Apakah Mencuri Itu Baik? Murid SD: Tidaak!


BERMAIN. Sejumlah anggota Komunitas #ObatManjur (Orang Hebat Main Jujur) yang tergabung dalam RELASI (Relawan Antikorupsi) berkunjung untuk berbagi cerita dan bermain bersama murid-murid SD Inpres Lantebung, di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. (Foto: Rusdin Tompo)






-----
Selasa, 13 Maret 2018


Apakah Mencuri Itu Baik? Murid SD: Tidaak!


MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Sejumlah anggota Komunitas #ObatManjur (Orang Hebat Main Jujur) yang tergabung dalam RELASI (Relawan Antikorupsi) berkunjung untuk berbagi cerita dan bermain bersama murid-murid SD Inpres Lantebung, di Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar.
Didampingi Kepala Sekolah SD Inpres Lantebung, Dra Sri Hartiah MPd, mereka pun mulai bercerita tentang dongeng kancil mencuri ketimun.
“Adik-adik sudah pernah dengar dongeng kancil mencuri ketimun?” tanya Manggazali, salah seorang anggota Komunitas #ObatManjur, kepada sejumlah murid.
“Sudah, kak!” jawab murid-murid kompak.
“Apakah mencuri itu baik?” tanya Manggazali lagi.
“Tidaak!” jawab murid-murid serempak dengan suara riuh.
“Alkisah kancilnya pun sudah tobat,” kata Manggazali sambil tersenyum dan disambut tawa dan tepuk-tangan murid-murid.
Dialog dan suasana ceria itu kontan saja anak-anak tertawa. Dialog seperti ini selalu mewarnai aktivitas anak muda pegiat antikorupsi itu.
Setelah sesi dongeng, anak-anak kemudian dibagi dalam beberapa kelompok untuk bermain boardgame TERAJANA, yang merupakan singkatan dari Temukan Keberanian, Tanggung Jawab, dan Kesederhanaan.
Ada juga Sembilan nilai antikoropsi lengkap dengan gerakannya yang diperkenalkan oleh Sahlan, yang hari itu memimpin teman-temanya dari Komunitas #ObatManjur. Agar anak-anak mudah mengingat Sembilan nilai tersebut, maka disingkat menjadi “Berjumpa di Kertas”.
Kesembilan nilai itu adalah berani, jujur, mandiri, peduli, adil, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, dan sederhana.
“Kenapa Berjumpa di Kertas?” tanya Sahlan kepada anak-anak yang rerata sudah duduk di kelas 4-6.
Tanpa menunggu jawaban anak-anak, Sahlan kemudian menjawab sendiri pertanyaannya dengan mengatakan, “Karena kehidupan kita banyak yang berhubungan dengan kertas. Kita membaca dan menulis bersentuhan dengan buku-buku.”
Untuk itulah, Sahlan menasihati anak-anak agar rajin belajar. Dia menambahkan bahwa perilaku korupsi juga berkaitan dengan kertas, dalam hal ini uang dan dokumen.
Sahlan kemudian mengajak beberapa anak-anak maju menirukan gaya “Berjumpa di Kertas”. Nisa, Wulan, dan Naya mengacungkan jari dan memimpin gerakan sebagaimana dicontohkan Sahlan. Setelah itu mereka diberi hadiah berupa gantungan kunci.

Butuh Perhatian

Kepala Sekolah SD Inpres Lantebung, Sri Hartiah, mengatakan memberi apresiasi dan  menyampaikan rasa terima-kasihnya atas kehadiran anggota Komunitas #ObatManjur untuk berbagi cerita, berbagi ilmu, dan berbagi keceriaan dengan murid-muridnya pada Sabtu, 03 Maret 2018 tersebut.
Ibu Sri, sapaan akrab Sri Hartiah, mengaku senang melihat murid-muridnya belajar sambil bermain dengan ceria bersama kakak-kakak dari Komunitas #ObatManjur.
“Anak-anak kami memang butuh perhatian dan butuh keceriaan seperti ini. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga nelayan dan buruh,” ungkap Ibu Sri, seraya menambahkan bahwa sekolah yang dipimpinnya memiliki enam kelas dengan murid berjumlah 228 orang.
Dia berharap Pemerintah Kota Makassar memberikan perhatian lebih dan juga berharap sekolahnya mendapat bantuan buku-buku untuk koleksi perpustakaan, khususnya buku-buku bacaan untuk anak-anak. (rt/win)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama