Musik Akustik dan Pembacaan Puisi Ramaikan Hari Perempuan se-Dunia di Takalar

HARI PEREMPUAN SEDUNIA. Sejumpah peserta dan pembicara foto bersama peringatan Hari Perempuan se-Dunia (Internasional Women's Day), di Inimo de' Cafe Takalar, Selasa, 08 Maret 2022. (ist)
 





-----

Rabu, 09 Maret 2022

 

 

Musik Akustik dan Pembacaan Puisi Ramaikan Hari Perempuan se-Dunia di Takalar

 


TAKALAR, (PEDOMAN KARYA). Pagelaran pentas seni musik akustik dan pembacaan puisi meramaikan peringatan Hari Perempuan se-Dunia (Internasional Women's Day), di Inimo de' Cafe Takalar, Selasa, 08 Maret 2022.

Ada dua puisi yang dibacarakan pada acara tersebut, yaitu puisi berjudul “Perempuan Bukan Objek Senda Gurau” oleh Andini, serta puisi berjudul “Kembalikan Ruang Ramah Perempuan” oleh Sri Rizky Yuliana.

Selain pagelaran pentas seni, peringatan Hari Perempuan se-Dunia juga diisi dialog yang digelar oleh Cita Madani Institute, FAMM Indonesia dan Forum AWAS Kabupaten Takalar menyelenggarakan kegiatan Dialog dan Pentas Seni Internasional Women's Day dengan Tema “Gerak Bersama Menuju Keadilan Gender”, serta disponsori oleh In Partnership with Canada, Jass Just Power, We Lead dan Harmony 97.0 FM.

Direktur Cita Madani Institute, Abdul Karim Tahir dalam sambutannya sekaligus membuka acara mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan gender, khususnya mengenai masalah ketimpangan antara keadaan dan kedudukan perempuan dan laki-laki di masyarakat komunitas millineal agar tidak terjadi bias gender.

International Woman's Day kali ini menghadirkan aktivis perempuan hebat Takalar sebagai narasumber, yakni Nellyati selaku Anggota Bawaslu Kabupaten Takalar, Irnawati Bachtiar Ketua Forum Awas Kabupaten Takalar sekaligus Dosen Komunikasi UIN Alauddin Makassar, dan Lin Agustin selaku Station Manager Harmony FM.

Dalam kesempatan dialog, Nellyati menyampaikan bahwa Break The Bias adalah tanggung jawab bersama baik perempuan maupun laki-laki, karena bias gender ini tidak hanya memberikan efek negatif pada perempuan saja tetapi juga terhadap laki-laki, itulah kenapa tema ini mengusung gerak bersama menuju keadilan dan kesetaraan gender, serta membangun kesadaran kritis dan kepemimpinan feminis muda untuk terciptanya gerakan adil gender, kuat, dan mandiri.

Selanjutnya Irnawati Bachtiar, juga menyampaikan bahwa perempuan memiliki ruang pemahaman dalam mengedukasi masyarakat luas terutama di ruang publik, hal ini menjadi nilai tersendiri untuk memahami sejauh mana peran perempuan dalam memperjuangkan keadilan gender.

Kemudian Lin Agustin, mengatakan kesetaraan gender itu memberikan ruang yang sama dengan laki-laki sehingga perempuan tidak menjadi objek pembedaan, semua pihak harus bekerjasama menjadikan dunia yang kita tinggali beragam, adil, dan inklusif. Dunia dimana perbedaan dihargai dan dirayakan.

Dialog dan Pentas Seni tersebut turut dihadiri oleh Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda (OKP), Lembaga Perempuan, Pelajar, Komunitas millineal yang memiliki kepedulian terhadap isu keadilan gender. Dan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. (Hasdar Sikki)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama