Rektor Unhas: Saya Pernah Berpisah dengan Suami Selama Tiga Tahun

KELAS INSPIRASI. Prof Dwia Aries Tina Palubuhu menceritakan perjalanan hidupnya itu ia ceritakan kepada 142 mahasiswa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, di Taman Unhas, Kawasan Pintu I, Kampus Tamalanrea, Makassar, Sabtu, 20 November 2021.



------

Sabtu, 20 November 2021

 

 

Rektor Unhas: Saya Pernah Berpisah dengan Suami Selama Tiga Tahun

 

 

Prof Dwia Berbagi Inspirasi dengan 142 Mahasiswa se-Indonesia


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Pendidikan sangat penting bagi masa depan. Saking pentingnya, banyak anak kampung yang pergi ke kota untuk sekolah atau untuk melanjutkan kuliah, bahkan seorang istri pun rela berpisah untuk sementara waktu dengan suami dan anak-anaknya demi melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Dan itulah yang dilakukan oleh Prof Dwia Aries Tina Palubuhu. Perempuan kelahiran Tanjung Karang, Lampung, 19 April 1964, mengaku pernah berpisah dengan suami dan anak-anaknya selama tiga tahun saat melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister.

“Saat itu mimpi saya banyak. Bagaimana saya bisa memberikan kontribusi terbaik kepada masyarakat. Saya melanjutkan S2 dan berpisah dengan anak dan suami selama tiga tahun. Setelah itu, pada 2006 mendapatkan kepercayaan sebagai Wakil Rektor Bidang Riset Inovasi hingga sekarang memperoleh amanah sebagai rektor,” tutur Dwia yang menjabat Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar sejak tahun 2014.

Kisah perjalanan hidupnya itu ia ceritakan kepada 142 mahasiswa program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, di Taman Unhas, Kawasan Pintu I, Kampus Tamalanrea, Makassar, Sabtu, 20 November 2021.

Dalam kegiatan yang dikemas melalui modul nusantara bertajuk “Kelas Inspirasi” oleh Bidang Akademik Unhas, Dwia menceritakan proses yang dilalui hingga mendapatkan amanah menjadi pimpinan Unhas selama dua periode.

“Saya bergabung menjadi bagian dari Unhas dimulai sejak tahun 1989 sebagai dosen untuk program studi sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Kemudian, melanjutkan pendidikan magister di Filipina dengan kondisi telah menikah dan mempunyai tiga orang anak,” ungkap perempuan pertama yang menjabat Rektor Unhas.

Dwia kemudian memberikan gambaran stereotip masyarakat zaman dulu yang beranggapan bahwa kaum perempuan tidak mampu memperoleh pendidikan tinggi. Namun, dengan dukungan penuh keluarga, Dwia melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dengan bantuan beasiswa.

Ia berpesan kepada para mahasiswa untuk terus mengembangkan kemampuan diri melalui hal positif. Memperluas jaringan pertemanan dengan berbagai wilayah dapat dilakukan, sebagai proses pembelajaran dan menghargai adanya keanekaragaman.

“Pengalaman menjadi penting untuk menguatkan dan menambah semangat, kegagalan dijadikan pembelajaran untuk lebih baik dimasa mendatang. Mulai sekarang, kalian harus mempunyai tujuan dan langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,” tandas Dwia.

Seusai memberikan inspirasi dari kisah hidupnya, Dwia pun menerima banyak pertanyaan dari mahasiswa inbound program pertukaran mahasiswa MBKM, dan dialog aktif dan interaktif pun berlangsung antara Rektor Unhas dengan para peserta.

Kegiatan tersebut turut dihadiri Wakil Rektor Bidang Akademik, Prod Muhammad Restu, Direktur Pendidikan, Dr Ida Leida, serta , Direktur Komunikasi, Ir Suharman Hamzah PhD. (asnawin)

3 Komentar

  1. Pengalaman yang menjadi penjabatan itu bukan murah. Harus melalui kesulitan dari keluarganya dan berteman taman.

    BalasHapus
  2. Pengalaman yang menjadi penjabatan itu bukan murah. Harus melalui kesulitan dari keluarganya dan berteman-teman.

    BalasHapus
  3. Mantap cerita dan pengalaman belajar di luar negeri.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama