Bacalah Apa yang Mudah Bagimu dari Al-Qur'an




-----

PEDOMAN KARYA

Rabu, 15 Mei 2024


Bacalah Apa yang Mudah Bagimu dari Al-Qur'an 


......

inna rabbaka ya’lamu annaka taqụmu adnā min ṡuluṡayil-laili wa niṣfahụ wa ṡuluṡahụ wa ṭā`ifatum minallażīna ma’ak, 

wallāhu yuqaddirul-laila wan-nahār, ‘alima al lan tuḥṣụhu fa tāba ‘alaikum faqra`ụ mā tayassara minal-qur`ān, ‘alima an sayakụnu mingkum marḍā wa ākharụna yaḍribụna fil-arḍi yabtagụna min faḍlillāhi 

wa ākharụna yuqātilụna fī sabīlillāhi faqra`ụ mā tayassara min-hu wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa aqriḍullāha qarḍan ḥasanā, 

wa mā tuqaddimụ li`anfusikum min khairin tajidụhu ‘indallāhi huwa khairaw wa a’ẓama ajrā, wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm

....


Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. 

Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an.

Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. 

Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 20)


......

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H


20. Di permulaan surat ini Allah memerintahkan RasulNya untuk shalat di seperdua malam, dua pertiga atau sepertiganya. Dan hukum asalnya, bahwa Rasulullah adalah teladan bagi umatnya dalam hukum-hukum. 

Dan di tempat ini Allah menjelaskan bahwa Rasulullah menunaikan perintah tersebut dan juga segolongan dari orang-orang yang beriman. 

Mengingat penentuan waktu pelaksanaan shalat malam berat bagi orang, maka Allah mengabarkan bahwa Dia amat memudahkannya seraya berfirman, “Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang,” yakni, mengetahui ukuran keduanya, mengetahui apa yang berlalu dan yang masih tersisa dari keduanya. 

“Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu,” artinya kalian tidak akan mengetahui ukurannya secara tepat, tidak kurang dan tidak lebih, karena hal itu akan menuntut sikap waspada dan beban yang lebih.

“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran,” yakni, yang kalian bisa dan yang tidak berat bagimu. Karena itu orang yang shalat malam diperintahkan untuk tetap shalat selama masih kuat. Kemudian bila lelah, malas atau mengantuk, hendaklah beristirahat agar bisa melaksanakan shalat dengan tenang dan nyaman.

Selanjutnya Allah menyebutkan sebagian sebab yang sesuai untuk meringankan, “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit,” berat bagi mereka untuk menjalankan shalat di seperdua, sepertiga, atau dua pertiga malam terakhir. Untuk itu, orang yang sakit hendaklah shalat sebatas kemampuannya. Dalam shalat malam tidak diperintahkan berdiri bila hal itu terasa memberatkan. Bahkan bila shalat sunnah terasa berat, boleh ditinggalkan dan yang bersangkutan tetap mendapatkan pahala seperti ketika mengerjakannya pada saat masih sehat. “Dan orang-orang lainnya berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah,” yakni Allah mengetahui bahwa di antara kalian ada yang bepergian untuk urusan dagangan demi mencukupi diri agar tidak membebani orang lain dan menahan diri untuk meminta-minta. Kondisi orang yang bepergian cocok untuk diberi keringanan. Ia dibolehkan untuk menjamak dua shalat dalam satu waktu dan mengqashar shalat yang empat rakaat. “Dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran.” Allah menyebutkan dua keringanan; keringanan bagi orang sehat dan tidak bepergian untuk menjaga vitalitasnya tanpa harus memaksakan diri menentukan waktu shalat malam tapi cukup mencari waktu shalat yang utama, yaitu sepertiga malam terakhir setelah seperdua pertama. Yang kedua adalah keringanan bagi orang sakit, orang yang bepergian, baik untuk urusan perdagangan atau ibadah seperti jihad, haji atau yang lainnya. Yang bersangkutan juga mesti memelihara sesuatu yang tidak membebaninya. Karena itu, segala puja dan puji hanya bagi Allah semata yang tidak membuat kerumitan dalam Agama bagi kita, sebaliknya Allah mempermudah syariatNya serta memperhatikan kondisi-kondisi manusia serta kepentingan Agama, raga, dan dunia mereka.

Kemudian Allah memerintahkan hamba-hambanya untuk dua ibadah yang merupakan induk dan inti dari ibadah; yaitu mendirikan shalat yang Agama tidak bisa tegak tanpanya dan menunaikan zakat yang merupakan bukti keimanan. Dengan zakat, kesetaraan antara orang-orang fakir miskin bisa terpenuhi. Allah berfirman, “Dan dirikanlah shalat,” yakni dengan rukun-rukunnya,batasan-batasannya, syarat-syaratnya dan seluruh penyempurna-penyempurnanya. “Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik,” yakni murni demi mengharap Wajah Allah dengan niat tulus dan teguh dari hati serta dengan harta yang baik. Pinjaman baik ini mencakup sedekah wajib dan sunnah.

Selanjutnya Allah menganjurkan untuk mengerjakan perbuatan baik secara umum seraya berfirman, “Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasannya) di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya,” kebaikan itu pahalanya sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali dan bahkan hingga berlipat-lipat. Perlu diketahui, kebaikan seberat biji atom dalam dunia ini sebanding dengan berlipat-lipat nilai dunia serta segala apa pun yang ada di atasnya serta apa pun yang terdapat di negeri penu nikmat abadi berupa kenikmatan-kenikmatan dan kesenangan-kesenangan. Kebaikan dunia ini merupakan bahan kebaikan di negeri keabadian, benih, asal dan asasnya. Alangkah ruginya waktu-waktu yang berlalu dalam kelalaian dan alangkah ruginya waktu yang berlalu tanpa mal baik. Alangkah ruginya hati yang tidak terpengaruh oleh petuah Penciptanya dan tidak berbekas seruan rindu Dzat Yang Maha Pengasih padanya ketimbang kasihnya terhadap dirinya sendiri. Segala puji hanya bagiMu ya Allah, kepadaMu-lah tempat mengadu, padaMu kami mohon pertolongan, tidak ada daya dan kekuatan selain dariMu.

“Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Di dalam perintah istighfar setelah dorongan berbuat ketaatan dan kebaikan terdapat faidah besar, sebab manusia itu mungkin tidak melakukan perintah secara sempurna, yang mungkin tidak dikerjakan sama sekali atau dikerjakan tapi tidak sempurna. Untuk itu manusia diperintahkan untuk menutupi kekurangan di atas dengan beristighfar. Manusia selalu berbuat dosa dimalam dan di siang hari, bila tidak direngkuh dengan rahmat dan maghfirah Allah, tentu binasa.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama