Pelajar Indonesia dan Belanda Usulkan Proyek Kampung Iklim untuk Malino Gowa

Penulis, Herman Tahir (berdiri paling kiri) foto bersama Dubes RI Den Haag, Mayerfas (berdiri, tengah), dan Climate Envoy Belanda, YM Prince Jaime de Bourbon de Parme, serta beberapa pelajar Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) dan Herenweg School Wassenaar Belandadi KBRI Den Haag, Belanda, Selasa, 23 November 2021. (ist)



 


-----

Jumat, 26 November 2021

 

 

Pelajar Indonesia dan Belanda Usulkan Proyek Kampung Iklim untuk Malino Gowa

 

 

Laporan: Herman Tahir

Dari Den Haag, Belanda


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Pelajar Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) dan Herenweg School Wassenaar Belanda, menyerahkan usulan Proyek Kampung Iklim yang dibangun di aplikasi permainan komputer Minecraft kepada Duta Besar (Dubes) RI Den Haag, Mayerfas, dan Climate Envoy Belanda, YM. Prince Jaime de Bourbon de Parme, di KBRI Den Haag, Belanda, Selasa, 23 November 2021.

Proyek Kampung Iklim dikerjakan bersama-sama oleh 14 pelajar SIDH dan 50 pelajar Herenweg School umur 10-14 tahun, mulai 16 September hingga 01 November 2021, dengan dukungan KBRI Den Haag dan Indonesia Nederland Society.

Di dalam permainan Minecraft, para pelajar membangun program adaptasi dan mitigasi iklim berdasarkan kondisi di Malino yang diidentifikasi melalui wawancara dengan para penduduk.


Penyerahan usulan Proyek Kampung Iklim untuk Malino dilakukan dalam acara Peluncuran dan Webinar yang dihadiri oleh sekitar 80 orang, termasuk Pemerintah Kabupaten Gowa dan penduduk Malino secara online.

Pemerintah Kabupaten Gowa diwakili Camat Tinggimocong, Nur Ismi, bersama sejumlah staf secara virtual di Malino, Gowa.

Saat menerima usulan proyek tersebut, Dubes Mayerfas menyatakan proyek Kampung Iklim dapat diimplementasikan secara nyata.

“Proyek Kampung Iklim ini akan menjadi kontribusi yang baik untuk Pemerintah dan masyarakat Indonesia, terutama di Malino. Program Kampung Iklim sudah dijalankan Pemerintah Indonesia sejak 2016 dan telah dibangun pada lebih dari dua ribu lokasi. Proyek ini jika diterapkan di Malino akan membantu pemenuhan target 20 ribu Kampung Iklim di tahun 2024,” jelas Dubes Mayerfas.   

Usulan proyek tersebut juga disambut baik oleh Climate Envoy Belanda.

“Para pelajar secara kreatif dan fun mencari solusi untuk masalah global (perubahan iklim). Beberapa solusi yang ditawarkan dalam proyek sejalan dengan permasalahan yang dihadapi, seperti pengolahan sampah. Pemerintah Belanda tengah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia melalui ekonomi sirkular untuk pengolahan sampah,” papar Prince Jaime.

Anggota Board of Trustee Indonesia Nederland Society dan mantan Menteri Luar Negeri Belanda, Bernard Bot, yang menyaksikan penyerahan menyampaikan, “Proyek ini dapat menstimulasi dan menjangkau para pembuat kebijakan. Untuk itu, akan baik jika proyek ini bisa diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dasar.”

Pembangunan Kampung Iklim dilakukan selama enam minggu oleh para pelajar dengan fokus kepada tujuh permasalahan di Malino, yaitu air bersih, sampah, ketahanan pangan, kebakaran hutan, deforestasi, energi listrik, dan kesehatan.

Para pelajar mengusulkan untuk membangun filter air bersih; sistem pengolahan sampah; pertanian, peternakan dan pasar bagi rakyat; pengairan untuk cegah kebakaran hutan; penanaman pohon; pompa air untuk listrik; dan rumah sakit.

Proyek tersebut dikerjasamakan oleh kedua sekolah sebagai bagian dari pembelajaran perubahan iklim dan mengambil momentum Pertemuan Conference of Parties (COP) 26 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama