Gazalba Saleh, Pinisi, dan Bawang Goreng

HAKIM AGUNG Gazalba Saleh berfoto di atas Perahu Pinisi berukuran besar, di Tana Beru, Kacamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. (Foto: Rusdin TOmpo)












------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 09 Desember 2022

 

 

Gazalba Saleh, Pinisi, dan Bawang Goreng

 

 

Oleh: Rusdin Tompo

(Penulis, Pegiat Literasi, dan Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Provinsi Sulawesi Selatan)

 

“Tabe, mari saya foto ki’, Pak,” tawar saya pada lelaki yang barusan saya lihat berupaya menaiki badan Pinisi berukuran besar di Tana Beru, Kelurahan Bonto Bahari, Bulukumba.

Saya menawarkan padanya untuk difoto, karena saya tahu, itu momen berharga baginya. Sebagai seorang yang sudah berkiprah di level nasional dan menetap di ibukota Jakarta, tentu berada di atas Pinisi, di pusat pembuatan perahu yang jadi ikon Sulawesi Selatan, itu merupakan sesuatu baginya. Bahkan, sebenarnya, sebelum dia naik ke atas Pinisi pun, secara ‘candid’ saya sudah memotretnya.

Begitu selesai saya potret, saya mengajaknya ngobrol, dengan mengatakan, tetangga saya di Kassi-Kassi, Makassar, merupakan sahabatnya. Saya sebut nama tetangga saya itu, tapi lelaki dengan topi bergaya newsboy cap tersebut tak lagi mengingatnya. Maklum, itu kejadian tiga dekade silam, ketika teman saya menyebut nama panggilannya: A’ba.

Saya tahu sapaan itu karena diceritakan oleh tetangga saya. Namun, sebagai teman seangkatan, saya hanya kenal namanya Gazalba Saleh atau ada juga yang menyapanya Alba.

Walau tidak dekat semasa kuliah di Kampus Merah, Tamalanrea, tapi saya mengenalnya. Pertemuan di atas Pinisi itu terjadi, lantaran ada acara reuni 35 tahun angkatan 87 FH-UH (Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar, red) yang diadakan di kawasan wisata Bira, Bulukumba, 28-30 Oktober 2022.

Sebelum ke acara di Bira itu, saya kerap membaca postingan di grup alumni, beberapa teman menyapanya YM, singkatan dari “Yang Mulia”, sebutan bagi seorang hakim. Sahabat kami itu bahkan bukan sekadar seorang hakim, tapi HAKIM AGUNG pada Mahkamah Agung RI.

Dr Gazalba Saleh SH MH mencapai posisi terhormat itu sejak 07 November 2017, setelah dilantik Ketua MA, M Hatta Ali. Pengalaman kariernya hingga mencapai HAKIM AGUNG itu pula yang dibagikan ke teman-temannya saat reuni.

Kembali ke momen foto di atas Pinisi, begitu selesai motret, saya bagikan fotonya di grup, dan beberapa foto teman lainnya. Dari belakang, saat kembali berada di bus, saya kemudian melihat dia membuka-buka WhatsApp dan menemukan fotonya.

Foto ‘karya’ saya tadi lalu dia teruskan di akun Telegramnya. Saya tahu karena saya hanya berjarak satu derekan bangku di belakangnya.

Perjalanan dari Bulukumba ke Makassar, pada hari itu benar-benar menyenangkan. Sepanjang jalan, ada-ada saja cerita dan guyonan yang dilontarkan. Apalagi setelah muncul cerita tentang bisnis “boneka”, semakin pecah gelak tawa kami sepanjang perjalanan. Gazalba Saleh tak kalah riang tawanya.

Setelah itu, saya lalu tertidur. Bus yang kami tumpangi terus melaju. Sampai kemudian saya dibangunkan oleh seorang teman. Dia mengguncang-guncang tubuh saya, sembari meminta saya turun. Katanya, turun ki’, ditraktir Gazalba Saleh beli oleh-oleh. Saya pun turun lewat pintu belakang bus.

Begitu turun, sudah ada beberapa teman antri di toko oleh-oleh. Masing-masing memilih cemilan khas Bulukumba, sesuai seleranya. Kebanyakan mengambil jagung marning, yang memang terkenal dari daerah ini.

Gazalba dengan sabar menunggu teman-temannya, sambil bertanya ke pemilik toko, sudah berapa nilai transaksinya. Disampaikan, kalau-kalau uang cash-nya tidak cukup. Katanya, kalau tidak cukup, dia akan ke ATM yang berada di seberang jalan untuk narik lagi.

Saya masih berdiri, menunggu giliran membawa oleh-oleh pilihan saya ke kasir. Hari itu, saya memilih 3 jenis oleh-oleh, salah satunya bawang goreng. Jumlah ini tak seberapa, kalau saya melirik keranjang yang lain.

Begitu tulusnya Gazalba mentraktir teman-temannya. Itu yang terekam dalam ingatan saya. Sampai tiba di rumah pun, saya menceritakan kebaikan Gazalba Saleh kepada keluarga. Melihat bawang goreng yang saya bawa, anak saya berujar, “Enaknya kalau ada bakso.”

Bawang goreng itu memang teksturnya terlihat renyah gurih. Namun bukan gurih itu yang terbawa hingga tulisan ini dibuat. Bawangnya sendiri sudah habis disantap. Yang masih terasa adalah kebaikan, ketulusan seorang teman, Gazalba Saleh.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama