Rasulullah Undang Makan dan Ajak Keluarganya Masuk Islam

Rasulullah ﷺ mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang.

“Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?”



------ 

PEDOMAN KARYA

Kamis, 28 Oktober 2021

 

Kisah Nabi Muhammad SAW (29):

 

 

Rasulullah Undang Makan dan Ajak Keluarganya Masuk Islam

 

 

Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi

 

Kaum Muslimin Awal

 

Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang Quraisy, kaum Muslimin permulaan (Assaabiquunal Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-sembunyi. Jika hendak shalat mereka pergi ke celah-celah gunung di Mekah.

Keadaan ini berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun satu demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum Muslimin.

Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang, yaitu keteladan Rasulullah ﷺ, yang beliau contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang penuh bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti ditunaikan sebagaimana mestinya. Perlakuan Rasulullah ﷺ terhadap orang-orang yang lemah, yatim piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.

Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan Allah padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya. Beliau juga merenungkan betapa luar biasanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya.

Seluruh permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh  keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka dan tidak takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.

Kalau orang lain telah Rasulullah ﷺ dakwahi, bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya merupakan para pembesar Quraisy yang disegani?

Apa yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa Rasulullah ﷺ mengajak meninggalkan sesembahan berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek moyang mereka.

 

Jamuan Makan untuk Kerabat

 

Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺ dari pada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga tahun, turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau berdakwah kepada kerabatnya.

 

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

 

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (Surah Asy-Syu'ara': 26:214)

 

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

 

dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Surah Asy-Syu'ara': 26:215)

 

فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ

 

Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan; (Surah Asy-Syu'ara': 26:216)

 

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ

 

Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (Surah Asy-Syu'ara': 26:217)

 

Rasulullah ﷺ mengundang makan keluarga besar beliau. Mereka pun datang,

“Muhammad beri aku arak!” seru seorang paman beliau yang bernama Zubair.

Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah mereka makan, Rasulullah ﷺ berdiri dan berkata:

“Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau mendukungku?”

Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan bangkit hendak pulang. Namun mereka kembali terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih remaja bangkit seraya berseru lantang,

“Rasulullah, saya akan membantumu! Saya adalah lawan siapa saja yang engkau tentang!”

Rasulullah ﷺ menepuk bahu Ali sambil berkata kepada yang lain, “Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya. Ikuti dan patuhilah dia!”

Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata kepada Abu Thalib, “Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi anakmu sendiri.”

Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang pun di antara para undangan yang tertawa terbahak-bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan ditebas Ali memang bersungguh-sungguh dengan kata-katanya itu.

 

Walid bin Mughirah

 

Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang merupakan penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha menjelek-jelekkan Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat penyairnya.

 

Penduduk Mekah Tidak Hirau

 

Meski ajaran Rasulullah ﷺ meluas dengan cepat, penduduk Mekah masih berhati-hati dan tidak terlalu hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah ﷺ akan hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali menyembah kepercayaan nenek moyang mereka.

Mereka berpikir, akhirnya yang menang pasti Hubal, Latta, dan Uza. Mereka tidak sadar bahwa keimanan murni yang diajarkan Rasulullah ﷺ tidak dapat dikalahkan. (bersambung)


Kisah sebelumnya:

Abu Bakar dan Utsman bin Affan Masuk Islam 

Lama Tak Turun Wahyu, Rasulullah Kembali Menyendiri di Gua Hira

Malaikat Jibril Membacakan Surah Al-‘Alaq, Muhammad Diangkat Jadi Utusan Allah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama