Makmun, Kartunis dan Dosen Unismuh Makassar Penerima 20 Penghargaan Internasional

Namanya sangat pendek. Makmun. Tapi perjalanan kariernya di dunia kartunis sudah cukup panjang. Karya-karyanya bukan hanya beredar di berbagai media dan event-event nasional, melainkan juga di media dan event internasional. (Foto diambil dari akun Facebook: Makmun Amoeng Bungsu)





----- 

Jumat, 04 Maret 2022

 

 

Makmun, Kartunis dan Dosen Unismuh Makassar Penerima 20 Penghargaan Internasional

 


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Namanya sangat pendek. Makmun. Tapi perjalanan kariernya di dunia kartunis sudah cukup panjang. Karya-karyanya bukan hanya beredar di berbagai media dan event-event nasional, melainkan juga di media dan event internasional.

Malahan, Makmun Amoeng Bungsu (nama akun Facebook-nya) kadang-kadang secara tidak langsung mewakili Indonesia di media internasional, karena dialah satu-satunya kartunis asal Indonesia yang karyanya dimuat di media massa internasional.

Majalah daring BirkitapbindosT Cartoon E-Session, edisi Maret 2022 (edisi ke-51), sebuah majalah daring kartun internasional yang dibuat oleh kartunis Turki, memuat puluhan karya kartunis dari mancanegara dan satu-satunya kartunis asal Indonesia yang dimuat karyanya adalah karya Makmun Bungsu (Indonesia).

“Karya saya memang sudah rutin dimuat di Majalah BirkitapbindosT, tapi itupun tetap diseleksi. Biasanya penilaiannya itu bukan teknis karikatur, melainkan ide yang ingin disampaikan,” ungkap Makmun, kepada Pedoman Karya via telepon Jumat, 04 Maret 2022.

Nama yang ia gunakan dalam setiap karya karikaturnya yaitu Amoeng cartoon, dan nama itulah yang dikenal di dunia para kartunis nasional dan internasional, bukan Makmun, padahal Makmun itulah nama aslinya, he..he..he…

Ammung, sapaan akrab Makmun, sehari-hari adalah dosen / Sekretaris Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.

Ia menamatkan kuliah S1 Pendidikan Seni Rupa, dan juga S2 Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Makassar (UNM), dan sudah mulai mengajar di Unismuh Makassar sejak tahun 2008.

“Saya mengajar sejak tahun 2008, tapi baru terangkat jadi dosen tetap tahun 2013,” ungkap pria kelahiran Bone, 30 April 1975, dan ayah dari dua anak ini.

Dalam dua tahun terakhir, 2020 dan 2021, Ammung sebagai seorang kartunis, telah meraih 20 penghargaan internasional.

“Alhamdulillah, selama masa pandemic Covid-19, tahun 2020 dan tahun 2021, saya mendapatkan 20 penghargaan internasional,” sebut Ammung.

Dia mengatakan, kartun atau karikatur dikenal di seluruh dunia dengan bahasa universal dan mudah dimengerti. sehingga akan mudah diterima dimana saja.

“Semua orang punya cara pandang dan ide yang berbeda-beda, akan tetapi sebuah ide yang menarik akan menjadi pembeda dalam sebuah bentuk visual,” ungkap Ammung.

Hal yang menarik menurut Ammung, saat mengolah sebuah wacana yang sedang menjadi trending topic di media massa maupun media sosial menjadi kartun atau karikatur.

“Tantangannya, bagaimana menarik empati dan sindiran secara lugas dan disertai rasa humor,” ungkap Ammung.

Salah satu motivasi Ammung dalam berkarya, karena ia ingin menunjukkan cara pandang yang berbeda dengan menggunakan satire, atau menggelitik dengan visualisasi yang mengandung humor.

“Seni kartun bisa dibilang sesuatu yang mudah tapi sulit, banyak orang juga beranggapan sulit tapi mudah. Sebagai kartunis, akan sangat mudah mencari cela yang bisa diparodikan menjadi bentuk wacana yang menghibur, tetapi tetap mengkritik,” tutur Ammung.

Seni kartun, katanya, berupaya mengangkat tema yang hangat untuk memudahkan penikmat kartun agar mudah memahaminya dengan penggambaran sudut pandang yang lucu.

Secara umum, karya-karya Ammung menyuarakan keadilan, dengan mengkritik para penindas melalui pendekatan humor.

Berbagai kompetisi internasional yang diikuti Ammung, biasanya mengangkat isu-isu global, namun penyelenggara mencari para pekerja kartun yang memiliki cara pandang berbeda.

“Kreativitas menvisualkan ide adalah hal utama, dan pada dasarnya tema yang saya angkat menjadi kartun adalah menyuarakan kaum tertindas dan menarik empati dunia. Saya berupaya membahasakan kejadian terburuk yang terjadi, baik dari aspek sosial, maupun ekonomi, politik, kemanusiaan, lingkungan, dan lain sebagainya,” papar Ammung.

Selain itu, karya-karya Ammung juga berupaya mengangkat potensi lokal yang ada di Sulawesi Selatan.

“Saya berupaya mempromosikan budaya lokal agar dikenal pada kalangan masyarakat nasional maupun dunia. Kita punya budaya yang kaya akan nilai dan filosofi,” ujar Ammung.

 

Penghargaan

 

Berbagai penghargaan yang diperoleh Ammung, antara lain dari Festival Interntional Colicomic 2020, di Colombia, The 3rd Cebu Lampoon Festival, di Filipina (2020), dan penghargaan dari Rumah Kartun dan Komik Malaysia dalam Pameran Kartun VS Covid 19 (2020).

Ammung juga pernah memperoleh penghargaan dari Majalah Kartun Iran (2021), penghargaan dalam Internatioal Izmir Khatip Celeby University (IKCU) Art Festival (2021), Festival Kartun Maroko (2021), The Euro-Kartoenale Kruishoutem di Belgia (2021), penghargaan dari kontes kartun di Inggris (2021), dan beberapa negara lainnya.

Secara nasional, Ammung juga pernah mendapat penghargaan dari Asosiasi Kartun Indonesia (2020). Di tingkat lokal, Ammung juga meraih juara 1 dalam lomba karikatur Partai Demokrat Provinsi Sulsel (2021).

“Di Sulawesi Selatan, saya dan teman-teman mendirikan organisasi kartunis yang diberi nama Karaeng, akronim dari Kartunis Kota Daeng, dan semua organisasi kartunis di Indonesia bernaung di bawah organisasi Pakarti, akronim dari Persatuan Kartunis Indonesia,” jelas Ammung. (asnawin aminuddin)

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama