Ibu-ibu Pengrajin Milenial Takalar Populerkan Batik Shiborita

BATIK SHIBORI. Ketua Dekranasda Takalar yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Takalar, Dr Hj Irma Andriani, foto bersama sejumlah ibu-ibu pengrajin saat proses pembuatan dan saat meperlihatkan kain batik shiborita, di Rumah Jabatan Bupati Takalar, Rabu, 06 April 2022. (ist)

 





-----

Ahad, 10 April 2022

 

 

Ibu-ibu Pengrajin Milenial Takalar Populerkan Batik Shiborita

 

 

TAKALAR, (PEDOMAN KARYA). Ketua Dekranasda Takalar yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Takalar, Dr Hj Irma Andriani, memang kreatif. Baru-baru ini, ia kembali berkreasi mengajak ibu-ibu pengrajin milenial di Takalar membuat batik shibori.

Batik shibori kreasi Irma Andriani itu ia beri nama batik shiborita, singkatan dari Shibori Takalar. Bahkan ia sendiri yang langsung mempraktekkan dan membimbing ibu-ibu pengrajin di Takalar membuat batik shiborita di rumah jabatan Bupati Takalar.

Praktek membuat batik shiborita dilakukan dalam suasana gembira bersama para ibu-ibu pengrajin milenial, mulai dari mengikat kain putih, menyiapkan air yang diberi pewarna indigo,.dan mencelupkan kain yang telah diikat tersebut, lalu mengeringkannya. Setelah kering, maka jadilah batik shiborita dengan berbagai macam corak sesuai yang diinginkan.

Dengan kreasi yang dibuatnya itu, kain yang awalnya tidak memiliki nilai jual, akhirnya disulap oleh ibu-ibu pengrajin milenial anggota Dekranasda Takalar menjadi motif batik shibori yang cantik.

Usai membatik shiborita, Irma Andriani tidak henti-hentinya mengajak ibu-ibu dan kaum millenial Takalar untuk berlatih sendiri membuat batik sendiri shiborita dan memberi motivasi agar semangat berkreasi dan rasa cinta produk sendiri tumbuh dalam diri ibu-ibu di Takalar.

“Dengan keterampilan ini, para istri bisa membantu suaminya menambah penghasilan keluarga. Batik shiborita ini menjadi ajang bagi kaum milenias untuk berkreasi. Cara pembuatannya sangat cepat dan mudah, sehingga ibu-ibu rumah tangga bisa menjadikannya sebagai pengisi waktu senggang, Baju dan jilbab polos yang bekas juga bisa disulap menjadi baju dan jilbab baru dengan shiborita dalam waktu 20 menit,” tutur Irma.

Perempuan yang sehari-hari yang sehari-hari dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, juga mengajak ibu-ibu rumah tangga belajar membuat batik shibori untuk mengisi waktu dan menambah penghasilan rumah tangga.

“Ayo cari dan belajar membuat batik shibori di Takalar,” ajak Irma.

 

Berasal dari Jepang

 

Dari hasil penelusuran di internet, ditemukan bahwa shibori berasal dari kata Jepang, shiboru yang merupakan teknik pewarnaan kain dengan mengandalkan ikatan dan celupan.

Motif yang dihasilkan seringkali tak jauh berbeda dengan batik, mmeskipun dari segi pengerjaan lebih mudah dan sederhana. Maka kain hasil ikatan dan celupan ini sering juga disebut batik asal Jepang.

Teknik shibori ini telah digunakan sejak zaman kekaisaran Jepang beberapa ratus tahun lalu, bahkan beberapa pewarna alami dapat bertahan 600 tahun lamanya.

Konsep pembuatannya pun juga serupa dengan teknik tie dye yang mengandalkan teknik ikat celup. Dengan teknik ini, beberapa kain “dilindungi” agar tidak terkena corak pewarna, sehingga pada hasil akhirnya tercipta pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan “dilindungi.”

Teknik “melindungi” kain shibori ini dilakukan dengan menggunakan teknik seperti melipat, melilit, mengikat kain, kemudian mencelupkannya pada pewarna indigo.

Di Jepang, ada enam teknik pewarnaan shibori, yaitu kanoko shibori, miura shibori, arashi shibori, itajime shibori, kumo shibori, dan nui shibori.

 

Proses Pembuatan

 

Membuat batik shibori membutuhkan perlengkapan yang cukup sederhana, antara lain kain primis, penjepit pakaian, karet, baskom, air, sendok, serta pewarna kain.

Proses pembuatan batik shibori dimulai dengan melipat kain primis menggunakan penjepit pakaian lalu dilipat panjang dan kecil agar sesuai dengan motifnya. Setelah dilipat, kain diikat menggunakan karet dengan bentuk segi empat atau segi tiga sesuai pola yang diinginkan.

Tuangkan pewarna kain jenis remasol dan water glasses ke baskom yang sudah diberi air. Kemudian, aduk secara merata menggunakan sendok. Celupkan kain yang terikat karet tadi ke dalam larutan pewarna dengan hati-hati, pastikan sampai meresap ke kainnya. Selanjutnya, tiriskan dan diamkan beberapa menit, lalu lepaskan karet yang terikat di kain.

Angkat dan bentangkan kain dengan dua orang, lalu bilas kain dengan air bersih. Jemur kain di bawah terik sinar matahari, pastikan sampai mengering. (Hasdar Sikki)


-----

Baca juga:

Pengrajin Anyaman Lontar di Takalar Masih Berorientasi Pesanan


1 Komentar

Lebih baru Lebih lama