B.J. Habibie dan Misteri Diksi “Mamonisme”Karya Maman A. Majid Binfas

 

Makhluk apa sih “mamonisme” itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kelima (terbaru) belum memasukan kata tersebut di dalam entrinya. Pun dengan beberapa kamus standar bahasa Indonesia yang lain, seperti Kamus Umum Badudu-Zain dan Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, juga tidak dijumpai kata “mamonisme.”




--------

PEDOMAN KARYA

Kamis, 07 Januari 2021

 

OPINI

 

 

B.J. Habibie dan Misteri Diksi “Mamonisme”Karya Maman A. Majid Binfas

 

 

Oleh: Hasmawati

(Dosen  Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Makassar)

 

Secara umum, mungkin tidak banyak orang yang “telaten” menuliskan suatu lanskap perjalanan dirinya  dalam  bergulat dengan peristiwa yang dialami, dilihat, maupun didengar.

Menurut Prof Abdul Rahman Ghani (2020) bahwa menulis tentang Metodologi Penelitian, tentang Ilmu Ekonomi, Sosiologi, dan lain-lain, terkadang sebagian ditulis dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah pada umumnya, sehingga dapat menjadi suatu konsep ilmiah yang akademik.

Sebagian lagi mungkin menulis dalam bentuk karya ilmiah populer dengan bahasa dan pengungkapan yang lebih mudah dicerna, baik dengan memberi ilustrasi riil maupun memberi nuansa dengan bahasa-bahasa yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Prof Abdul Rahman Ghani, di sini letaknya, jika kita membaca buku “Mamonisme; Doridungga hingga BJ. Habibie dalam Diksi Bermada Cinta” ini, tampaknya memang ada sentuhan tersendiri.

Buku ini pada dasarnya buku jejak perjalanan penulis, tepatnya pergulatan pemikiran penulis, dalam merespon berbagai fenomena yang ada di sekitarnya.

Ada di antaranya, tulisan mulai dari Doridungga hingga “Doridungga” dan juga sekelumit tulisan tentang BJ. Habibie, yang fenomenal tentang pencantuman nama BJ. Habibie (hlm. 663).

Walaupun, tidak terlalu rigit diuraikan mengenai jejak BJ. Habibie tetapi berkesan menggelitik mengenai tulisan yang menumpang ketenaran BJ.Habibie. Efek ini, tentu perlu disampaikan karena masih ada orang yang terlalu berani melakukan “plagiarisme” yang dikategorikan sebagai Imposter Contens atau konten meragukan keaslian di dalam kefenomenalan tulisan. 

Pada esai yang ditulis Dr MH Zaelani, (2020), sebagai penulis terbaik tingkat nasional dan peraih Agung Sedayu Award I. Dalam pendahuluan tulisannya, ia memulai dengan pernyataan menggelitik, dan saya kutip tanpa mengubah dimensi bahasanya, yakni sebagai berikut: “... Maman A. Majid Binfas (selanjutnya saya sebut Kang Maman) menamai buku terbarunya Mamonisme atau lengkapnya Mamonisme: Doridungga Hingga B.J. Habibie dalam Diksi Bernada Cinta (Jakarta, UHAMKA Press, November 2020)”.

Makhluk apa sih “mamonisme” itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kelima (terbaru) belum memasukan kata tersebut di dalam entrinya. Pun dengan beberapa kamus standar bahasa Indonesia yang lain, seperti Kamus Umum Badudu-Zain dan Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, juga tidak dijumpai kata “mamonisme.”

Penelusuran lebih jauh di kamus-kamus rumpun bahasa Melayu, misalnya di Kamus  Bahasa Melayu Nusantara Edisi Kedua yang dikeluarkan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam (2011) juga nihil kata “mamonisme.” 

Kata “mamanisme” adalah pilihan diksi boleh dibilang temuan kajian baru menjadi sebuah misteri monumental.

Lebih lanjut Dr. Zaelani menguraikan bahwa “Mamonisme” Kang Maman, kiranya kehadiran buku ini telah menggambarkan spirit literasi penulisnya. Sebuah kerja peradaban bukan saja untuk hari ini, tetapi masa depan.

Ketebalan buku ini (mencapai lebih 800 halaman) tentu saja, tanpa melihat isi sekalipun, sudah menunjukkan betapa besar energi literasi sang penulis.

Namun, ibarat makanan gado-gado, campuran berbagai rasa: ada manis, asam, pedas, bahkan mungkin kadang sedikit pahit dan getir. Tak ada rasa yang tunggal (baca; dominan).

Bentuk  (genre)-nya pun beraneka ragam, ada prosa, ada puisi, kadang mirip-mirip berita jurnalistik, catatan harian (di akun media sosial), kisah berhikmah, bahkan proposal senimar. 

Jangan berharap Anda mendapat keutuhan wacana, ibarat kolase, semua serba serpihan-serpihan. Sebuah pendekatan yang barangkali benar-benar bersifat “multidisipliner.”

Sifat multidimensi karya Maman A. Majid Binfas, menurut Dr. Andi Sukri Syamsuri menjadikan Buku Mamonisme luar biasa. Menjadi luar biasa dan indah ini telah ditorehkan dalam sejarah peradaban literasi dan perbukuan oleh Maman A Majid Binfas PhD sebagai kajian keilmuan yang bersifat multidisipliner melahirkan berbagai ragam topik yang tertuang dalam 13 Bab dengan berbagai dimensi kehidupan.

Penulis memiliki kemahiran luar biasa dalam memilih diksi  yang tentu hanya dimungkinkan oleh individu yang memiliki penguasaan vocabulari cukup luas. Menjadi oase transkreasi kreasi seni dalam menulis yang menarik dan cair.

Bahkan Terra Nullius (30 Desember, 2020) mengomentari bahasan Geoff Fox (2020) tentang karya Maman A. Majid Binfas, dengan kalimat cukup menarik, yakni, “This is a transcreation from the Indonesian language poem “Kebebasan”. Poet Maman A Majd Binfas sees how freedom and the discipline of conscience are essential to living well. The nanny states of The West take this away from people."

Kemudian, seorang Maestro budayawan ternama dan legendaris Taufiq Ismail (2018) menilai bahwa karya saudara Maman AM Binfas “... sangat menarik dan memiliki khasanah tersendiri yang; “ ..artistik penyair dan dosen Maman A. Majid Binfas berfrekuensi tinggi: baik dalam menulis dan menyampaikan makalah maupun artikel keilmuan yang multi dimensi…” (hal, 605).

Mungkin begitu pula tulisan-tulisan yang ada di dalam buku ini juga beragam. Namun, atas kelihaian penulis yang artistik sehingga bisa menjadi satu tautan; seakan goresan-goresan tercecer tersebut _berkait satu sama yang lain. Walau berbeda topik, setting  tahunnya (Pengantar Pembaca Ahli dan editor (hal, VI-VII).

Untuk itu, tak pelak lagi manakala hari ini, kita akan mengupas buku ‘Mamonisme’ menjadi karyanya ke taraf internasional bersifat multidispliner oleh para pakar di bidangnya masing-masing, baik berasal di dalam negeri dan luar negeri.

Berdasarkan konteks tersebut di atas, maka Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Uhamka berkerjasama dengan Uhamka Press melaksanakan Seminar Internasional dan Bedah Buku Mamonisme Karya Maman A. Majid Binfas (Dosen Sekolah Pascasarjana).

Seminar ini bertema “Kreativitas Berkarya Multidisipliner dan Berkarakter Pendidikan yang Berkemajuan”.  Tema ini tetap ber_ikon pada buku Mamonisme sebagai bahasanya, dengan menampilkan beberapa pakar dibidangnya masing-masing.

Mereka adalah Prof. Dr. Abd. Rahman A. Ghani (UHAMKA), Ms. Geoff Fox (Budayawan dari Australia), Dr. Andi Sukri Syamsoerie (Unismuh Makassar), Dr. Mohamad Zaelani (Jusnalis, Dosen), Dr. Mustafa Ahmad (Malsysia), Erwin Akib PhD (Unismuh Makassar).

Dr. Haidir Fitra Siagian (UIN Alauddin Makassar), Dr. H. Ernawati (PEP Uhamka), Drs. Syafrizal PhD (UMSU), Dr. Abu Bakar (UM Kendari), Arham Selo PhD (UIN Alauddin, penulis artikel sekaligus menjadi moderator).

Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 9 Januari 2021, dengan peserta dari berbagai komponen. Seminar Internasional dan bedah buku ini, diharapkan sebagai syiar yang menggembirakan dan mencerahkan nilai pendidikan berkarakter multidisoliner di dalam melaju ke taraf global. Dan Akhirnya, diksi Mamonisme tidak menjadi sebuah kata misteri, tetapi menjadi temuan monumental.

Selamat membaca dan mengikuti seminar internasional dan membedah buku mamonisme. Semoga dicerahkan untuk menambah wawasan baru yang multidisiplin secara global.***


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama