Jadilah Hamba Allah, Bukan Hamba Ramadhan

Kalau dikaitkan bulan Ramadhan dengan bulan setelahnya, secara syariatnya tak ada. Tetapi, kita yang harus mengaitkan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan setelahnya dengan terus membawakan semangat beribadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai semangat itu habis. Orang yang habis amal ibadahnya seiring habisnya bulan Ramadhan, berarti ia menjadi orang yang rugi. (Foto: Hammad Saadong)


----- 

PEDOMAN KARYA

Senin, 24 April 2023

 

 

Jadilah Hamba Allah, Bukan Hamba Ramadhan

 

 

Oleh: Syarifuddin Liwang

(Founder Posko Yatim, Pengasuh Majelis Syarifiyah, Da'i IDMI, dan Sekretaris DPP Ikatan Penulis Muslim Indonesia)





Abu Bakar radhiyallahu‘anhu, sahabat sejati Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam,  pernah berpidato tatkala Rasulullah ï·º wafat, yaitu:

“Barang siapa yang menyembah Muhammad ï·º, maka sesungguhnya Muhammad ï·º telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan mati.” (HR Bukhari)

Dari perkataan Abu Bakar Radhiyallahu‘anhu tersebut, para ulama salaf sering menasehatkan: “Jadilah engkau hamba Allah Ta’ala, janganlah engkau menjadi hamba Ramadhan.”

Maksudnya, jika ingin taat menghamba kepada Allah SWT, jangan hanya di bulan Ramadhan, tetapi terus istiqamah menjaga ketaatan tersebut di sepanjang bulan yang lain.

Bulan Ramadhan adalah bulan training amal saleh supaya terbiasa beramal saleh di luar Ramadhan. Selama Ramadhan kita mampu bangun malam dan melaksanakan qiyamul lail, berpuasa di siang hari, hingga melaksanakan shalat tarawih di masjid. Harusnya setelah Ramadhan, kita sudah terlatih untuk qiyamul lail, berpuasa sunnah, dan mendirikan shalat fardhu berjamaah di masjid.

Hendaknya, amal ibadah seseorang yang sudah dilatih sebulan di bulan Ramadhan, bisa naik dan meningkat di sebelas bulan setelah bulan ramadhan.

Ramadhan itu kita ibaratkan sebagai bulan latihan bagi kita untuk beramal saleh. Sebagaimana orang latihan menembak sasaran, ia dilatih bagaimana caranya menembak seahli mungkin. Sedangkan di luar latihan, ia berhadapan dengan musuh sesungguhnya. Harusnya ia lebih siap dan sungguh-sungguh. Begitu pula kita di luar Ramadhan. Kalau kita sudah terlatih, harusnya amal kita lebih meningkat dan sungguh-sungguh.

Bagaimana kita membawa kebiasaan-kebiasaan baik di bulan Ramadhan untuk terus berlanjut di luar bulan ramadhan atau 11 bulan berikutnya

Misalkan, di bulan Ramadhan kita terbiasa setiap hari berpuasa. Jadi, mari di luar Ramadhan kita juga berpuasa sunah. Selama Ramadhan kita qiyamul lail dengan shalat tahajud dan shalat tarawih. Di luar Ramadhan kita tetap merutinkan qiyamul lail dengan shalat tahajud tersebut.

Kalau dikaitkan bulan Ramadhan dengan bulan setelahnya, secara syariatnya tak ada. Tetapi, kita yang harus mengaitkan bulan Ramadhan dengan bulan-bulan setelahnya dengan terus membawakan semangat beribadah di bulan Ramadhan. Jangan sampai semangat itu habis. Orang yang habis amal ibadahnya seiring habisnya bulan Ramadhan, berarti ia menjadi orang yang rugi.

Orang yang seperti itu sering diistilahkan bukanlah hamba Allah, melainkan menjadi hamba Ramadhan. Karena setelah Ramadhan selesai, semangat ibadahnya juga selesai. Memang pada dasarnya manusia tidak bisa terlepas dari motivasi-motivasi. Di bulan Ramadhan banyak sekali ceramah agama dan wirid pengajian setiap malam. Ini yang memompa semangat orang untuk rajin beribadah.

Selepas Ramadhan, motivasi-motivasi ini biasanya hilang. Itu juga menjadikan orang kembali malas beribadah. Harusnya kita tetap mencari motivasi-motivasi tersebut dengan banyak mengikuti wirid pengajian. Tujuannya agar semangat kita beribadah tetap terjaga.

Pola hidup di bulan Ramadhan memaksa kita untuk taat. Kita harus bangun sahur, otomatis kita punya kesempatan untuk shalat tahajud. Kita harus berpuasa, otomatis kondisi biologis dan metabolisme tubuh kita sehat dan stabil. Lingkungan juga ikut menuntun kita untuk taat. Malamnya pergi shalat Tarawih bersama-sama, ikut wirid, membaca al-Qur’an. Ini yang tidak ditemui di luar Ramadhan.

Di bulan Ramadhan kita juga dimudahkan. Kalau shalat qiyamul lail yang biasanya harus bangun tidur, sekarang bisa setelah shalat Isya. Banyak sekali kelebihan di bulan Ramadhan sehingga orang berduyun-duyun beribadah.

Tugas utama kita adalah untuk terus istiqamah menjaga semangat beribadah Ramadhan tersebut, jangan sampai luntur, itulah yang disebut istiqamah

Istiqamah adalah amalan yang berat. Istiqamah juga menjadi amal ibadah yang paling disenangi Allah SWT. Sabda Nabi SAW, “Sebaik-baik amal saleh adalah amal yang walaupun ringan tetapi bisa istiqamah.” (HR Muslim)

Ini adalah nasehat yang singkat namun sangat besar faedahnya. Nasehat agar senantiasa menjaga keistiqomahan setelah Ramadhan, sehingga pantaslah kita disebut sebagai hamba Allah, bukan hamba ramadhan.

Semoga Allah Ta’ala mengkaruniakan keistiqamahan hingga akhir hidup kita. Aamiin…***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama