Saya Dengar di Jepang Ada Menteri Urusan Kesepian

“Jepang itu negara maju, negara kaya. Penduduknya banyak yang kaya, bahkan tidak sedikit yang kekayaannya melimpah-ruah. Di sana juga banyak sekali tempat hiburan, banyak acara hiburan, tapi tetap saja banyak warga Jepang yang merasa kesepian hidupnya, dan akhirnya sebagian dari mereka pun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,” tutur Daeng Tompo’. (int)


---------- 

PEDOMAN KARYA

Selasa, 23 Februari 2021

 

Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:

 

Saya Dengar di Jepang Ada Menteri Urusan Kesepian

 

 

“Saya dengar di Jepang ada Menteri Urusan Kesepian?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di teras rumah Daeng Nappa’.

“Saya sudah baca beritanya di internet,” jawab Daeng Tompo’.

“Apa maksudna itu?” tanya Daeng Nappa’.

“Jepang itu negara maju, negara kaya. Penduduknya banyak yang kaya, bahkan tidak sedikit yang kekayaannya melimpah-ruah. Di sana juga banyak sekali tempat hiburan, banyak acara hiburan, tapi tetap saja banyak warga Jepang yang merasa kesepian hidupnya, dan akhirnya sebagian dari mereka pun memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,” tutur Daeng Tompo’.

“Oh, jadi itumi dasarnya dibentuk Menteri Urusan Kesepian?” ujar Daeng Nappa’ dengan nada tanya.

“Jepang itu terkenal sebagai negara dengan angka bunuh tertinggi di dunia, dan jumlah angka bunuh diri di sana bertambah dengan diberlakukannya isolasi sosial saat pandemi Covid-19,” papar Daeng Tompo’.

“Tapi kenapa harus dibentuk Menteri Urusan Kesepian? Kan ada Menteri Agama, ada Menteri Pendidikan, ada Menteri Sosial, ada Menteri Pemuda, ada Menteri Olahraga, ada Menteri Kebudayaan, ada Menteri Pariwisata. Itu semua kan bisa membantu masyarakat mengisi kekosongan hati dan mengusir kesepian dengan pendekatan agama, pendekatan sosial kemasyarakatan, pendekatan kegiatan pemuda dan olahraga, pendekatan budaya, dan pendekatan hiburan pariwisata?” tanya Daeng Nappa’.

“Yang saya tahu, di Jepang tidak ada Departemen Agama yang mengurusi masalah keagamaan. Tidak ada sekolah agama seperti Sekolah Dasar Islam, atau perguruan tinggi agama seperti UIN (Universitas Islam Negeri). Orang Jepang menganggap agama itu urusan pribadi. Kalau ada agama yang dia anut, tidak napamerkangi sama orang lain,” tutur Daeng Tompo’.

“Oh, jadi itumi mungkin sebabna sampai banyak orang Jepang yang merasa kesepian hidupna,” ujar Daeng Nappa’.

“Begitumi barangkali. Minummi dulu kopita’,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)

 

Selasa, 23 Februari 2021 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama