Mutasi dan Mutilasi


OBROLAN WARKOP. Seperti biasa dalam masyarakat kita, dimana setiap kebijakan, pasti ada pro dan kontra. Begitu juga mutasi yang dilaksanakan Pemkab Takalar. Obrolan mutasi pun "memanas" di Warkop Tua Muda Takalar, Jumat sore, 20 Juli 2018. (Foto: Ahriyanti Hamid)





-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 22 Juli 2018


Mutasi dan Mutilasi

(Obrolan Warkop tentang Mutasi Pejabat di Kabupaten Takalar)


Oleh: Muhammad Said Welikin
(Pengurus PWI Kabupaten Takalar)

Sekitar pertengahan bulan Jili 2018, saat nongkrong bersama beberapa teman wartawan di alun-alun kota Lapangan Makkatang Daeng Sibali, Takalar, tiba-tiba datang seorang teman yang membawa tiga lembar fotokopian SK mutasi kepala sekolah SMP dan SD se-Kabupaten Takalar.
Berbagai ekspresi pun muncul setelah semua yang hadir kala itu, memeriksa dan mencari nama kerabat atau kenalan yang tercantum dalam SK mutasi.
Ada seorang bapak yang terlihat gusar, hanya diam, tak ada satu kata pun terucap, namun kertas fotokopian diremas remas. Setelah itu menunduk cukup lama, kira-kira 15 menit, kemudian tiga kata yang diucapkan secara datar, “Tennamo hargaku di’?”
Lain lagi sikap salah satu teman seprofesi saya, yang hanya tertawa-tawa, dengan mengatakan, “Kalau bicara keringat, maka saya juga ikut berkeringat memperjuangkan rezim yang lagi berkuasa. Begitulah dunia politik, yang abadi adalah kepentingan.”
Syahdan, saya pun duduk diam melihat semua gerak-gerik teman-teman, namun dalam lubuk hati, saya mengingat sebuah nama yang selama ini mengabdi di ujung barat Kabupaten Takalar sebagai kepala sekolah.
Sebelah barat, laut Flores, dan sebelah timur berhadapan dengan PLTU Punagaya Jeneponto. Dia cukup lama mengabdi di desa kelahirannya, mungkin pertimbangan pemerintah, agar maksimal dalam melaksanakan tugas.
Mungkin juga pertimbangan lain pemerintah kala itu, karena kondisi fisik sohib saya ini selain sudah tua, juga lagi bertarung dengan penyakit diabetes. Kakinya luka, cukup parah, namun tetap melaksanakan tugas karena lokasi sekolah tepat berada di depan rumahnya.
Melihat fakta yang ada, maka tidak mungkin sohib saya ini kena mutasi. Kalaupun terjadi mutasi, maka paling tidak, hanya pindah ke sekolah yang lebih dekat.
Atas pertimbangan itu, saya tak terlibat dalam pencarian nama-nama yang tercantum dalam SK mutasi.
Lamunanku terganggu kala teman yang duduk di sampingku menepuk bahuku, dengan nada bertanya, “Kenapaki’?”
“Tidak apa-apaji,” jawabku.
Seiring dengan itu, untuk tidak tampak pikun, saya mengambil lembaran fotokopi SK mutasi yang tergeletak di atas meja.
Membaca perlahan lahan, khawatir ada yang terlewati, mataku terhenti pada nama Bisoli. Beliau ini, saya sudah lama kenal dengannya, dia pribadi yang bersahaja, tutur kata terukur, semua kata dahulu bertepati.
Rupanya dugaanku meleset, karena sohibku yang bernama Bisoli ini kena mutasi ke SD Ko’mara sebagai guru biasa. Saya pun menelepon tuan guru, begitu saya sering menyapanya. Setelah kusampaikan kabar mutasi, dari seberang Bisoli mengatakan, “Mau diapalagi, sabar saja.” Setelah itu, Bisoli hanya menanyakan siapa pengganti dirinya.
Setelah teleponan dengan Bisoli, saya kembali diam, membayangkan hari-hari selanjutnya Bisoli dalam melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya. Letak Desa Ko’mara tempat tugas baru Bisoli, berada di ujung timur Kabupaten Takalar dan berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
Benak kepalaku, susah membayangkan dasar pertimbangan mutasi Bisoli. Dan bagaimana pula, rutinitas pengabdian seorang Bisoli yang kondisi kakinya luka karena penyakit gula, dan harus menempuh ratusan kilometer setiap hari.
Tempat tinggal Bisoli, Dusun Puntondo Desa Laikang, Kecamatan Mangarabombang, berjarak kurang lebih 35 km dengan Kecamatan Pattallassang, ibukota Kabupaten Takalar. Sementara tempat tugas yang baru Bisoli, yaitu di SD Ko’mara, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, berjarak kurang lebih 30 km dari Pattallassang. Melihat fakta ini, maka rasanya nalar serta nurani kita jadi terganggu manakala perpindahan Bisoli, dasarnya adalah menaikkan kinerja.

Promosi dan Demosi

Belum reda isu mutasi jadi bahan obrolan masyarakat, muncul lagi SK mutasi berikutnya. Acara sumpah dan pelantikan para ASN (Aparatur Sipil Negara), eselon III dan IV, oleh bupati Takalar dilaksanakan di Gedung Islamic Center Takalar, Jumat, 20 Juli 2018.
Seperti biasa dalam masyarakat kita, dimana setiap kebijakan, pasti ada pro dan kontra. Begitu juga mutasi yang dilaksanakan Pemkab Takalar. Obrolan mutasi pun memanas di Warkop Tua Muda Takalar, Jumat sore, 20 Juli 2018.
Berbagai pendapat pun muncul, namun kebanyakan bersepakat bahwa bupati punya hak, untuk melakukan mutasi sesuai kebutuhan. Dalam rangka mensukseskan program yang telah dijanjikan pada saat kampenye dulu.
Bupati memang punya hak, tetapi harus diingat bahwa sejumlah regulasi yang ada harus dipatuhi sebagai azas dan norma agar terhindar dari rasa suka atau tidak suka (like and dislike).
Pada mutasi kali ini, ada yang dipromosikan dan ada pula yang diturunkan eselonnya (demosi). Konon ada kepala bidang yang bergelar magister dari Unhas, diganti oleh orang yang berpendidikan diploma. Ada juga sekretaris dinas diturunkan jadi kepala bidang, serta ada juga lurah yang dipindahkan dan diturunkan jadi kepala seksi di kelurahan lain.
Salah satu pengunjung warkop yang kelihatanya cukup memahami regulasi yang mengatur tentang ASN, mengatakan, kalau kita telusuri nama-nama yang dipromisikan maupun diturunkan, maka terlihat bahwa sangat jauh dari aturan atau regulasi yang ada.
Padahal soal mutasi telah diatur dengan jelas dalam, Pasal 73 Undang-undang Nomor 5, Tahun 2014.tentang ASN, begitu juga Undang-undang Ketenagakerjaan (UU Nomor 13, Tahun  2013), dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
Kita semua berharap pemerintahan ini berjalan efektif hingga lima tahun, karena sangat amat susah dibayangkan kalau terjadi sesuatu terhadap bupati, kemudian wakilnya yang ganti. Tentunya mutasi akan dia lakukan lagi, karena konon mutasi yang terjadi selama ini tidak dibahas dengan wakil bupati.
Obrolan sore itu terhenti, karena salah satu peserta obrolan dengan nada bercanda mengatakan, “Mutasi dan mutilasi itu miripji, seperti saudara kembar.”

1 Komentar

  1. Itulah pak dunia politiknya takalar. Cukup tersenyum saja😊😊

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama