Literasi Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Selatan

 

“Jika kamu ingin anakmu cerdas, bacakanlah dongeng. Jika kamu ingin anakmu lebih cerdas, bacakanlah lebih banyak kisah dongeng,” begitu pesan Albert Einstein, fisikawan penemu teori relativitas dengan IQ sekira 160.(Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)


 

 

 

-------

PEDOMAN KARYA

Senin, 22 Maret 2021

 

 

Literasi Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Selatan

 

-           Menyambut “Hari Dongeng se-Dunia, 20 Maret 2021

 

 

Oleh Heri Rusmana

(Pustakawan Madya DPK Sulawesi Selatan)

 

“Jika kamu ingin anakmu cerdas, bacakanlah dongeng. Jika kamu ingin anakmu lebih cerdas, bacakanlah lebih banyak kisah dongeng,” begitu pesan Albert Einstein, fisikawan penemu teori relativitas dengan IQ sekira 160.

Peraih Nobel Fisika tahun 1921 itu tak berlebihan mengingat tradisi mendongeng dalam bentuk cerita rakyat, dikenal di seluruh dunia, tak terkecuali kita di Sulawesi Selatan. Manfaat dan pentingnya dongeng bagi anak-anak itulah, sehingga tanggal 20 Maret diperingati sebagai “Hari Dongeng Sedunia” (World Storytelling Day).

Banyak dongeng atau cerita rakyat (folktale) yang tersebar di Tanah Air. Cerita rakyat tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal, juga mencerminkan sikap dan perilaku masyarakatnya.

Cerita-cerita rakyat tersebut biasanya berkisah tentang peristiwa atau kejadian, tentang asal mula suatu tempat, serta tokoh yang punya muatan pesan moral yang kuat. Kebanyakan cerita rakyat hanya dituturkan sebagai tradisi lisan, namun ada juga yang tertulis.

Demi menjaga pewarisan nilai-nilainya kepada generasi muda, terutama anak-anak, pendokumentasian cerita rakyat tersebut dilakukan dalam bentuk buku.

Ada banyak cerita rakyat Sulawesi Selatan yang sudah dibukukan, dan kerap didongengkan oleh para pendongeng. Misalnya, cerita rakyat Makassar (rupama) “I Tolok Daeng Magassing.”

Ada juga cerita rakyat Bugis, yang menghimpun 17 cerita rakyat, seperti “La Tungke”, “Assabarenna Panninnge Nagattunngi Alena”, dan “La Benngo.”

Sementara dalam buku sastra lisan Bugis terhimpun 34 cerita, seperti “La Padoma sibawa I Mangkawani”, “Sijellok To Mampu”, dan “La Pagala.”

Selanjutnya, cerita rakyat Mamasa, yang memuat 20 cerita rakyat, di antaranya “Toiyolona Puang Balabasi Anna Datu Bakka”, “Lando Beluek”, dan “Culadidi.”

Masih ada lagi, cerita rakyat daerah Wajo, misalnya “Buaya Sibawa Tedong”, “Nenek Pakande”, dan “Pulandok Sibawa Macang.”

Sementara, cerita rakyat Toraja, ada 45 di antaranya, “Bunga Alluq Sola Dolitau”, “Panggaloqgaloq”, dan “Tattiuq Sola Donga.”

Buku-buku itu merupakan terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1986. Selain itu, terdapat pula buku Kumpulan Cerita Fabel Sulawesi Selatan, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1999.

Buku khusus tentang cerita fabel Sulawesi Selatan tersebut berisi 27 cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia namun pelakunya diperankan oleh hewan atau binatang. Buku-buku tersebut, ada yang sudah termasuk buku klasik karena diterbitkan tahun 1970-an.

Ragam sastra cerita rakyat ini punya banyak fungsi, yakni sebagai alat hiburan, pengisi waktu senggang, serta penyalur perasaan bagi penutur dan pendengamya.

Selain itu, juga sebagai pencerminan sikap pandangan dan angan-angan kelompok, sebagai alat pendidikan bagi anak-anak, dan sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan, serta pemeliharaan norma masyarakat.

Dengan begitu, literasi cerita rakyat setidaknya dapat meningkatkan kesadaran budaya, sekaligus membangkitkan minat anggota masyarakat terhadap usaha pembinaan sastra daerah.

Juga untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan anggota masyarakat tentang arti dan makna simbolik yang terkandung dalam cerita rakyat.

Melalui kegiatan literasi, akan menjadi medium penyebarluasan cerita rakyat ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga proses transmisi dan pelestariannya tidak mengalami hambatan.

Kegiatan literasi juga berarti menyediakan dan memperbanyak bahan bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh setiap anggota masyarakat di perpustakaan.

 

Manfaat Mendongeng

 

Apabila cerita-cerita rakyat itu didongengkan maka akan banyak memberi manfaat bagi anak-anak dalam jangka panjang.

Pertama, meningkatkan minat baca. Mendongeng dapat meningkatkan minat baca anak karena kata demi kata yang didengar anak akan mudah diserap dan menjadi stimulus bagi anak untuk turut membaca buku.

Kedua, memancing nalar. Mendongeng dapat menambah kecerdasan dan memancing daya nalar anak. Anak-anak akan belajar tentang berbagai karakter, kebiasaan, watak dan sifat tokoh-tokoh yang terdapat dalam dongeng.

Ketiga, empati dan imajinasi. Melalui cerita dalam dongeng dapat menumbuhkan rasa empati, kreativitas, dan daya imajinasi anak.

Keempat, membangun ikatan dalam lingkungan rumah dan sekolah. Kegiatan mendongeng dapat mempererat keakraban antara orangtua atau guru dengan anak-anak. Hal ini karena ada interaksi antara si pendongeng dan anak yang dapat membangun komunikasi yang erat dengan anak.

Kelima, karakter dan nilai-nilai moral. Banyak dongeng yang mengandung nilai-nilai moral dan pembentukan karakter yang sangat positif untuk anak-anak.

Keenam, menambah wawasan. Di sini peran pendongeng sangat berpengaruh dalam menceritakan suatu persoalan dengan menambahkan beberapa hal yang terkait dengan yang diceritakan dalam upaya menambah wawasan anak.

Manfaat dongeng yang sedemikian besar membuat Perpustakaan Nasional RI, selalu menyelenggarakan event lomba mendongeng atau bercerita tingkat nasional.

Pada tingkat lokal, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan, serta Dinas Perpustakaan Kabupaten/Kota, juga selalu menggelar perlombaan serupa.

Proses penyaringan yang dilakukan secara berjenjang merupakan strategi menjaring peserta lebih banyak sekaligus pemasyarakatan kebiasaan mendongeng. Mendongeng ini merupakan cara mengedukasi anak-anak sejak dini, juga membangun gerakan literasi yang dimulai dari rumah, dalam hal ini orangtua.*

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama