Dosen Unismuh Makassar Nur Khadijah Razak Raih Doktor di Usia 34 Tahun


Nur Khadijah foto bersama keluarganya seusai ujian promosi doktor di Kampus Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Senin, 13 Februari 2023. (ist)

 


-----

PEDOMAN KARYA

Jumat, 03 Maret 2023

 

 

Dosen Unismuh Makassar Nur Khadijah Razak Raih Doktor di Usia 34 Tahun

 

 

Usianya masih tergolong muda. Baru 34 tahun. Namun di usia yang masih tergolong muda itu, Nur Khadijah Razak, sudah berhasil gelar doktor dalam bidang Pendidikan Bahasa dari Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Makassar (UNM).

Nur Khadijah yang kelahiran 1989 meraih gelar doktor setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul; “Pengembangan Bahan Ajar Pragmatik Berbasis Blended Learning Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar”, Senin, 13 Februari 2023.

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mempertahankan disertasinya di hadapan penguji yang terdiri atas Promotor Prof Akmal Hamsa, Kopromotor Syamsudduha, Penguji Internal Prof Muhammad Rapi, Prof Kembong Daeng, dan Prof Baso Jabu, sedangkan Penguji Eksternal Dr Kasma F. Amin.

Nur Khadijah mengaku pencapaiannya itu bukan merupakan akhir dari perjuangan, karena ada tanggung jawab besar ke depan dengan gelar yang dia dapatkan itu.

Nur, begitu dia akrab disapa, punya pendidikan yang linier. S1-nya adalah Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UNM, tahun 2011.

Magisternya, yakni Prodi Pendidikan Bahasa Kekhususan Pendidikan Bahasa Indonesia, PPs UNM, 2014. Begitupun dengan program doktoralnya, Prodi Pendidikan Bahasa, PPs UNM, tahun 2023.

Dosen tetap yayasan di Unismuh Makassar, sejak 2015 itu, mengungkapkan selama menyelesaikan disertasinya, dia menghadapi banyak tantangan, terutama bagaimana mengembangkan bahan ajar pragmatik berbasis blended learning yang, menurutnya, sangat tidak mudah. Katanya, butuh pemikiran ekstra dalam merancang konsep materi secara sistematis sesuai kebutuhan mahasiswa sebelum melaksanakannya.

Selain itu, jelasnya, dia harus keluar dari bidangnya supaya mampu mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi. Karena posisinya tidak saja sebagai perancang alur pelaksanaan. Bahkan harus terjun langsung mengedit dan membuat sendiri tahap demi tahap proses pembelajaran, baik luring maupun daring, melalui LMS SPADA Unismuh Makassar.

Bersyukur, dia dapat menghasilkan tiga buku, yaitu Buku Pragmatik Berbasis Blended Learning, Buku Panduan SPADA Unismuh Makassar Berbasis Blended Learning untuk Dosen, dan Buku Panduan SPADA Unismuh Makassar Berbasis Blended Learning untuk Mahasiswa. Belum lagi pembuatan video Tutorial Konten SPADA Dosen dan Mahasiswa, serta Video Pembelajaran.

Pada waktu itu, paparnya, dia tidak hanya sebagai peneliti, tetapi sebagai penulis, produser, bahkan sutradara pada pembuatan video pembelajaran tersebut.

“Selepas itu, terbaring di rumah sakit pun saya telah rasakan. Melawan titik terendah dalam hidup saya yang sempat ingin berhenti melanjutkan studi S3. Belum lagi anak-anak yang masih membutuhkan perhatian ekstra dari ibunya,” kisah alumnus SD Inpres Perumnas Antang II Makassar tahun 2001.

Nur beruntung punya keluarga yang selalu mendukungnya. Dukungan keluarga diakui sangat besar dalam proses penyelesaian Studi S3-nya. Tidak hanya dalam bentuk materi, tapi selalu mendoakan, mensupport, juga menggantikan tugasnya sebagai ibu di tengah kesibukannya menyelesaikan studi.

Diia menyusun disertasi tentang Bahan Ajar Pragmatik Berbasis Blended Learning ini karena punya beberapa alasan.

Pertama, bahwa bahan ajar yang digunakan sebelumnya masih memiliki kelemahan dan kekurangan dari segi penyajian materi yang tidak sistematis.

Kedua, sumber belajar pada mata kuliah Pragmatik yang digunakan di Perguruan Tinggi khususnya di Sulawesi Selatan kebanyakan mengambil contoh kasus secara umum. Ketiga, metode pembelajaran dan media pembelajaran daring yang digunakan kurang variatif dan berinovasi.

Alumnus SMP dan SMA Pondok Pesantren Puteri Ummul Mukminin Makassar, berharap disertasinya itu akan memberi kemanfaatan, yakni penggunaan media pembelajaran ini, dosen dan mahasiswa tidak terpaku pada keterbatasan alat yang tersedia.

Mahasiswa juga dapat meningkatkan daya analisis dalam menganalisis konteks tuturan dalam kajian pragmatik. Selain itu, memudahkan mahasiswa dalam proses memahami materi yang disampaikan oleh dosen.

Manfaat lainnya adalah belajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun. Dengan begitu, akan berdampak pada hasil belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

Sebagai dosen, tentu dia menjalani profesinya penuh suka dan duka. Sukanya, kata Nur, karena dia bisa berdiskusi, bekerja sama dalam penelitian dan pengabdian bersama rekan-rekan dosen. Dia juga dapat berbagi pengalaman, baik itu dari bidang yang sama bahkan di luar dari bidang keilmuannya.

“Dukanya, kadang jika saya tidak berhasil memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang materi yang diajarkan pada saat itu,” ungkap Nur Khadijah yang sudah memiliki dua anak. (Rusdin Tompo)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama