-orang yang sengsara.

Kedua, pelebur keburukan yakni dosa-dosa kecil. Ketiga, pengampunan dosa-dosa besar. Keempat, pahala dan ganjaran yang besar bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah dan mementingkan ridha-Nya di atas dorongan hawa nafsunya.

Rupanya ‘hawa nafsu’ menjadi penghalang yang membuat samar antara yang haq dan bathil, sementara furqan menjadi ‘penguak’ tabir penghalang itu. Maka taqwa kepada Allah itulah furqan itu.

Sayyid Quthb menegaskan: Dengan furqan, maka akal akan bersinar, kebenaran menjadi jelas, jalan-jalan kebenaran menjadi terang-benderang, qalbu menjadi tenteram, hati menjadi tenang, kaki pun menjadi mantap dan teguh di jalan kebenaran.

Kemudian Allah dengan kepemurahan-Nya menambahkan lagi dengan penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa-dosa. Kemudian ditambah dengan karunia yang besar. Tak satu pun yang dapat melakukannya kecuali Tuhan Yang Maha Pemurah dan Memiliki karunia yang besar. (bersambung)


--------
Artikel sebelumnya: 

Larangan Mengkhianati Amanah Yang Dipercayakan

Perintah Memenuhi Seruan Allah dan Rasul-Nya

Perintah Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan Larangan Berpaling Dari-Nya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama