Haul Mengenang M Basir, Wartawan dan Seniman Terbaik Sulsel

M Basir, pernah menjadi Ketua PWI Sulsel dan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat. Juga pernah menjadi Anggota DPRD Kota Makassar, penulis Kitab Injil Berbahasa Lontaraq, serta pembuat Logo Makassar, Jeneponto, Unhas dan Kodam XIV/Hasanuddin. 





------

PEDOMAN KARYA

Selasa, 18 Oktober 2022

 

 

Haul Mengenang M Basir, Wartawan dan Seniman Terbaik Sulsel

 

 

Penulis Kitab Injil dalam Bahasa Lontaraq

Dua Periode Ketua PWI Sulsel

Anggota DPRD Kota Makassar 1965 – 1977

Pembuat Logo Makassar, Jeneponto, Unhas dan Kodam XIV/Hasanuddin

 


Embas Family melaksanakan acara silaturrahim dan do'a bersama dalam rangka Haul memperingati 37 meninggalnya M Basir, wartawan mantan Pemimpin Redaksi Harian Pedoman Rakyat dan juga salah seorang seniman terbaik Sulawesi Selatan, di Jalan Baji Rupa, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Ahad, 16 Oktober 2022.

Kegiatan ini selain melaksanakan do'a bersama juga bertujuan mempererat jalinan kekeluargaan tanpa ada jarak.

“Hari ini kita berkumpul melaksanakan shalat magrib secara berjamaah, kemudian dilanjutkan do'a bersama yang diisi dengan pembacaan tahlil dan shalawatan dalam rangka Haul ke-37 Bapak M Basir,” kata Eka Oktavia Arifien Basir, salah seorang cucu almarhum M Basir.

Acara tersebut dirasakan sangat positif selain do'a bersama, juga menjadi ajang silaturrahim dan lepas rindu dengan harapan keluarga besar M Basir (Embas) dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal afiat dan bisa menjalin kekeluargaan lebih baik tanpa ada perbedaan.

Ardhy M Basir, salah seorang anak almarhum M Basir, mengatakan acara Haul M Basir rutin diadakan setiap tahun di lingkungan keluarga Embas guna menjagasilaturrahim dan juga berdo’a bersama untuk almarhum M Basir, dan semoga anak cucu yang masih diberi kesehatan mendapatkan berkah dari kegiatan ini.

“Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada keluarga yang telah berkontribusi dalam kegiatan ini, semoga kebaikan yang kita tanam semasa hidup akan selalu dikenang sepanjang masa,” kata Ardhy.

Di sela-sela acara, Ardhy M Basir menceritakan sosok ayahnya. Dia mengatakan, Embas sapaan akrab Muhammad Basir, merupakan seorang yang selalu kagum dan sangat mencintai sejarah dan budaya lokal Makassar, khususnya aksara Lontara.

“Beliau juga aktif sebagai seorang seniman, melukis dan menggambar sketsa adalah kepiawaiannya,” kata Ardhy, yang saat ini menjabat Pemimpin Umum Pedomanrakyat.co.id.

Rumah Sakit Labuang Baji, katanya, adalah sebagian nama yang digagas oleh seorang M Basir yang diberikan kepada pendirinya yang berkebangsaan Belanda.

Meski Basir seorang muslim yang taat, atas pesanan si meneer, beliau menulis Kitab Injil dalam tulisan Lontaraq. Dan itu satu-satunya di dunia.

Kebiasaannya ini kemudian melahirkan lusinan buku bertuliskan huruf Lontaraq, termasuk Pedoman Desa; satu-satunya koran bertuliskan huruf Lontara, khusus disebarkan di desa-desa se-Sulawesi Selatan.

Basir juga menggambar desain patung, misalnya yang dibangun di pertigaan Jl. Dr. Ratulangi dan Jl. Kakatua, Makassar.

Di saat Pedoman Rakyat didirikan pada 1 Maret 1947, di tahun itu, pergolakan politik di Indonesia Timur, khususnya Makassar memanas hingga tahun 1960.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1951, Basir bergabung dengan Pedoman Rakyat (PR). Kehadiran Basir sangat membantu dalam mewarnai halaman-halaman PR lewat tulisan, gambar dan ilustrasi.

Bersama rekannya, M Basir membantu membidani lahirnya koran perjuangan bernama Pedoman Rakyat dengan nafas dan semangat yang lebih berani. Jika para pejuang lainnya bertempur dengan badik terhunus, Basir berjuang dengan dua senjata sekaligus: badik dan mesin ketik.

Di sela-sela kegiatannya sebagai pejuang (wajib militer), Basir ‘membombardir’ Belanda dengan tulisan-tulisannya yang tajam.

“Pak Basir menulis, ada dua tugas wartawan: Mewartakan kejadian dan menyingkap kebenaran. Dan kita sebagai insan pers, dimuliakan oleh tugas kedua,” kata Ardhy.

 

Mengundurkan Diri dari ASN

 

Demi agar bisa fokus dengan kecintaannya pada Pedoman Rakyat, M Basir memilih mengundurkan diri dari kepegawaian Imigrasi Makassar pada tahun 1957.

Sebagai salah satu pemegang saham di harian Pedoman Rakyat, M Basir yang juga Pemimpin Redaksi membesarkan suratkabarnya dengan idealisme dan totalitas kerja.

“Beliau banyak melahirkan wartawan handal, antara lain Ronald Ngantung, Rahman Arge dan Arshal Al Habsy. Beliau dikenal sebagai ‘Sang Guru’ oleh para wartawan di Sulawesi Selatan,” kata Ardhy.

 

Ketua PWI Sulsel


Independensi jurnalisme yang diterapkan ketika itu membawa Pedoman Rakyat tampil sebagai koran yang disegani di Indonesia Timur, bahkan nasional. Tulisannya sering menjadi rujukan kebijakan pemerintah. Pun sebaliknya, tak sedikit kebijakan yang direvisi akibat tulisannya yang lembut namun menghentak, bahkan menghunjam keras namun merangkul.

Kepemimpinan M Basir tidak sekadar fatwa teoritis belaka. M Basir menjabat Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel dalam dua periode, yaitu periode 1966-1968, dan periode 1970-1972. Pada perioe 1968-1970, PWI Sulsel dipimpin Syamsuddin Daeng Lau yang lebih dikenal dengan nama Syamsuddin DL.

Di masa Patompo menjadi walikota, Basir menjadi mitra dalam penataan Kota Makassar. Beberapa patung dan taman-taman kota yang menghiasi Makassar ketika itu (termasuk ‘Tanggul Patompo’ yang terkenal) adalah hasil kolaborasi Patompo yang ‘gila’ dengan Basir yang ‘bertangan dingin’. Jelas Om Ci sapaan Akrab Ardhy M. Basir.

 

Anggota DPRD Kota Makassar

 

M. Basir, lahir di Jeneponto 12 Februari 1924. Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab Harian Pedoman Rakyat tersebut adalah seorang “Autodidak”. Pendidikan formal yang ditempuhnya antara lain Volks School, Vervolg School, Laudbouw Cursus, HIS, Schakel School Taman Siswa sampai pecah Perang Dunia II.

M Basir yang juga seorang Veteran Pejuang Kemerdekaan RI di Sulawesi Selatan. Beliau juga pernah mengabdi pada Kantor Imigrasi Ujung Pandang sambil menjadi “half timer” Pedoman Rakyat.

Dunia jurnalistik tak bisa dipisahkan dari hidupnya. Sebelum Perang Dunia II, ia membantu majalah anak-anak “Tismu” Majalah Adil di Solo, Jawa Tengah.

Tahun 1965 sampai 1977 anggota DPRD Tkt II Kotamadya Ujung Pandang mewakili Golongan Karya (Golkar). M Basir menguasai aktif bahasa Belanda, Inggris, serta sedikit bahasa Jepang dan Mandarin.

Karya tulis yang pernah dipublikasikan antara lain “Senyum di Ujung Laras” (Kumpulan Cerpen Perjuangan), Artikel perjalanan Jurnalistik ke Eropa, Timur Tengah, Asean dan Asia, Jepang dan Australia yang di muat dalam “PR”.

 

Pembuat Logo Makassar, Jeneponto, Unhas, dan Kodam XIV/Hasanuddin

 

“M Basir juga salah satu sosok seniman Sulsel yang kerap bekerja dibelakang layar. Ia membuat Logo Kota Makassar. Perisai dan perahu pinisi pada logo itu adalah buah pikirnya,” ungkap Ali Walangadi, seniman lukis, saat penulis mewawancarainya di kediamannya pada 02 Juli 2009.

Tidak hanya itu, bahkan Logo Unhas dan Logo Kabupaten Jeneponto adalah buah hasil karyanya yang ‘diserahselesaikan’ pada ponakannya yakni Mustafa Djalle.

Karya lain yang tak bisa dilepas dari kehadiran TNI AD di Sulselra adalah Lambang Kodam XIV/Hasanuddin saat Letkol Inf. Andi Mattalatta memimpin pada 1957. Yang kemudian berturut-turut dari Brigjen TNI M. Jusuf (1959) hingga Brigjen TNI Solihin G. Purwanegara (1965), keduanya bersahabat erat dengan Basir, bagai sepasang saudara.

Demikian pula dengan logo Kodam XII/Wirabuana hasil karya M Basir. Sebuah piagam ucapan terima kasih diberikan oleh Panglima Kodam Mayjen TNI Soetedjo bertanggal 02 Mei 1985 atas karyanya itu.

M Basir meninggal dunia pada Senin, 14 Oktober 1985, di Rumah Sakit Akademis, Makassar. (asnawin/r)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama