Nama Andi Baso Amir, biasa disapa ABA, tidak banyak orang mengenalnya sebagai penyair Sulsel yang pernah membungai dunia sastra di tahun 1950-1960-an. Dia lebih dikenal sebagai pemikir budaya dan mantan Bupati Bone di tahun 1967-1969.
Kehadiran ABA di kancah kesenian, diawali dengan perannya sebagai panitia Festival Drama se Sulsel tahun 1955 di Makassar.
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 08 Agustus 2022
Jejak
Sastrawan Sulsel:
Penyair
Sebagai Pahlawan Hati Nurani
(Apresiasi
Nilai “Sipakatau” dalam Puisi-puisi Andi Baso Amir)
Oleh:
Mahrus Andis
(Sastrawan, Budayawan)
Nama Andi Baso Amir,
biasa disapa ABA, tidak banyak orang mengenalnya sebagai penyair Sulsel yang
pernah membungai dunia sastra di tahun 1950-1960-an. Dia lebih dikenal sebagai
pemikir budaya dan mantan Bupati Bone di tahun 1967-1969.
Kehadiran ABA di kancah
kesenian, diawali dengan perannya sebagai panitia Festival Drama se Sulsel
tahun 1955 di Makassar.
Andi Baso Amir mulai aktif menulis puisi sejak tahun
1940-an. Puisinya dimuat di beberapa surat kabar, terutama Mingguan lokal yang
dipimpinnya.
Di era 1960, banyak koran
yang terbit di Makassar dan memuat karya-karya para sastrawan dari berbagai
daerah di Sulsel. Kekuatan sastra dahulu berkat kerja samanya dengan pemilik
koran.
Media Mingguan seperti: Marhaen,
Indonesia Pos, Bina Baru, Bawakaraeng, Makassar Times, Duta Masyarakat, dan
lainnya, menyediakan halaman untuk puisi, cerpen, atau cerita bersambung pada
rubrik budayanya.
Karya-karya puisi yang
ditulis oleh Andi Baso Amir, banyak menghiasi halaman seni-budaya koran
tersebut. Ada pula beberapa puisinya yang telah terbit menjadi buku. Dan dari
buku inilah, tiga puisinya saya petik untuk sampel pembicaraan.
Filosofi
“Reso Temmangingngi”
Mengamati gaya bahasa
puisi ABA, kita bisa mencatat bahwa penyair ini memiliki kompetensi puitik yang
kuat. Struktur bentuk dan isi puisinya pun terpelihara dengan rapi. Tema-tema
yang disodorkan cukup bervariasi. Kemanusiaan, kebangsaan dan ketuhanan adalah
tematik yang menguasai beberapa puisinya.
Meskipun ada kesan bahwa
pola persajakannya masih terpengaruh oleh gaya pengungkapan sastra lama, namun
hal itu tidaklah menghilangkan karakter khusus puisinya. ABA tetap konsisten
pada kejujuran ide dan keberanian melawan segala bentuk kemungkaran yang dia
hadapi.
Tiga puisi dari bukunya
itu saya apresiasi dari dimensi moral sebagai bahan renungan bersama. Ketiga puisi
dimaksud merepresentasikan gejolak pemberontakan jiwa penyair melawan kepalsuan
hidup. Perlawanan hati nurani terhadap perilaku kepalsuan, dapat kita baca pada
bait puisinya yang berjudul “Arus Bergolak” berikut ini:
ARUS
BERGOLAK
Telah lama aku menderita
Telah lama aku merasa
Cobaan hidup sepanjang
masa
Pengaruh harta setiap
kala
Telingaku sudah pekak
tuli
Mendengar rayuan kata
Mendengar hiburan janji
Janji yang muluk hampa
Aku kerap diajak ke sana
Bercengkerama di taman
palsu
Tetapi jiwaku tetap menolak
Khawatir tertipu kelak
Ya, betul badanku rapuh
lemah
Karena menderita nasib sengsara
Jiwaku malahan makin kuat
Menempuh arus gelombang
hidup
Hukum hidup harus
menderita
Gelagat hidup di alam
maya
Guna bahagia di masa
depan
Masa gemilang insan
sejagat.
Makassar, 1949
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 07 Agustus 2022
Surah
Al-Baqarah, Ayat 20:
Hampir-hampir
Kilat Menyambar Penglihatan Mereka
Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS 2 / Al-Baqarah,
ayat 20)
-----
Tafsir Al-Muyassar /
Kementerian Agama Saudi Arabia:
Begitu dekatnya dari
dahsyatnya cahaya kilat menyambar pandangan mereka, walaupun demikian
setiap kali cahaya menerangi mereka, maka mereka berjalan pada cahaya
itu, dan jika cahayanya menghilang maka jalan pun menjadi gelap bagi
mereka sehingga mereka menghentikan langkah di tempat mereka . dan seandainya
bukan karena Allah menunda siksa bagi mereka pastilah Allah akan mencabut pendengaran
dan penglihatan mereka. Dan Allah Maha Kuasa atas hal tersebut di setiap waktu
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
-----
Tafsir Al-Mukhtashar /
Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin
Humaid (Imam Masjidil Haram)
20. Kilat itu nyaris
membutakan mata mereka karena kuatnya kilauan dan cahayanya. Setiap kali kilat
itu muncul dan bersinar mereka bergerak maju. Jika kilat itu tidak menunjukkan
sinarnya mereka bertahan di tengah kegelapan dan tidak bisa bergerak. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka dengan kekuasaan-Nya yang mencakup segala sesuatu, sehingga mereka tidak
bisa lagi mendengar dan melihat, karena mereka telah berpaling dari kebenaran.
Hujan itu adalah perumpamaan bagi Al-Qur`ān, suara petir itu adalah perumpamaan
bagi larangan-larangan yang ada di dalamnya, dan sinar kilat itu adalah
perumpamaan bagi kebenaran yang kadang-kadang muncul untuk mereka, sedangkan
menutup telinga karena kerasnya suara petir adalah perumpamaan bagi sikap
mereka yang berpaling dari kebenaran dan keengganan mereka menerimanya. Titik
kesamaan antara orang-orang munafik dan orang-orang yang ada di dalam dua
perumpamaan tersebut ialah tidak bisa mengambil manfaat yang ada. Dalam perumpamaan
dengan api, orang yang menyalakan api itu tidak mendapatkan manfaat apapun
selain kegelapan dan sisa-sisa pembakaran. Sedangkan dalam perumpamaan air,
orang-orang yang ditimpa air hujan itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa selain
petir dan kilat yang membuat mereka ketakutan. Begitu juga dengan orang-orang
munafik, mereka tidak melihat apapun di dalam Islam selain kekerasan.
-----
Tafsir Al-Madinah
Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
20. Kilat itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan mereka karena kilauan cahayanya yang sangat kuat, sehingga merekapun dalam keadaan bahaya meski saat mendapat cahaya, walaupun cahaya itu sedikit membantu mereka untuk berjalan; namun jika cahaya itu telah hilang maka mereka kembali berhenti dan kebingungan.
Kalaulah Allah
berkehendak niscaya Dia akan mengambil pendengaran mereka dengan suara petir
yang menggelegar dan mengambil penglihatan mereka dengan cahaya kilat yang
menyilaukan. Kemudian Allah menyebutkan alasan hal itu dengan firman-Nya:
(إن الله على كل شيء قدير)
Yakni, Dzat yang memiliki
segala sifat kesempurnaan yang mampu melakukan itu dan melakukan segalanya.
Referensi : https://www.tafsirweb.com/255-surat-al-baqarah-ayat-20.html
-----
Ayat sebelumnya:
-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 07 Agustus 2022
Datu
Museng dan Maipa Deapati (44-habis):
Tumalompoa
Akui Datu Museng dan Maipa Deapati Manusia Istimewa
Oleh:
Verdy R. Baso
(Mantan Wartawan Harian Pedoman Rakyat)
Diperhatikannya tajam-tajam keseluruhan bentuk tubuh
Maipa yang benar-benar istimewa. Sorot matanya menjalar mulai dari wajahnya
yang bundar menelur, ke pipi montok halus, terus ke hidung mancung indah.
Alis laksana bulan menyabit, bulumata panjang
melentik. Bibir bak limau seulas. Dagu laksana lebah bergantung. Leher
berjenjang, dibalut kain merah. Tubuh padat berisi dalam pakaian baju bodo
merah jambu.
Ia benar-benar terpesona menyaksikan pemandangan yang
indah, molek tiada terkira. Dia beruntung, karena mendapatkan Maipa yang sedang
tidur, hingga sempat memandang sepuas-puas hati. Bukankah jika sudah berada
dalam tangan Tuan Tumalompoa, ia tak mungkin lagi melihat bidadari menjelma ini
walau sesaat?
Entah berapa lama sudah ia tegak mematung memandangi
perempuan itu ketika ia tiba-tiba sadar akan tugas yang dibebankan kepadanya
oleh penguasa daratan Makassar itu. Sebenarnya ia belum puas berdiri di depan
wanita itu. Tapi ia takut pada Tumalompoa yang kini tentu telah gelisah
menunggu kedatangannya membawa perempuan ini.
Dengan dada berdebar-debar, ia melangkah maju
perlahan-lahan mendekati Maipa. Di sana, ia kembali termenung, merenungi wajah
indah dan masyhur, yang menjadi buah bibir ke mana-mana itu. Beberapa saat
lamanya ia kembali mematung kagum, tak tahu apa yang hendak dibuatnya.
Ah, semakin dekat semakin cantik juga, gumamnya di
dalam hati. Karena tak tahan lagi hatinya, ia pun berbisik.
“Wahai puteri Maipa Deapati..., bangunlah, ratu. Sudah
lama beta di sini, disuruh I Tuan Tumalompoa yang berkuasa di dunia, yang dapat
menghitam-putihkan keadaan di Makassar. Usungan yang bertatahkan intan baiduri
telah tersedia. Sesuai benar dengan kemolekan tuan puteri. Aduhai ratu,
senyumlah, bicaralah pada beta biar hanya sepatah kata, agar kukecap juga suara
lembut yang lewat dari bibir tipis limau seulas, kusaksikan juga gigi
putih-gading yang rata laksana delima merekah.”
“Puteri juita, tengoklah kemari, biar hanya separuh
pandang, setengah lirikan saja. Wahai tuan puteri Maipa, bayangan dewi
kayangan, bukalah matamu dan lihatlah kemari, biar hanya sekejap, agar bahagia
hati ini dan puas menghambakan diri pada tuan puteri. Pantas dan patut benar
karaeng Datu Museng menyabung nyawa dan berani menghadang maut, mengamuk
membabi buta, karena kecantikan rupa dan kemolekan
tubuhmu ini. Ya, lelaki siapa yang tak bersedia mati untukmu, wahai ratu
kecantikan.”
Ketika Maipa Deapati ternyata tidak juga bergerak,
berlututlah Tuan Jurubahasa di depan kaki sang puteri. Sambil menengadah dalam
sikap memuja, ia kemudian berkata lembut: “Tuan puteri, bangunlah. Sudah lama
Tumalompoa, Sri paduka yang dipertuan di Makassar menanti. Hangus jantung dan
perasaannya nanti, dibakar api cinta, karena terlalu lama menunggu tuan
puteri...!”
Maipa Deapati ternyata tetap membisu, diam tiada
mendengar bisikan I Tuan Jurubahasa. Sebenarnya, kendati ia berteriak sekeras
guruh membahana, guntur menggeledeg, tak akan mampu membangunkan sang puteri
kemayu. Karena tak ada telinga yang hendak mendengar, tak ada hati yang ingin
dirayu lagi.
Akhirnya I Tuan Jurubahasa merasa jemu membujuk
merayu, mengharap dikabulkan pintanya, diterima rayuannya. Ia laksana sedang
menyembah berhala, dimana tak akan pernah ada jawaban.
Karena tak tahan hatinya lagi, didorong rasa takut dan
cemas akan mendapat amarah dari Tumalompoa, diputuskannya dalam hati untuk
membawa sang puteri dalam keadaan demikian. Diusung semasih dalam lena. Rasanya
akan lebih mudah memboyongnya, daripada dalam keadaan terjaga.
Setelah putus kata hatinya, ia berdiri perlahan-lahan
mendekati sang puteri. Dengan mengerahkan segala kekuatannya, diangkatnya tubuh
Maipa Deapati di atas kedua lengannya yang kokoh untuk dibawa ke usungan yang
sudah tersedia di bawah dekat tangga.
Tetapi sebagai manusia biasa, ia tak tahan untuk
melihat pula leher jenjang Maipa yang dikabarkan sangat indah itu. Maka selagi
tubuh sang puteri di dalam bopongannya, salah satu tangannya secara usil
membuka setangan merah yang melilit tebal di leher itu.
Ketika kain terlepas, menyemburlah darah kental
menerpa wajah I Tuan Jurubahasa. Wakil Tumalompoa ini amat terkejut laksana
disambar petir. Wajahnya pucat-pasi dan seperti ada sesuatu yang tiba-tiba
memukul jantungnya keras sekali. Tulang-tulangnya laksana lepas dari
persendian, badannya lemas tak kuat menahan rasa ngeri dan takut yang muncul
mendadak, dan ia pun jatuh berdebam ke lantai.
Ia jatuh bukan karena pingsan tak sadarkan diri,
tetapi jatuh untuk dijembah maut. Jantungnya ternyata tak berdenyut lagi.
Darahnya yang tadi bergejolak penuh gairah, kini berhenti beredar. Dan tubuhnya yang menjadi mayat itu,
tiarap di atas permadani, dihimpit tubuh Maipa Deapati.
* * *
Karena lama menunggu, para pengiring mulai kesal di
anak tangga. Dan setelah yang dipertuan mereka tak muncul-muncul juga, mereka
mulai curiga. Jangan-jangan I Tuan Jurubahasa mendapat kesulitan. Siapa tahu di
atas rumah masih ada joa yang mengawal puteri Maipa Deapati, dan...
Ah, kepala pengawal tak tahan menerka-nerka lebih
lama. Bersama lima orang prajurit, ia bergegas naik ke rumah dan langsung ke
ruang tengah. Alangkah terkejutnya mereka, ketika menyaksikan tuannya tiarap di
atas permadani, dihimpit tubuh sang puteri.
Buru-buru diperiksanya kedua orang yang tergeletak di
lantai itu. Ternyata dua-duanya sudah meninggal. Tanpa sadar, kepala pengawal
berteriak minta tolong, dan seluruh pengawal dan pemikul usungan menghambur ke
atas rumah dengan keris terhunus. Pikir mereka, tentu musuh telah mencelakai
yang dipertuan dan pengawal yang naik belakangan.
Mereka berdesak-desakan hendak dahulu mendahului.
Ketika tiba di ruang tengah, mereka menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan
tak masuk akal. Segenap ruangan segera digeledah, tapi tak seorang pun musuh
yang mereka jumpai.
Mereka kemudian kembali pada kedua mayat itu dan sama
mematung memikirkan kejadian yang jauh dari sangka dan kira-kiranya. Tak
seorang pun dari mereka yang mengerti apa yang sesungguhnya terjadi.
Akhirnya, salah seorang dari mereka memberi perintah
supaya mayat I Tuan Jurubahasa diangkat ke bawah, dinaikkan ke usungan dan
diantar kembali menghadap I Tuan Tumalompoa.
Demikianlah terjadi, usungan yang sedianya membawa
puteri Maipa Deapati, kini dibawa kembali dengan mengangkut mayat Jurubahasa.
Dan apa reaksi Tumalompoa ketika menyaksikan mayat Jurubahasa di atas usungan
indah permai itu?
Matanya membelalak, mulutnya menganga. Ia sangat
heran, tapi tak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun. Hatinya hancur total,
semangatnya terpukul hebat. Tak disangkanya, korban yang demikian banyak jatuh,
hanya berakhir sia-sia dan demikian menyedihkan.
Sejak kejadian itu, Tumalompoa terus diamuk gundah-gulana.
Hatinya risau berkepanjangan dan selalu murung termenung. Ia rasanya tak rela
mengerti tentang malapetaka itu. Mengapa kekuasaannya yang demikian besar dan
selama ini senantiasa berhasil mencapai tujannya, kini menderita kegagalan
secara amat hina.
Dan ketika berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ia
terus didera masygul dan rasa bersalah itu, ia akhirnya tiba pada satu
kesimpulan. Datu Museng dan Maipa Deapati, adalah dua anak manusia yang amat
istimewa, tak ada taranya di seantero jagat. Mereka telah dirajut oleh paduan
jiwa yang satu dan hakiki, yang tak mungkin dipisah. Dan kisah cinta-kasih yang
suci dan agung ini telah dilukis sejarah.
---000O000---
Keterangan:
-
I Tuan Tumalompoa adalah penjajah Belandaa
yang diberi kekuasaan penuh di Makassar
Kisah sebelumnya:
-----
Ahad, 07 Agustus 2022
Prodi
Komunikasi Fisip Unhas Gelar Pelatihan Penulisan Ilmiah Internasional
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Departemen Ilmu Komunikasi Universitas
Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan pelatihan publikasi internasional
bereputasi, di Hotel Grand Tulip, Makassar, Sabtu, 06 Agustus 2022.
Kegiatan itu merupakan
upaya peningkatan kualitas dan kapasitas individu dosen Departemen Ilmu Komunikasi untuk mendukung
komitmen Unhas sebagai World Class University.
“Publikasi internasional
sangat penting untuk dilakukan oleh dosen untuk meningkatkan sitasi dan
meningkatkan reputasi universitas. Selain itu, juga sebagai penunjang kinerja
dosen,” kata Dekan FISIP Unhas Dr Phil. Sukri PhD.
Ditambahkan, sivitas
akademika Departemen Ilmu Komunikasi Unhas merupakan sumber daya yang juga
dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dari peneliti biasa karena
kapasitasnya yang lebih intens berinteraksi dengan ilmu pengetahuan.
Menurutnya, dosen harus
mampu mengaktualisasikan kompetensinya bukan sekedar kegiatan penelitian,
tetapi mampu untuk menulis hasil penelitian tersebut dalam media publikasi yang
terindex scopus.
“Diseminasi hasil
penelitian tidak dapat dipisahkan dari kegiatan penelitian secara keseluruhan.
Diseminasi dapat digunakan sebagai indikator kualitas penelitian melalui
publikasi secara berkala dan bermutu,” lanjutnya.
Kunto Adi Wibowo, Dosen
Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (Unpad) selaku pemateri memberikan
beberapa tips dan trik untuk dapat menembus publikasi pada jurnal internasional
bereputasi. Dosen yang salah satu fokus penelitiannya mengenai hoax dan
missinformasi ini juga memberikan informasi mengenai etika dalam melakukan
publikasi.
“Melakukan publikasi itu
membutuhkan komitmen yang kuat dan jangan mudah putus asa,” pesan Kunto.
Dalam pelatihan tersebut,
segenap dosen Ilmu Komunikasi Unhas juga dibekali informasi terbaru prihal
sinkronisasi Sinta Ver 3.0 untuk kepentingan penelitian, pengabdian dan pangkat
dosen.
Andi Dirpan dari PMC LP2M
Unhas selaku pemateri pada sesi ini juga turut membahas kebijakan pemerintah
terbaru terkait publikasi bagi tenaga pendidik.
“Yang terbaru dari Sinta
Ver 3.0 ini, kita sekarang bisa melakukan update dan sinkronisasi secara
mandiri,” jelas Andi.
Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi Unhas, Sudirman Karnay, berharap agar pelatihan yang telah dilakukan
dapat menjadi bekal bagi para dosen untuk menulis artikel ilmiah di jurnal
internasional, khususnya bagi dosen/peneliti muda. Sehingga dapat meningkatkan
jumlah publikasi Internasional pada Jurnal terindeks Scopus (atau setara) dan
mempunyai impact faktor cukup tinggi.
“Harapannya, pelatihan
serupa bisa kita gelar secara rutin sebagai wujud komitmen untuk terus
meningkatkan kuantitas dan kualitas publikasi dosen dan mahasiswa Ilmu
Komunikasi Unhas,” jelas Sudirman. (zh)
----
Sabtu, 06 Agustus 2022
Wabup
Selayar Melintas di Malam Buta ke Bira Bulukumba dan Langsung ke Makassar
SELAYAR,
(PEDOMAN KARYA). Wakil Bupati Kepulauan Selayar, Saiful
Arif melintas di malam Buta, Jum'at, 05 Agustus 2022, sekitar pukul 23.48 Wita, dengan menumpang speedboat dari
Labuang Nipayya Selayar ke Bira Bulukumba.
Mantan Ketua Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Selayar berangkat tengah melam karena ingin menghadiri
acara Pelepasan Kontingen Kwarda Pramuka Sulawesi Selatan, Sabtu pagi, 06
Agustus 2022, pukul 09.00 Wita, di lapangan upacara Rujab Gubernur Sulawesi
Selatan.
Kontingen Kwarda Pramuka
Sulawesi Selatan dijadwalkan dilepas langsung Gubernur Sulawesi Selatan, Andi
Sudirman Sulaiman, selaku Ketua Majelis Pembimbing Daerah (Mabida). Acara
pelepasan Kontingen dirangkaikan dengan Peringatan Hari Pramuka ke-61, yang
dimajukan dengan pertimbangan penghematan.
Wabup Saiful Arif, memang
diamanahi sebagai Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Kepulauan Selayar sejak puluhan
tahun lalu. Karena itulah, Saiful Arif pula yang memberikan arahan sekaligus
melepas kontingen Pramuka Selayar, Jum'at pagi, 05 Agustus 2022, di Pendopo
Rujab Lama Bupati Selayar.
Sedianya, Wabup akan
berangkat ke Makassar untuk acara pelepasan kontingen Pramuka Sulawesi Selatan
pada penyeberangan Trip kedua ke Bulukumba, namun, Sekda Mesdiono melaporkan
bahwa ada Rapat Paripurna DPRD Selayar, Jum'at malam (05 Agustus 2022) pukul 20.00
Wita.
Rapat Paripurna harus
dihadiri Bupati atau Wabup, sekaligus memberikan sambutan (Kata Akhir), namun Bupati
Selayar Basli Ali, sedang di luar daerah, maka demi menghormati Ketua dan Anggota
DPRD, serta menghargai Rapat Paripurna tersebut, maka Wabup menunda
keberangkatannya. Dan setelah menghadiri Rapat Paripurna tersebut, barulah ia menyeberang
laut dari Selayar ke Bulukumba di malam buta.
Wabup bisa tiba di tempat
acara sebelum dimulai, karena speed boat berukuran kecil sekitar 120 x 240
meter yang dinakhodai Umar berjalan cepat, star jam 23.48 dr Labuang Nipayya
Selayar dan sudah tiba di Pasir Putih Bira Bulukumba pukul 01.28, hanya sekitar
40 menit.
Mobil Fortuner yang
dikendalikan Sopir Ippan dari Bulukumba menuju Makassar, juga berjalan laju di
tengah sepi dan tiba di Mallengkeri Makasar, pukul Sabtu dinihari, pukul 03.00.
Dengan demikian, waktu tempuh dari Bulukumba ke Makassar hanya sekitar 152
menit atau 2 jam dan 32 menit.
“Saya bahkan masih sempat istirahat sejenak, sebelum memimpin shalat subuh di mushallah dekat rumah di Mallengkeri,” tutur Saiful Arif. (win)
Kategori
- Al-Qur'an dan Terjemahan (28)
- Aneka (3830)
- Artikel (642)
- Artikel Ilmiah (81)
- Bahasa (60)
- Buku (319)
- Cerpen - Dongeng - Fiksi - Novel (3)
- Daerah (1173)
- Dunia Kampus (1155)
- Dunia Sekolah (312)
- Editorial (4)
- Ekonomi - Bisnis - Keuangan (111)
- Esai Foto (107)
- Feature (2)
- Galeri Foto (77)
- Hankam - Kamtibmas (43)
- Hukum dan Kriminal (79)
- Humor (3)
- Iklan (2)
- Internasional (61)
- Iptek (2)
- Kalam (99)
- Kehutanan (4)
- Kelautan dan Perikanan (19)
- Kemanusiaan (38)
- Kesehatan (131)
- Kisah (207)
- Kolom Jurnalistik (25)
- Kuliner (5)
- Kultum (11)
- Lanskap (6)
- Lingkungan Hidup (56)
- Liputan Khusus (34)
- Liputan Utama (1076)
- Media Massa - Jurnalistik - Kewartawanan (34)
- Nasional (21)
- Obrolan Daeng Tompo - Daeng Nappa (406)
- Olahraga (194)
- Opini (1812)
- Pariwisata (66)
- Pedoman Karya (2)
- Pemuda (12)
- Perempuan & Keluarga (126)
- perindustrian dan perdagangan (10)
- Pertanian - Perkebunan - Kehutanan (7)
- Pertanian - Perkebunan - Kehutanan - Peternakan (27)
- Politik - Pemerintahan (503)
- Puisi (79)
- Regional Sulawesi dan KTI (97)
- Relung-relung Kehidupan (12)
- Sejarah (156)
- Seni - Budaya (946)
- Siapa - Mengapa (43)
- Sosial - Keagamaan - Kemasyarakatan (155)
- Sosok (526)
- Sosok - Tokoh (56)
- Spot News (17)
- Sulawesi Selatan (929)
- Surat Pembaca (104)
Entri Populer
-
Wahai oran g -orang yang b er i m an, t aa til ah Al l ah dan t aa til ah Rasu l ( N ya), dan u li l a m ri dari go l ongan ka m u....
-
Dari ’Aisyah Radhiyallahu ’anha, beliau berkata, “Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallal...
-
KKN MAS. Sekda Takalar Muhammad Hasbi foto bersama Ketua Panitia Pusat KKN Mas, Dr Soewarno, Wakil Rektor I Unismuh Makassar, Dr Abdul Rak...
-
JURNAL BEREPUTASI INTERNASIONAL. Para pemateri dan peserta foto bersama pada Pelatihan Publikasi Internasional Bereputasi, yang diadakan ...
-
Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (QS 2 / Al-Baqarah, ayat 18) ---- PEDOMAN KARYA Ka...
-
Datu Museng terkepung di tempat terbuka. Ia terpaksa berkelahi laksana kerbau mengamuk. Mereka mengerubuti Datu Museng seperti kawanan semu...
-
CERITA PANJANG. Dari kiri ke kanan Anwar Nasyaruddin, Dr Suradi Yasil, Mahrus Andis, Asnawin Aminuddin, Ishakim Art, dan Muhammad Amir Jaya,...
-
SOSIALISASI MABA. Wakil Rektor II Unpacti Makassar, Nurafny Syahnyb (berdiri di belakang bangku, kedua dari kiri), Dekan Fisipol, Qamal (...
-
ISTANA JONGAYA. Ahad malam, 31 Juli 2022, saya menghadiri acara budaya bertajuk “Sipakatau” di Istana Jongayya. Makassar. Prof A Halilintar ...
-
Pimpinan penyerangan kemudian mencari siasat. Dipaksanya Datu Museng menuju Pantai Losari, dengan jalan mengumpankan beberapa serdadu yang k...
Komentar Pembaca