Fahsar Jadi Bupati Bone, Muhlis Madani Jadi Profesor

TESTIMONI. Bupati Bone Andi Fahsar M Padjalangi tampil memberikan testimoni pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Ilmu Administrasi Publik kepada Profesor Dr Muhlis Madani MSi, di Balai Sidang Muktamar 47, Kampus Unismuh Makassar, Senin, 6 Februari 2023. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)




-----

PEDOMAN KARYA

Rabu, 08 Februari 2023

 

 

Muhlis Madani Dikukuhkan Guru Besar Unismuh Makassar (3):

 

 

Fahsar Jadi Bupati Bone, Muhlis Madani Jadi Profesor

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

 

Bupati Bone Andi Fahsar M Padjalangi tampil memberikan testimoni pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Ilmu Administrasi Publik kepada Profesor Dr Muhlis Madani MSi, di Balai Sidang Muktamar 47, Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Senin, 6 Februari 2023.

“Saya tidak terlalu panjang Prof. Saya hanya mau cerita pegalaman-pengalaman masa lalu ketika bersahabat dengan Pak Muhlis, dan sampai hari ini persahabatan saya dengan pak Muhlis atau lebih keren disapa Pak Ulli, itu ketika kami sama-sama diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, di kelas paralel, angkatan 1982,” kata Fahsar sambil tersenyum.

Ketika itu, Fahsar, Muhlis Madani, dan teman-teman seangkatannya masih broco semua, tidak saling kenal, tapi saling mencari jati diri, saling berdebat karena selalu mau tampil, dan akhirnya mereka berkomitmen membuat satu kelompok studi yang mereka beri nama “Mabaji Art Sport and Seni Universitas Hasanuddin.”

Kelompok studi ini berkembang bukan hanya pada lingkungan Fakultas Sospol, melainkan sampai kepada Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik, dan seluruh fakultas ada yang bergabung dalam kelompok ini.

Di dalam perjalanan kelompok ini, banyak pengkaderan yang mereka adakan, termasuk pengkaderan kepemimpinan mahasiswa, dan akhirnya banyak anggota kelompok ini yang berhasil dalam meniti karier.

Fahsar dan Muhlis Madani tinggal di pondokan yang sama dan juga satu kamar di Jalan Kandea, Baraya, Makassar. Ketika itu, kampus Unhas terletak di Jalan Masjid Raya yang juga di sisi Jalan Kandea dan Jalan Sunu.

“Pendek cerita Prof, saya mau meminjam istilahnya Golkar, saya dan Pak Muhlis ini adalah sekasur, sedapur dan sesumur. Kenapa? Karena kurang lebih tiga tahun saya satu kasur, satu dapur, dan satu kamar. Kami tinggal dalam satu rumah dan itu kebetulan rumah orangtua kami. Cukup besar dan tidak ada yang menempati, sehingga saya dan adik saya mengharapkan semua teman-teman berkumpul di situ. Di situlah awal pertemanan kami dengan Pak Muhlis,” tutur Fahsar.

Sambil tersenyum Fahsar kemudian “mengerjai” Muhlis Madani dengan mengatakan Muhlis Madani memiliki banyak ide, tapi ide-ide tersebut tidak bisa ia laksanakan.

“Ulli (Muhlis Madani) ini banyak idenya, tapi idenya dia tidak bisa laksanakan. Dia pintar mengeluarkan ide, tapi dia tidak komit melaksanakan, di antaranya karena rumah ini rumah besar dan menjadi tanggung jawab semua, maka semua harus patuh dan taat membersihkan ini rumah. Pak Muhlis membuat jadwal tugas kebersihan, karena tulisannya bagus, tulisannya indah, tapi tidak pernah dia patuhi. Setiap jam enam pagi harus bersihkan rumah. Pak Muhlis ini, maaf Prof, paginya itu jam delapan pagi, kadang shalat subuhnya shalat dhuha,” ungkap Fahsar sambil tersenyum dan para hadirin pun ikut tersenyum, bahkan ada yang tertawa.

Ketika Fahsar dan Muhlis Madani selesai wisuda, mereka tetap berada pada kelompok yang sama dan selalu bersama-sama, serta juga tetap tinggal di pondokan milik orangtua Fahsar yang juga dijadikan sekretariat, tepatnya di Jalan Kandea nomor 25.

“Rumah itu sekarang sudah menjadi Masjid Al-Fatah. Kami wakafkan menjadi Masjid Al-Fatah,” tutur Fahsar.

Sewaktu masih kuliah, pondokan tersebut dihuni oleh dua kelompok mahasiswa yang berbeda “mahzab”, yakni Kelompok Mabaji, dan kelompok lain yang dipimpin Andi Yagkin M Padjalangi, adik kandung Fahsar M Padjalangi.

“Yagkin Padjalangi yang waktu itu kebetulan Ketua Senat Mahasiswa Unhas, membawa gerbongnya juga ke rumah kami, sehingga kami sering bersaing, satu berbicara masalah politik kampus, satu berbicara politik di luar kampus, tapi kami selalu menang karena kami dominan anak Sospol,” kata Fahsar lagi-lagi sambil tersenyum.

 

Memamerkan Gelar Doktorandus

 

Yang menarik, kata Fahsar, ketika ia dan Muhlis Madani sudah selesai wisuda dan dinyatakan sudah sarjana dengan gelar Doktorandus (disingkat Drs), dengan bangganya mereka memamerkan bahwa mereka sudah Doktorandus.

“Waktu itu, kita sudah mulai belajar bertandatangan, membuat surat, kemudian di situ ditulis kop-nya, dan Pak Muhlis menulis Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prof Dr Muhlis Madani MS. Waktu itu belum ada MSi, masih MS. Saya berkelakar dengan mengatakan, agatosi elo’mu (apa maumu), dan Pak Muhlis menjawab, profesor ka cappo nanti (kelak saya akan menyandang gelar professor). Jadi saya juga buat, saya tulis Bupati Bone Drs Andi Fahsyar Madde Padjalangi. Dan sambil berkelakar kami masing-masing bertanda-tangan, karena tidak ada stempel, maka stempel Mabaji yang kita pakai. Alhamdulillah, semua harapan itu, dicatat oleh malaikat dan sudah terbukti. Saya bisa menjadi bupati (Bupati Bone) dua periode, kemudian Pak Muhlis juga sudah bisa menjadi Profesor,” tutur Fahsar.

Sambil bercanda, Fahsar mengatakan banyak perubahan yang ia lihat pada diri Muhlis Madani, terutama setelah Muhlis Madani menjadi kakek.

“Setelah menjadi kakek, sudah mulai rabun-rabun matanya. Kalau biasa, matanya kencang, apalagi kalau lihat yang indah-indah, kita dilupakan biasanya,” kata Fahsar yang lagi-lagi disambut senyum dan tawa para hadirin.

Fahsar mengucapkan syukur dan mengaku bangga karena dari kelompok studi Mabaji, banyak yang sukses menempuh masa depannya.

“Alhamdulillah, kami bangga dari kelompok studi kami banyak yang berhasil dan kelompok ini berjalan terus. Selain itu, persahabatn kami berjalan sampai sekarang, apalagi kami semua berada di dalam jajaran Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, yang selalu berdiskusi bukan hanya untuk kepentingan kami, melainkan juga untuk kepentingan daerah dan institusi kami. Kami bangga capaian Pak Muhlis dan tentu ini menjadi energi baru bagi Unismuh. Pak Muhlis banyak jaringannya, bukan hanya di Sulawesi Selatan melainkan juga di luar Sulsel. Saya kira ini bagus dimanfaatkan oleh Unismuh. Saya kira itu, selamat ki’ Prof Muhlis, selamat Pak Prof, jangki’ lupa teman ta’, mentang-mentang Prof lupa kita, nanti dicabut gelar prof-nya dari alumni Kandea,” kata Fahsar sambil tersenyum dan juga mengundang senyum dan tepuk tangan para hadirin. (bersambung)


----- 

Artikel sebelumnya:

Muhlis Madani Raih Profesor Setelah 34 Tahun Jadi Dosen

Muhlis Madani Dikukuhkan Guru Besar Unismuh Makassar, Menteri dan Bupati Berikan Testimoni

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama