Jadilah Kamu Kera yang Hina

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 65)


-----

PEDOMAN KARYA

Jumat, 16 Februari 2024

 

Surah Al-Baqarah, Ayat 65

 

Jadilah Kamu Kera yang Hina

 

wa laqad ‘alimtumullaziina’tadau mingkum fis-sabti fa qulnaa lahum kuunuu qiradatan khaasi-iin

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 65) 


------

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan sungguh kalian -wahai sekalian kaum Yahudi- telah mengetahui hukuman yang menimpa para pendahulu kalian dari penduduk negeri itu yang bermaksiat kepada Allah, berkaitan dengan janji yang telah Dia (Allah) ambil dari mereka untuk mengagungkan hari Sabtu, tetapi mereka membuat tipu muslihat untuk bisa menangkap ikan pada hari Sabtu dengan memasang jaring-jaring dan menggali kolam, kemudian menangkap ikan itu pada hari Ahad, sebagai tipu muslihat untuk melakukan perbuatan yang diharamkan. Maka setelah mereka melakukan itu, Allah mengubah bentuk mereka menjadi kera yang hina.

 

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Sungguh kalian telah mengetahui kejahatan para pendahulu kalian yang mereka lakukan di kota Eilat -yang terletak di utara Laut Merah semenanjung Aqabah-. Mereka melanggar perintah Allah ketika Dia melarang mereka menangkap ikan pada hari Sabtu, namun mereka melanggar perintah itu, sehingga Allah menghukum mereka di dunia dengan dikutuk menjadi kera yang hina. Dan kutukan ini merupakan kenyataan, bukan suatu majas.

 

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

Dan sungguh kalian benar-benar mengetahui dengan jelas berita tentang para pendahulu kalian. Mereka telah melanggar ketentuan Allah dengan berburu ikan pada hari Sabtu yang terlarang bagi mereka. Mereka membuat rekayasa atas larangan itu dengan cara memasang jala sebelum hari Sabtu dan berburu ikan pada hari Ahad. Maka Allah mengubah wujud mereka menjadi kera yang hina sebagai hukuman karena merekasaya ketentuan Allah.

 

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia

Ayat ini menjelaskan hikmah penyesuaian dosa dengan akibatnya. Dosa yang mereka lakukan sebenarnya hal yang terlihat biasa, tetapi hakikatnya tidak boleh. Adapun akibat yang mereka terima yaitu menjadi kera yang seakan-akan kera yang bersifat manusia, tetapi bukan demikian. Hal ini dikarenakan balasan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.

 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah

Wahai orang-orang Yahudi! Sungguh kalian telah mengetahui urusan leluhur kalian dan mereka adalah orang-orang Yahudi Eilat yang menentang perintah Allah. Mereka mencari ikan pada hari Sabat, yang mana (perbuatan itu) dilarang untuk dilakukan karena rentang waktu Ibadah sesuai syariat Musa AS pada hari itu relatif sedikit. Mereka licik dalam hal itu dengan mendirikan kolam-kolam pada hari Jum’at agar bisa meletakkan ikan-ikan di dalamnya sesuai fase pasang-surut air laut. Kemudian mereka berubah menjadi kera dan menjadi hina, remeh, dijauhi dan diasingkan.

 

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

Maksudnya, sungguh telah jelas bagi kalian sebuah kondisi, “Orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, ” dan mereka itulah yang disebutkan oleh Allah tentang kisah mereka secara terbuka dalam surat al-A’raf ayat 63.

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (QS. al-A’raf : 63)

Lalu dosa besar itu berkonsekuensi mendatangkan murka Allah atas mereka dan Allah menjadikan mereka, “kera yang hina’ dina dan tercela.

 

Tafsir Ibnu Katsir (Ringkas) / Fathul Karim Mukhtashar Tafsir al-Qur'an al-'Adzhim, karya Syaikh Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah

Allah SWT berfirman, “(Dan sesungguhnya telah kamu ketahui) wahai orang-orang Yahudi tentang bencana yang dialami penduduk kota yang telah mendurhakai perintah Allah. Mereka melanggar janji yang telah diambil oleh Allah atas mereka untuk mengagungkan hari Sabtu dan melaksanakan perintahNya, ketika perintah itu disyariatkan atas mereka. Lalu mereka melakukan tipu daya dengan menangkap ikan pada hari Sabtu, dan mereka telah menyiapkan kail dan jaring sebelum hari Sabtu tiba. Maka ketika datang hari Sabtu yang seperti biasanya, mereka mengangkat jaring dan pancingnya, namun tidak ada ikan di sana. Mereka menunggu hingga hari Sabtu berakhir, dan baru pada malam hari setelah hari Sabtu usai, mereka bisa mendapatkan ikan.

Ketika mereka berbuat demikian, Allah mengubah mereka menjadi bentuk kera, yang terlihat mirip dengan manusia dari luar, tetapi bukan manusia. Demikianlah perbuatan dan tipu daya mereka, meskipun terlihat seolah-olah mereka patuh secara zhahir, namun di dalamnya mereka melanggar perintah Allah. Balasan mereka itu akibat perbuatan mereka.

Ini adalah kisah yang disebutkan dalam Surat Al-A'raf, di mana Allah SWT berfirman: (Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik (163)) (Surat Al-A'raf, ayat 163)

Firman Allah SWT : (lalu Kami berfirman kepada mereka: Jadilah kamu kera yang hina)

Syaiban An-Nahwi mengutip dari Qatadah tentang firman Allah (lalu Kami berfirman kepada mereka: (Jadilah kamu kera yang hina) lalu kaum itu menjadi kera yang melolong, mereka memiliki ekor setelah sebelumnya mereka adalah laki-laki dan perempuan.

Terkait Allah SWT: (Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian). Beberapa ulama’ berpendapat bahwa kata ganti dalam kata “Fa Ja’alnaaha” merujuk kepada kera. Dikatakan bahwa itu merujuk kepada ikan,. Dikatakan juga bahwa itu merujuk pada “Al-Qatryah”. Hal ini diungkapkan oleh Ibnu Jarir.

Yang benar yaitu bahwa kata ganti itu merujuk kepada kota itu; yaitu, Allah menjadikan kota ini (sebagai peringatan), maksudnya yaitu karena penduduknya melampaui batas pada hari Sabtu. Kata (nakalan) maknanya adalah Kami menghukum mereka dan Kami menjadikannya sebagai peringatan, sebagaimana Allah berfirman tentang Fir'aun: (Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia ( (Surat An-Naziat).

Firman Allah SWT (dan bagi mereka yang datang kemudian) maknanya adalah untuk penduduk-penduduk kota.

Ibnu Abbas berkata, maksudnya “Kami menjadikan kota yang telah dihukum ini sebagai pelajaran bagi kota-kota sekitarnya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat) (27) (Surat Al-Ahqaf) dan firman Allah (Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya....) (Surat Ar-Ra'd: 41), menurut salah satu pendapat.

Maksud dari (dan bagi mereka yang datang kemudian) itu berhubungan dengan tempat.

Abu al-Aliyah, Ar-Rabi', dan ‘Athiyyah berkata, “yang datang kemudian” itu mengacu pada generasi berikutnya dari Bani Israil, agar mereka mengambil pelajaran dari perbuatan mereka. Seolah-olah mereka berkata, “Maksud dari (dan bagi mereka yang datang kemudian) itu berhubungan dengan waktu.

Pendapat ini benar mengacu pada orang-orang dari generasi berikutnya agar mengambil pelajaran dari penduduk kota itu. Adapun apabila mengacu pada orang dari generasi sebelum mereka maka bagaimana mungkin pendapat yang menafsirinya begitu bisa benar? Yaitu pendapat bahwa ini menjadi pelajaran bagi orang sebelum mereka?

Fakhruddin Ar-Razi menyebutkan tiga pendapat:

Pertama, yang dimaksud dengan (dan bagi mereka yang datang kemudian) adalah kota-kota sebelum dan sesudahnya yang mengetahui berita tentang kota ini melalui kitab-kitab sebelum dan sesudahnya.

Kedua, yang dimaksud adalah kota-kota dan bangsa-bangsa yang ada pada masa itu.

Ketiga, bahwa Allah menjadikan peristiwa ini sebagai hukuman bagi segala dosa yang pernah mereka lakukan sebelum dan sesudahnya, dan ini adalah pendapat dari Al-Hasan.

Saya mengatakan, pendapat yang paling kuat adalah bahwa yang dimaksud adalah tentang kota-kota yang ada pada masanya yang telah mendengar berita tentang kota itu dan apa yang telah terjadi padanya, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat) (27) …..) (Surat Al-Ahqaf), dan (Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka) (Surah Ar-Ra’d: 31).

Terkait firman Allah SWT : (serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa) menurut Ibnu Abbas berarti yaitu bagi orang-orang setelahnya hingga hari kiamat.

Al-Hasan dan Qatadah berkata terkait firman Allah (serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa) yaitu untuk orang-orang sesudah mereka, agar mereka takut akan siksaan Allah dan menjauhinya.

Aku berkata: Yang dimaksud dengan nasehat di sini adalah teguran; yaitu Kami menjadikan apa yang telah Kami perbuat kepada mereka berupa siksaan akibat melakukan perbuatan yang dilarang Allah dan tipu muslihat yang mereka lakukan. Maka hendaklah orang-orang yang bertaqwa berhati-hati dengan perbuatannya, agar mereka tidak ditimpa oleh siksa seperti yang telah menimpa mereka.

 

Referensi: https://tafsirweb.com/378-surat-al-baqarah-ayat-65.html

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama