Masyarakat Sulsel Punya Akar Budaya Literasi yang Kuat

KEGEMARAN MEMBACA. Penulis buku dan penggiat literasi, Rusdin Tompo (paling kiri) dan Duta Literasi Digital Sulawesi Selatan, Upi Asmaradhana (paling kanan) foto bersama beberapa pustakawan pada Roadshow Pengembangan Kegemaran Membaca bertema “Kearifan Lokal untuk Mendukung Literasi”, diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, di Hotel Arthama, Makassar, Kamis, 04 November 2021. (ist)

 

-------

Jumat, 05 November 2021

 

 

Masyarakat Sulsel Punya Akar Budaya Literasi yang Kuat

 

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Masyarakat Sulawesi Selatan punya akar budaya literasi yang kuat. Bisa dilihat dari local genius, local wisdom, dan local knowledge yang kita punya.

Demikian dikemukakan penulis buku dan penggiat literasi, Rusdin Tompo, dalam Roadshow Pengembangan Kegemaran Membaca bertema “Kearifan Lokal untuk Mendukung Literasi”, diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, di Hotel Arthama, Makassar, Kamis, 04 November 2021.

“Dari istilah-istilah yang kita miliki, seperti caradde, macca, panrita, misalnya, tergambarkan bahwa kita punya tradisi yang memberikan apresiasi pada kepandaian dan kapasitas intelektual. Kita punya karya, bahkan mahakarya, seperti pinisi, aksara lontara, epos La Galigo, dan sejumlah produk kebudayaan lain yang menunjukkan tingginya peradaban kita,” tutur Rusdin.

Wartawan dan mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, menyebut tokoh-tokoh yang dapat menjadi role model gerakan literasi, di antaranya Karaeng Pattingalloang yang menguasai beberapa bahasa asing, Retna Kencana Colliq Pujie' yang berjasa mengumpulkan dan menyelamatkan naskah “La Galigo”, dan La Patello’ Amanna Gappa yang menghimpun hukum pelayaran dan hukum perniagaan.

Kegiatan yang dipandu oleh Syamsul Arif, Pustakawan Madya DPK Provinsi Sulawesi Selatan, juga menghadirkan Duta Literasi Digital Sulawesi Selatan, Upi Asmaradhana.

Dalam pemaparannya, founder Kabar Group Indonesia (KGI) itu menjelaskan pentingnya generasi muda memiliki kecakapan digital.

Disampaikan, dunia digital punya banyak tools, tinggal bagaimana dimanfaatkan untuk memajukan peradaban. Dalam era Big Data, katanya, kita bukan hanya bisa memanfaatkan data yang ada tapi juga menciptakan data, lewat konten-konten kreatif yang dibuat.

Upi Asmaradhana mengingatkan pentingnya kegemaran membaca. Karena, menurutnya, membaca itu dasar dari literasi digital. Disampaikan bahwa kita hanya bisa membedakan mana informasi yang benar, mana yang misinformasi, disinformasi dan hoaks, kalau kita punya literasi yang kuat.

“Mestinya, kegemaran membaca bisa lebih baik karena semua bahan bacaan sudah ada dalam genggaman. Dengan digitalisasi perpustakaan, sebenarnya sangat membantu kita untuk mengakses bahan-bahan bacaan secara jauh lebih mudah. Digitalisasi buku-buku bertema lokal juga akan meningkatkan minat anak muda pada budaya daerah kita,” papar Upi.

Nur Akbar dari Komunitas Tombolo Pao memberikan pandangannya bahwa meski fitrah manusia sebagai makhluk pembelajar namun tidak semua orang menyadari manfaat membaca, sehingga perlu ada kesadaran diri dan strategi untuk mendekatkan masyarakat pada bahan-bahan bacaan.

Rusdin Tompo lalu berbagi cerita bagaimana dia mendekatkan anak-anak sejak dini pada buku. Dia menuturkan, sejak kecil anak-anaknya diajak ke toko buku, ke perpustakaan atau taman baca komunitas. Dia mengalokasikan sebagian dari honornya untuk membeli buku dan berlangganan koran, serta punya perpustakaan kecil di rumahnya.

Di sekolah, saat dia melakukan pendampingan minat bakat, kegiatannya berpusat di perpustakaan. Tujuannya, agar anak-anak terbiasa datang ke perpustakaan dan dekat dengan buku-buku.

Sebagai aktivis hak anak, beberapa metode yang digunakan untuk membangun kesadaran kritis anak dilakukan dengan memanfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah. Dia menyarankan agar kita menghidupkan buku jadi kegiatan-kegiatan kreatif supaya menarik minat anak-anak untuk membaca.

Rezky Amalia Syafiin, Duta Baca Sulawesi Selatan, 2018-2020, berbagi pengalaman selama menyandang amanah sebagai Duta Baca. Dia mengaku banyak diberi ruang dan akses untuk menjalankan tugasnya sebagai Duta Baca untuk mengembangkan kegemaran membaca dan membangun gerakan literasi di daerah ini.

Roadshow Pengembangan Kegemaran Membaca ini diadakan selama dua hari oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, dan dibuka oleh Kepala Dinas, Mohammad Hasan Sijaya.

Peserta terdiri dari pustakawan, komunitas penggiat literasi, dan simpul literasi digital binaan DPK Provinsi Sulawesi Selatan. (ima)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama