Rusdin Tompo: Menulis Biografi Penting Kalau Ada Sejarah dan Rahasia

PENULISAN BIOGRAFI. Koordinator Perkumpulan Indonesia Satupena Sulawesi Selatan, Rusdin Tompo (paling kiri atas) menjadi pembicara pada Webinar yang diadakan Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sulsel, Jumat, 07 Juli 2023.

 



Selasa, 11 Juli 2023

 

Rusdin Tompo: Menulis Biografi Penting Kalau Ada Sejarah dan Rahasia

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Buku biografi ditulis karena pada dasarnya kita suka bertukar cerita, mendengar kisah. Apalagi kalau ada nilai-nilai dan pesan moral di sana. Kita menulis biografi juga karena orang mau dikenang, diapresiasi, dan menjadi inspirasi atau memberi motivasi bagi yang lain.

Menulis biografi ini menjadi penting kalau ada aspek sejarah, ada rahasia yang belum terungkap di balik fakta-fakta, atau pertanggungjawaban publik berkaitan dengan amanah yang diemban oleh tokoh yang ditulis, kata Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan, Rusdin Tompo.

Berbicara pada Webinar yang diadakan Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sulawesi Selatan, Jumat, 07 Juli 2023, ia mengatakan, “Setiap penulis punya cerita. Demikian halnya buku, punya kisahnya sendiri.”

Rusdin mengaku mendapat inspirasi bagaimana menulis biografi secara sederhana dari buku seorang anak jalanan yang jadi korban dan pelaku sodomi. Saat itu dia berada di Yogyakarta, dan diberi buku oleh temannya, seorang aktivis LSM.

Penulis yang sudah melahirkan puluhan buku, baik sebagai penulis maupun editor itu, menyampaikan biasanya dia punya aktivitas tertentu untuk membuatnya nyaman saat menulis.

Menyeruput kopi, ngemil, dan mendengarkan lagu merupakan aktivitas yang disebutnya sebagai mood booster. Sesekali dia juga menyiram tanaman di depan dan belakang rumahnya.

Bagaimana memulai menulis biografi? Rusdin Tompo memberikan tipsnya, yakni dimulai dari riset dengan membaca apa saja dan mencari sumber-sumber relevan. Kemudian bikin peta pikiran, susun daftar pertanyaan, lalu melakukan wawancara.

Bahan-bahan ini masih perlu dikonfirmasi dan diverifikasi sebelum dan setelah ditulis. Untuk memperkaya informasi, perlu ada referensi dan data. Apalagi jika kisah dan fakta-fakta yang disampaikan bertalian dengan sejarah. Selanjutnya proses koreksi dan revisi, sebelum finalisasi,

Saya itu orang visual. Saya lebih suka pakai peta pikiran atau mind map saat mengembangkan ide tulisan, ungkap Rusdin yang alumnus Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Dia mengingatkan, sejumlah poin yang perlu diperhatikan saat menulis biografi. Kejelasan dan ketepatan nama, penulisan gelar, istilah-istilah asing, tahun-tahun kejadian, serta data dan angka-angka.

“Tempat dan lokasi yang jadi setting cerita, serta nilai-nilai kearifan lokal setempat perlu pula diperhatikan saat ditulis, biar pas kita memaknainya,” kata Rusdin.

Penulis biografi adalah seorang yang skeptif dan kritis pada informasi yang dia terima. Dia mesti punya banyak dan beragam bacaan, biar berwawasan dan informatif saat menulis. Rusdin mengaku bacaan-bacaan dan pengalamannya sebagai mantan jurnalis radio aktivis LSM sangat membantunya sebagai penulis.

Manfaat sebagai penulis biografi, saya rasakan. Sebagai penulis, saya mendapatkan akses, privilese, tahu rahasia pribadi sampai rahasia negara, ungkap Rusdin.

Ia mengingatkan bahwa penulis biografi bukan investigator. Sekalipun ada banyak aspek penting mau diungkap, tapi semua mesti dilakukan atas konfirmasi dan terverifikasi. Ada aspek etika yang mesti dijunjung dan itu mesi disampaikan kepada tokoh yang ditulis atau keluarganya.

Menulis biografi itu merupakan legasi bagi sosok atau tokoh yang ditulis, juga bagi penulisnya. Kita ini mau dikenal dan dikenang sebagai apa, sebagai siapa?” kata Rusdin.

Rusdin Tompo pernah menulis biografi sejumlah tokoh, pejabat dan pejuang, antara lain pernah menulis biografi Iwan Tompo (maestro lagu Makassar), Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar (mantan Kapolda Sulsel).

Juga menulis buku Keluarga Pagarra, yang mengisahkan bagaimana anak-anak dididik dalam kultur Makassar. Anak dari Pagarra, anggota Brimob yang pernah menjabat sebagai Camat Parangloe, antara lain Brigjen Pol Halim Pagarra (mantan Wakapolda Sulsel) dan Prof Halifah Pagarra (Guru Besar Universitas Negeri Makassar).

Buku lain yang ditulis adalah kisah Soekandar Hadiwidjaja (penerima Bintang Gerilya, pejuang yang tergabung dalam divisi Siliwangi, ayah dari Komjen Pol Purnawirawan Nanan Soekarna).

 

Memperkaya Wawasan dan Memotivasi

 

Webinar yang diadakan Forum Lingkar Pena (FLP) Wilayah Sulawesi Selatan dan dipandu Ahmad Syauqi Dzulfikri (pengurus Divisi Kaderisasi FLP Sulsel 2023-2025), diikuti puluhan peserta dari dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan, antara lain Makassar, Gowa, Takalar, Pangkep, Parepare, bahkan ada yang dari Jerman.

Webinar ini diadakan, menurut Forum Lingkar Pena, karena penulisan biografi akhir-akhir ini cukup populer. Membaca tulisan biografi setidaknya bisa memperkaya wawasan lewat keteladanan tokoh, mencerahkan dan memotivasi pembacanya untuk menjalani kehidupan dengan baik. Namun dalam kepenulisan biografi, penulis kerap kali menemukan berbagai kendala dan kesulitan. (asnawin)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama