Mamasach Negeri Goreng

IMAM MAHDI. Halunisasi tentang Mamasach (sekarang, bahasaYahudi) singkatan dari Mechem Mendel Schneerson, yang penganutnya mengidifikasikan dengan Imam Mahdi. (Gilles Kepel, 1997, 255). Halunisasi tentang kehadiran Mamasach atau Imam Mahdi bukan hadir dari keyakinan agama Islam saja.
 





------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 18 Maret 2022

 

 

Mamasach Negeri Goreng

 

 

Oleh: Maman A Majid Binfas

(Akademisi, Sastrawan, Budayawan)


Halunisasi tentang Mamasach (sekarang, bahasaYahudi) singkatan dari Mechem Mendel Schneerson, yang penganutnya mengidifikasikan dengan Imam Mahdi. (Gilles Kepel, 1997, 255). Halunisasi tentang kehadiran Mamasach atau Imam Mahdi bukan hadir dari keyakinan agama Islam saja.

Bahkan, kata As-Sadr (2012), orang-orang Zoroastrian membenarkan penantian mereka terhadap Bahramsyah. Hal serupa juga diyakini orang-orang Kristen Al-Ahbasy yang menantikan kembalinya raja mereka bernama Theodore, seperti Imam Mahdi pada akhir zaman.

“Begitu juga orang-orang Hindu menyakini kembalinya Wishnu, dan orang-orang Majusi meyakini hidupnya kembali Usyider,” tutur As-Sadr.

Filosof Bertrand Russel sempat berkata, “Sesungguhnya dunia sedang menunggu tokoh reformasi yang akan menyatukan dunia di bawah bendera tunggal dan satu panji.”

Soal kemunculan sosok Mahdi juga sempat diutarakan ilmuwan Albert Einstein (Republika, 2012).

Mungkin, keyakinan berupa halunisasi bukan saja menjadi monopoli yang mengidentikkan dengan cendekia yang berkeilmuan keagaman, namun non beragama pun getaran nurani ilahiyahnya tidak bisa disumbatinnya.

Namun, terlepas pro kontra tentang kehadiran Mamasach/Imam Mahdi dengan berbagai logika diluncurkan, manakala kita kembali pada esensi akar agama, sebenarnya sungguh sangat sederhana.

 

Esensi pesan agama sederhana tanpa berlebihan,

_ bukan berarti mesti kumuhan, _

tetapi dimensinya pencerahan tanpa meresahin__apalagi digorengin demi arogan kekuasan mengatas namakan dimensi jubah agama.

Dua hari berlalu, penulis menggores tulisan dari akumulasi meresakan publik mengenai kondisi terkini yang menggoreng negeri ini, demi atas nama palu beton kekuasaan, __ seakan merasa sebagai mamasach telah hadir di negeri ini. Padahal krestivitasnya kerja hanya mampu meresahakan dan menggoreng isu ece-ece yang membosankan dan melelahkan publik itu sendiri.

 

Gorengan

 

Silakan luncurin pelor apapun, di dalam menggorengin isu hingga bara jadi debu__ tentu resiko pantulannya akan terpulang pada tuan juga, untuk memanen kembali__

kami tak gentar menghadapi karena telah kebal dengan apologi melebihi logika keiblisan digorengi  hampa akumulasi__

 

Kalian mainin jerami makar untuk mekar bara api, kami telah lalui, walau kepedihan nurani melebihi sembilu tiada berhingga__

 

Kalian mainin teror tanpa akhir dituduh terorisime, berhingga belum ada tanda-tanda akhiran juga, _kami maklumi_

tetapi ingat kematian berpulang pada keadilan Tuhan__

 

Kalian, gorengi sembako juga tembakau __ hingga tak terjangkau,

kami sadari logika tuan memang kerikilan mesti kami fahami___

 

Kalian, mainin lafalan Allah juga bukan baru kali ini__ sejak lampau juga kembali menampari hingga kini, kami fahami dan tidak kaget karena berjejak Fir'aun juga Namrud hingga Abulahab terlalap api pun telah bertautan__

Tentu, Tuhan tidak tinggal diam,

termasuk ilmu kelam dan hitam membara dimainin iblis sejak jaman Nabi Sulaiman dan Nabi Musa pun juga masih digorengin hingga kini, __

 

Mau diapalagi,

memang demikian terus diwarisin__

 

Tetapi,

ingat pula, kalau boleh saran:

_ jangan paksakan kematian tuan sebelum mautan ditakdirkan Tuhan_

 

Kalau begitu, tuan tuan dikenang hanya sebagai aktefak GORENGAN

 

...

Eloknya, gorengan gurih dengan membaca tanda-tanda siapa yang dihadapi

Jangan seenak dewe, lalu semague

hantam kromo. Padahal martil beton pun terpentalin bahkan juga pelor kendali terpantul kembali padamu,

apalagi pistolan buatan kemarin

 

Baca tanda siapa yang dihadapi, jangan asal seruduk gaya anak kambing masih balibu

_biar induk banteng ditanduknyatanpa ending beraduhai_

 

Negeri kita ini  adalah hasil perjuangan yang sungguh aduhai: dengan pengorbanan jiwa raga leluhur dalam memperjuangkan kemerdekaan, berhingga nikmati bersama bukan dimonopoli dengan dagelan sontoloyo.

 

Indonesia tumpah darahku__

Bukan, berteriak mantap_sekalipun, lagi muntah darahDemi kuasa nafsu serakah_

 

Sekali lagi kalau boleh saran, siapapun pengelola negeri tercinra ini:_Jangan berlebihan main tikusan,_ perlu dusadari_siapa tahu esok pagi tanpa diduga terbaring kaku di dalam kuburan_ dan tak perlu merindukan dan atau memimpikan Mamasach akan hadir di negeti ini.__ Apalagi mau halunisasikan dengan mengidentikan srbagai Mamasach pemimpin saat ini, dikarena keasihkan gorengan, dan itu sungguh memalukan berhingga kesan kurang warasan.

 

Wallahu a'lam bish-shawabi

 

Tamalate, 17 Maret 2022


------

Baca juga:

Momokan Menghabisi Vaksinasi 

Diksi Ber_Fantasyiru Fil-Ardhi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama