Selamat Jalan Prof Qashas Rahman





PEDOMAN KARYA
Selasa, 07 Juli 2020


Selamat Jalan Prof Qashas Rahman



Oleh: Ajiep Padindang
(Anggota DPD RI)


Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Guru Besar Bidang Linguistik Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Andi Qashas Rahman, meninggal dunia di Makassar, Jumat, 03 Juli 2020.

Andi Qashas Rahman saya kenal awalnya melalui KEPMI Bone, saat kami merintis untuk mendirikan KEPMI Kecamatan Kahu. Saya mulai dekat ketika ikut aktif di KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) dan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) Makassar, semua ini masih tahun 80-an.

Saya menjadi bersahabat saat saya mulai masuk Golkar, karena beliau saat itu menjabat Sekretaris DPD II Golkar Makassar yang diketuai Bapak Almarhum Hasan Saleh.

“Saya mau masuk Golkar, tolong tanda tangan dokumen keanggotaan saya,” kata saya.

Beliau tersenyum, bahkan ketawa kecil.

“Tidak cocok kita’ (kita’ berarti Anda, dalam bahasa pergaulan Bugis – Makassar sebagai penghormatan kepada lawan bicara, red)) masuk Golkar, karena kita’ (Anda) sering keras dan gaya berontak, apa sanggup diatur, mau patuh?” tanyanya.

Agak lama berdiskusi baru beliau mau tanda tangan dokumen keanggotaan saya. Waktu itu sulit masuk Orsospol Golkar, belum partai dan sedang berkuasa-berkuasanya.

Tidak seperti sekarang, begitu mudah masuk keluar Partai Golkar. Biar bukan kader bisa jadi Caleg (calon legislator) dan calon kepala daerah.

Saya menjadi betul-betul akrab ibarat saudara setelah saya menjadi pengurus Golkar Makassar dan beliau sudah menjadi Anggota DPRD Kota Makassar. Kemudian beliau memilih balik ke kampus dan meninggalkan panggung politik, sedangkan saya meneruskan perjalanan politik di Golkar hingga menjadi Anggota DPRD Sulsel mulai 1997 sampai 2014.

Bangsawan Bugis Bone ini (Andi Qasash Rahman), murni perilakunya gaya Orang Bugis. Nada suara yang lemah lembut, perilaku yang sopan, ucapan yang terseleksi kata-katanya. Sangat kekeluargaan.

Saya tahu bagaimana beliau membantu adik-adiknya yang kuliah hingga kerja, karena dulu saya sering ke rumahnya di Jl Urip Sumoharjo, depan Kantor Gubernur Sulsel.

Andi Qashas juga seorang agamis, karena memang berasal dari keluarga pejuang Syariat Islam. Saya pernah satu kali bertemu ketika beliau menjabat Kepala LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Sulsel dan langsung saya ditagih.

“Kapan kita’ bayar utang Gule Kambing?” tanyanya sambil tertawa.

Saya tertawa saja hingga suatu saat saya telponan dan baru keluar dari rumah sakit karena stroke.

Senior saya, sahabat saya, Andi Qashas, suatu saat mengirim pesan singkat (sms) kepada saya.

“He saya sudah professor,” tulisnya.

Saya jawab, “Lengkaplah itu karierta’ kak, karena kita’ selama ini juga saya anggap maha guru politik, kini formal sudah maha guru pendidikan di UNM.”

Selamat jalan sahabat dan Sang Guru Besar. Banyak sekali saya mau tulis, tapi mulai mau terbawa arus kesedihan karena menyesal tidak dapat melayat dan menyaksikan jasad kakak yang saya yakin tersenyum hingga nafas terakhir.

Selamat istrihat selama-lamanya Sang Mahaguru, dan salah seorang guru politik saya. Saya percaya, banyak orang yang akan merasa kehilangan bersama saya. Mari kita kirimkan surah Al-Fatihah.

Inna lillahi wainna ilaihi raji’un untuk Bapak Haji Andi Qashas Rahman. Kepada keluarganya, tentu berat melepasnya, tapi Allah lebih mencintainya saat ini, maka kita ikhlaskan sembari selalu mengirimkan do’a untuk beliau.

Jakarta, 03 Juli 2020

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama