Dahlan Abubakar Satu-satunya Pengajar SJI Luar Jawa

SEKOLAH JURNALISME INDONESIA. Mendikbudristek Nadiem Makarim (ketiga dari kiri) membuka Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, di Gedung PWI Jawa Barat, Jl Wartawan II, Bandung, Selasa, 06 Februari 2024. (int)

 

-----

Jumat, 09 Februari 2024

 

Dahlan Abubakar Satu-satunya Pengajar SJI Luar Jawa

 

Mendikbudristek Nadiem Makariem Buka SJI di Bandung

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Tokoh Pers versi Dewan Pers dan wartawan senior Sulawesi Selatan yang juga Pemimpin Redaksi Republiknews,co,id, Dr Muhmmad Dahlan Abubakar, menjadi satu-satunya pengajar dari luar Pulau Jawa yang membawakan materi pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI), yang diadakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, di Gedung PWI Jawa Barat, Jl Wartawan II, Bandung, Selasa – Kamis, 6-8 Februari 2024.

SJI yang diikuti 31 peserta dari sejumlah kabupaten dan kota se-Jawa Barat dibuka oleh Mendikbudristek, Nadiem Makarim, dan dihadiri Kertua PWI Pusat Henry Ch Bangun, Pj Gubernur Jabar Bey Mahmudin, dan Ketua PWI Jawa Barat, H Hilman Hidayat.

Pembukaan SJI juga dirangkaikan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (MoU) antara PWI Jabar dengan Fisip dan Fikom Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Widyatama, dan Universitas Islam Bandung (Unisba).

Setelah pembukaan SJI, langsung dilanjutkan dengan kuliah kebangsaan yang dibawakan oleh Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch. Bangun, dan kuliah filosofi profesi wartawan oleh Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat Marah Sakti Siregar.

Dahlan Abubakar yang juga anggota Komisi Pendidikan Pengurus PWI Pusat Periode 2023-2028, dalam SJI itu membawakan materi berjudul “Berpikir Kritis dan Kreatif” secara daring via zoom meeting.

“Seorang jurnalis merupakan sosok intelektual yang harus berpikir kritis dan kreatif. Sebagai orang yang berpikir kritis, wartawan harus memiliki imajinasi dan kreativitas yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, minat yang tinggi terhadap suatu hal, berani mengajukan pendapat terhadap sesuatu, dan mampu mengingat hal-hal yang dialami,” kata Dahlan dalam materinya.

Dahlan Abubakar yang Sekretaris PWI Sulsel Periode 1988-1993 membawakan materi pada hari kedua, Rabu, 07 Februari 2024, bersama Prof Ibnu Hamad (dosen Fisip Universitas Indonesia) yang membawakan materi “Integritas”, Suprapto yang membawakan materi “Mencari dan Mengembangkan Berita”, serta Ahmad Kurnia, Eka Putra Nasir, dan Haryo Ristamaji membawakan materi “Teknik Wawancara.”

Pada hari ketiga, Kamis, 08 Februari, materi “Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik” dibawakan Imam JP dan Rita Sri Hastuti, “Jurnalisme Mulitasking” dibawakan Zulfiani (Uni) Lubis dan Agus Sudibyo, materi “Fotografi dan Videografi Jurnalisme” dibawakan Tagor Siagian dan Merdi Sofansyah, serta materi “Infografis dalam Jurnalisme” dibawakan Ahmad Kurnia dan Mettadarmaputra.

Sebelum menyampaikan materi, pengajar SJI berkumpul menyinkronkan materi ajar yang akan mereka sampaikan masing-masing. Para pengajar yang hadir pada hari kedua antara lain Ahmed Kurnia (pengajar dan Direktur SJI), Iman Handiman (Wakil Direktur), Marah Sakti Siregar (pengajar SJI- Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat), dan para pengajar lainnya Dr Zarman Syah, Dr Suprapto, Dr Imam JP, dan Haryo Ristamaji MKom.

 

SJI Langkah yang Tepat

 

Mendikbudristek Nadiem Makarim ketika membuka SJI tersebut mengatakan keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh PWI merupakan langkah yang tepat, mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju. Para wartawan harus dibekali keterampilan menghadapi semua perkembangan teknologi.

“Teknologi telah mengubah segala aspek sektor jurnalisme, tapi itu bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme. Kita harus berkompetisi dengan kecerdasan buatan sekarang. Kita harus berintegritas, berpikiran kritis, kita harus menulis dengan hati nurani, karena itu yang tidak dimiliki oleh mesin kecerdasan buatan,” kata Nadiem yang datang ke Bandung dengan menggunakan kereta api cepat Whoosh Jakarta- Bandung.

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Hendry Ch. Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sebelumnya sudah digagas PWI tahun 2010.

SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Di kalangan wartawan, SJI adalah ikon dari PWI yang sudah berjalan sejak lama.

“Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk kali ini, multitasking jurnalisme menjadi andalan silabus SJI, termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” ungkap Hendry, yang hadir ke Bandung bersama Sekjen PWI Pusat Sayid Iskandarsyah dan pengurus lainnya.

Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Mohammad Nasir, mengatakan, SJI merupakan program pendidikan bagi wartawan anggota PWI yang dilaksanakan secara mobile (keliling) dari provinsi ke provinsi.

Tujuannya, untuk mendekatkan SJI dengan para wartawan yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan jurnalisme terbaru, dengan mempertajam multi-tasking, integritas, kebangsaan, dan critical thinking.

Direktur SJI Ahmed Kurnia, menambahkan tentang proses rekrutmen untuk pengajar SJI yang dipilih adalah para wartawan senior yang memiliki jam terbang tinggi.

“Selain punya pengalaman, mereka juga punya wisdom yang bisa dibagikan kepada wartawan muda,” kata Ahmed Kurnia.

Pada kesempatan terpisah Zarman Syah, pengajar SJI yang juga peneliti di lembaga internasional UNITAR (United Nation Training and Research), mengatakan, kehadiran SJI sudah tepat pada zamannya.

“Sekarang ini ada ancaman terhadap profesionalisme wartawan dengan kehadiran mesin pintar AI. Maka tidak bisa dielakkan lagi kemampuan dan pengetahuan serta keterampilan wartawan harus terus-menerus ditingkatkan,” kata Zarman. (win)


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama