Bagaimana itu Hukumnya Membenci Ulama?

 


 

PEDOMAN KARYA

Selasa, 15 Desember 2020

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

 

Bagaimana itu Hukumnya Membenci Ulama?

 

 

“Bagaimana itu hukumnya membenci ulama?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi siang di warkop terminal seusai shalat lohor berjamaah di masjid.

“Adakah orang yang membenci ulama?” Daeng Tompo’ balik bertanya.

“Ada!” jawab Daeng Nappa’.

“Dan dia orang Islam?” tanya Daeng Tompo’.

“Orang Islam!” jawab Daeng Nappa’.

“Kalau ada orang Islam yang benci ulama, dipertanyakanmi itu imannya,” kata Daeng Tompo’.

“Tidak mengertika,” kata Daeng Nappa’.

“Ulama itu orang alim. Orang yang paham agama. Dan Allah meninggikan derajat para ulama, karena ulama itu juga sesungguhnya penerus nabi,” kata Daeng Tompo’.

“Jadi ulama tidak boleh dibenci?” tanya Daeng Nappa’.

“Janganki’. Karena shalatnya ulama itu insya Allah lebih baik dari shalat kita’. Hafalan Qur’annya juga insya Allah lebih banyak dari kita’, bahkan tidak sedikit di antara para ulama itu yang hafal Qur’an 30 juz. Mereka juga umumnya rajin shalat malam dan rajin puasa sunnah,” kata kata Daeng Tompo’.

“Oh,” gumam Daeng Nappa’.

“Saya mau tanyakki’,” kata Daeng Tompo’.

“Aih, janganmaki’ deh. Kutau’mi itu arah pertanyaanta’,” kata Daeng Nappa’ sambil tertawa dan keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)

 

Tombolo’, Selasa, 15 Desember 2020

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama