Ketika Nabi Musa Meminta Diperlihatkan Keadilan





PEDOMAN KARYA

Ahad, 08 November 2020


KISAH



Ketika Nabi Musa Meminta Diperlihatkan Keadilan



Meskipun dirinya seorang nabi dan rasul, Nabi Musa ternyata termasuk hamba Allah yang tidak sabar bila menginginkan sesuatu.

Itu terbukti ketika pada suatu hari ia sangat penasaran ingin melihat langsung bukti keadilan yang Allah berikan kepada umat manusia.

Karena penasaran, Nabi Musa pun kemudian pergi ke sebuah gunung untuk bermunajat mencari jawaban.

Sesampainya di tempat tujuan, Nabi Musa segera memohon pada Pencipta-Nya, “Ya Rabb, perlihatkanlah padaku keadilan dan kejujuran dari sisi-Mu?”

“Engkau sesungguhnya adalah seorang yang terburu-buru, dan tidak mampu bersabar,” tegas Sang Khalik pada Nabi Musa.

“Hamba dapat bersabar dengan pertolongan-Mu ya Rabb,” jawab Musa membujuk.

Tak lama kemudian, Allah menyuruh Musa untuk pergi ke sebuah sumber air dan bersembunyi di baliknya, “Di sana, engkau akan melihat kekuasaan dan ilmu-Ku tentang hal-hal gaib.”

Menyadari akan jawaban Sang Maha Kasih, Musa pun bergegas menuju sebuah bukit di hadapan sumber air yang ditujukan oleh Tuhan-Nya. Di sana ia duduk bersembunyi, memperhatikan apapun yang kelak akan terjadi di depan matanya.

Belum lama menunggu, Nabi Musa melihat seorang pria penunggang kuda datang ke sumber air tersebut. Ia turun dari kudanya, membasuh wajahnya dan mengisi kendi yang dibawanya dengan air mata air yanf jernih itu.

Musa juga melihat sang penunggang kuda itu meletakkan sebuah kantong kecil berisi uang di sampingnya. Tak lama kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu.

Setelah orang itu pergi, Nabi Musa melihat ternyata kantong kecil berisi uang milik pria penunggang kuda itu tertinggal di tempat ia meletakannya tadi.

Nabi Muda ingin memanggil pria penunggang kuda itu, tapi dirinya langsung ingat bahwa Allah SWT menyuruhnya bersabar. Maka pria penunggang kuda itu pun terus memacu kudanya dan pergi meninggalkan tempat itu.

Tak lama setelah penunggang itu pergi, datanglah seorang bocah laki-laki. Ia mengambil air minum di sumber air yang sama. 

Bocah itu melihat kantong kecil berisi uang milik pria penunggang kuda tadi, kemudian mengambil dan membawanya pergi. 

Belum lama bocah itu pergi, datanglah seorang kakek tua yang buta. Ia minum air di sumber air itu, lalu mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat.

Baru saja ia selesai shalat, datanglah kembali pria penunggang kuda yang datang pertama kali.

Pria penunggang kuda itu langsung bertanya kepadanya dengan nada tinggi, “Hai orang buta, kantong kecilku yang berisi seribu dinar baru saja tertinggal di tempat ini. Karena tidak ada orang lain di sini selain engkau, pastilah kau yang mengambilnya!”

Kakek tua itu menjawab, “Engkau kan tahu, aku ini buta. Bagaimana aku mampu melihat tas itu?”

Mendengar ucapan kakek tersebut, si penunggang kuda marah. Ia naik pitam, lalu mencabut pedangnya. Ditebasnya leher kakek yang malang itu dan kakek tua itu pun tewas seketika. 

Penunggang kuda itu menggeledah dan mencari uangnya, namun tidak menemukannya. Ia pun pergi, meninggalkan tempat tersebut.

Pada saat itu, Nabi Musa berkata, “Wahai Tuhanku, hamba telah sabar dan Engkau sungguh Sang Maha Adil, tapi mohon jelaskanlah maksud peristiwa yang baru saja terjadi itu, agar aku tidak dalam kebingungan.”

Lalu datanglah malaikat Jibril, ia berkata, “Musa, Allah berfirman, ‘Aku mengetahui segala rahasia, dan apa pun yang tidak kamu ketahui.

Anak kecil yang mengambil kantong kecil berisi uang itu sesungguhnya telah mengambil hak miliknya sendiri. Hal ini lantaran ayah anak tersebut menjadi buruh pekerja pada si penunggang kuda itu selama bertahun-tahun, namun ia tidak pernah mendapatkan hasil kerja kerasnya–yang bila dihitung jumlah penghasilanya sama dengan jumlah uang yang ada di dalam tas itu.

Sedangkan si kakek tua buta pernah melakukan pembunuhan terhadap pemilik tas sesungguhnya yang merupakan ayah si bocah kecil tadi. Ia mendapat hukum qisash darinya.

Dan sampailah setiap orang yang punya hak akan mendapat haknya. Baik yang terlihat mata manusia, atau yang sengaja Allah sembunyikan. Keadilan dan kejujuran Kami sangat rahasia.

Usai mendengar penjelasan itu, Musa segera mengucap istighfar. ***

---

Keterangan: Kisah ini sangat populer dan banyak beredar di media sosial. Kami memformulasi ulang kisahnya untuk pembaca sekalian. Semoga bermanfaat. (Asnawin Aminuddin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama